Broadband Wireless Access Base Station Performance using Smart Antenna Cell

Author(s):  
Apostolos I. Sotiriou ◽  
Pantelis K. Varlamos ◽  
Panagiotis T. Trakadas ◽  
Christos N. Capsalis
Author(s):  
Chetna Singhal ◽  
Swades De

The advent of heterogeneous Broadband Wireless Access Networks (BWANs) has been to support the ever increasing cellular networks' data requirements by increasing capacity, spectrum efficiency, and network coverage. The focus of this chapter is to discuss the implementation details (i.e. architecture and network components), issues associated with heterogeneous BWANs (i.e. handovers, network selection, and base station placement), and also the various resource allocation schemes (i.e. shared resource allocation in split handover and inter-RAT self-organizing networks) that can improve the performance of the system by maximizing the capacity of users.


Author(s):  
Heru Abrianto ◽  
Andi Anggoro

Peningkatan permintaan layanan telekomunikasi tidak sepenuhnya dapat di penuhi oleh penyelenggaratelekomunikasi, Hal tersebut dikarenakan keterbatasan jaringan kabel yang tersedia dan mahalnyapenyelenggaraan untuk jaringan kabel tersebut. Broadband Wireless Access (BWA) menjadi salah satu alternatifsolusi untuk permasalahan tersebut. Seiring berkembangnya teknologi wireless, kemudian muncul WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) sebuah standar internasional mengenai wireless system yangmengacu pada standar IEEE 802.16. Kebutuhan kualitas layanan yang baik menjadi tolak ukur, tingkat kepuasanpelanggan. Jarak Base Station (BS) dengan Subscriber Station (SS) merupakan salah satu faktor yangberpengaruh terhadap kinerja WIMAX, karena jarak antar keduanya akan menyebabkan parameter Free SpaceLoss (L FS ) semakin besar, hal ini mengakibatkan kinerja WiMAX akan semakin turun.


2011 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Hesti Susilawati ◽  
Widhiatmoko Widhiatmoko ◽  
Dimass Noly Mardhiko

Standar IEEE 802.16e yang dikenal dengan mobile WiMAX adalah standar broadband wireless access (BWA) yang beroperasi pada frekuensi 2 - 6 GHz. Standar ini merupakan pengembangan dari standar WiMAX sebelumnya untuk mendukung mobilitas pengguna. Pada penelitian ini, penulis melakukan perhitungan untuk memprediksi kebutuhan bandwidth untuk pelanggan mobile WiMAX di wilayah DKI Jakarta untuk jangka waktu tiga tahun sejak WiMAX diimplementasikan. Kebutuhan bandwidth ini akan digunakan untuk menentukan jumlah base station yang dibutuhkan dari sisi kapasitas. Penulis juga melakukan perhitungan jumlah base station dari sisi coverage menggunakan persamaan Erceg. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada tiga tahun pertama penetrasi WiMAX di Jakarta, kebutuhan jumlah base station dari sisi coverage lebih besar dari pada perhitungan dari sisi kapasitas.


CYCLOTRON ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Sabri Balafif ◽  
Tining Haryanti

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola trafik internet pada beberapa lokasi yang diteliti. Pengamatan dilakukan selama dua belas (12) bulan. Data diolah dengan metode statistika untuk mendapatkan proyeksi pengguna internet dan kebutuhan titik hotspot. Penelitian menghasilkan rekomendasi kebutuhan hotspot dengan mempertimbangkan mobilitas pengguna internet dan countur lokasi. Rekomendasi perangkat berbeda pada tiap lokasi dari sisi geografis dan padatnya area. Line of Sight mempengaruhi kemampuan perangkat dalam memancarkan signal internet.Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan pengguna internet pada hari raya umat Islam, Hal ini diduga karena mayoritas masyarakat pada lokasi tersebut muslim. Proyeksi pelanggan di 300 desa didapatkan minimum penetrasi 36,7% dan maksimal 85.2%. Rekomendasi sejumlah 940 Titik hotspot dengan area bandwith secara statik sebesar 3Mbps (aggregate download dan upload).  Penelitian memperhitungkan Link Budget perangkat backhoul tier 3 dengan frekuensi 24Ghz. Setiap  perangkat dapat menangani rata-rata jumlah device yang terkoneksi secara bersama sejumlah > 200 Device teknologi Wi-Fi (IEEE 802.11). Beban total trafik  > 1,6 GBPS. Rekomendasi Arsitektur  broadband wireless access Berbasis Hotspot Di Jawa Timur yaitu Surabaya 140 lokasi dengan 400 titik hotspot, Mojokerto sejumlah 70 lokasi dengan 210 titik hotspot. Pandaan sejumlah 80 lokasi dengan 240 titik hotspot Malang  43 lokasi dengan 90 titik hotspot.Kata kunci: Broadband Wireless Access, Hotspot, Line Of SightAbstract— This study aims to determine the pattern of internet traffic in several locations in Jawa Indonesia. Observations were made for twelve (12) months. Data is processed using statistical methods to obtain projections of internet users and hotspot needs. This study produces recommendations for hotspot needs by considering internet user mobility and location contours. Device recommendations vary by location in terms of geography and crowded areas. Line of Sight affects the ability of the device to emit internet signals. The results showed an increase in internet users on Muslim holidays. Projected customers in 300 villages have a minimum penetration of 36.7% and a maximum of 85.2%. The recommended number of 940 hotspots with a static area of 3Mbps (download aggregate and upload). This study takes into account the tier 3 Link Budget backhoul device with a frequency of 24Ghz. Each device can handle the average number of devices that are connected together by> 200 Wi-Fi technology devices (IEEE 802.11). Total traffic load> 1.6 GBPS. Architectural recommendations for broadband wireless access based on hotspots in East Java, Surabaya, 140 locations with 400 hotspots, Mojokerto with 70 locations with 210 hotspots. Pandaan a total of 80 locations with 240 Malang hotspots 43 locations with 90 hotspots Keywords: Broadband Wireless Access, Hotspot, Line Of Sight


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document