The real consequences of policy‐driven exchange rate cycles: A stylized comparison of East Asia and Latin America

2021 ◽  
Author(s):  
Arslan Razmi
2006 ◽  
Vol 34 (4) ◽  
pp. 631-646 ◽  
Author(s):  
Roberto Frenkel ◽  
Jaime Ros

Author(s):  
Manmohan Agarwal ◽  
Vandana T. R.

A number of developing countries mainly in Latin America and East Asia suffered exchange rate crises in the 1990s. India also suffered a crisis in 1991 and another earlier in 1966. We examine the run up to the crises in terms of a few macroindicators suggested by various crisis models. We then examine the aftermath of the crisis, which is largely absent in literature. We seek to explain the pre-crisis and post-crisis situations in the light of various crisis models. We find that crises in East Asia cannot be explained in terms of Krugman’s first-generation model (FGM), but those in the other countries can be explained by Krugman’s model, adding to the debates among crises models. JEL Classification: E420, F310, F320, F410


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 90-102
Author(s):  
Fathya Nirmala Hanoum ◽  
Sri Mulatsih

Integrasi perdagangan internasional seperti FEALAC (Forum for East Asia-Latin America Cooperation) dan SSEC (South-South Economic Cooperation) merupakan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar kawasan Amerika Latin, salah satunya ekspor elektronika. Elektronika merupakan sepuluh komoditi unggulan ekspor Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing ekspor elektronika Indonesia, mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor elektronika ke Amerika Latin dan dinamika pasar ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari ITC, WITS, CEPII, World Bank, dan UNCTAD. Metode analisis menggunakan RCA dan Porter’s Diamond untuk mengetahui daya saing, gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor, dan EPD untuk memberikan gambaran dinamika ekspor elektronika Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditi elektroniia Indonesia memiliki daya saing komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA lebih dari satu. Analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa daya saing kompetitif elektronika Indonesia masih lemah. Hasil estimasi EPD elektronika Indonesia rata-rata menunjukkan pangsa pasar dan permintaan ekspor komoditi elektronika yang bertumbuh. Hasil estimasi gravity model menunjukkan bahwa variabel yang signifikan adalah GDP perkapita Indonesia, jarak ekonomi, harga ekspor, GDP perkapita negara tujuan, dan populasi, sedangkan variabel REER (Real Effective Exchange Rate) tidak berpengaruh.Kata kunci: Elektronika, EPD, Gravity model, Porter diamond, RCA


Emerging Asia ◽  
2011 ◽  
pp. 26-30 ◽  
Author(s):  
Javier H. Beverinotti

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document