scholarly journals Book reviews

2010 ◽  
Vol 166 (4) ◽  
pp. 507-528
Author(s):  
Redactie KITLV
Keyword(s):  
New Order ◽  
Regional Autonomy ◽  
Documentary History ◽  
Electoral Democracy

Birgit Bräuchler (ed.), Reconciling Indonesia; Grassroots agency for peace. (Renata M. Lesner-Szwarc) Elizabeth Fuller Collins, Indonesia betrayed; How development fails. (Ahmad Helmy Fuady) Grant Evans, The last century of Lao royalty; A documentary history. (Guido Sprenger) Tineke Hellwig and Eric Tagliacozzo (eds), The Indonesia reader; History, culture, politics. (Edwin Wieringa) Raymond Corbey, Snellen om namen; De Marind-Anim van Nieuw-Guinea door de ogen van de Missionarissen van het Heilig Hart, 1905-1925. (Anna-Karina Hermkens) Patrick Guinness, Kampung, Islam and state in urban Java. (Robert W. Hefner) R.E. Jordaan and B.E. Colless, The Māharājas of the isles; The Śailendras and the problem of Śrivijaya. (Hans Hägerdal) Henk Schulte Nordholt, Bali: an open fortress, 1995-2005; Regional autonomy, electoral democracy and entrenched identities. (Sita van Bemmelen) Sukardi Rinakit, The Indonesian military after the New Order. (Alexander Claver) Roxana Waterson, Paths and rivers; Sa’dan Toraja society in transformation. (Maria J.C. Schouten)

scholarly journals Book Reviews

2008 ◽  
Vol 162 (2) ◽  
pp. 352-405
Author(s):  
Redactie KITLV
Keyword(s):  
Social History ◽  
East Timor ◽  
New Order ◽  
Border Crossings ◽  
Land Claims ◽  
Austronesian Languages ◽  
The Press ◽  
History Of ◽  
Michael Williams

Michael Williams; Deforesting the earth; From prehistory to global crisis (Greg Bankoff) Alexander Adelaar, Nikolaus P. Himmelmann (eds); The Austronesian languages of Asia and Madagascar (René van den Berg) Wim Ravesteijn, Jan Kop (eds); Bouwen in de archipel; Burgerlijke Openbare Werken in Nederlands-Indië en Indonesië 1800-2000 (Freek Colombijn) Susan Rodgers; Print, poetics, and politics; A Sumatran epic in the colonial Indies and New Order Indonesia (Bernhard Dahm) Robert A. Scebold; Central Tagbanwa; a Philippine language on the brink of extinction; Sociolinguistics, grammar, and lexicon (Aone van Engelenhoven) Adrian Vickers; Journeys of desire; A study of the Balinese text Malat (Amrit Gomperts) B.J. Terwiel; Thailand’s political history; From the fall of Ayutthaya to recent times (Hans Hägerdal) Robert van Niel; Java’s Northeast Coast 1740-1840; A study in colonial encroachment and dominance (Mason C. Hoadley) Terence H. Hull (ed.); People, population, and policy in Indonesia (Santo Koesoebjono W.L. Korthals Altes; Tussen cultures en kredieten; Een institutionele geschiedenis van de Nederlandsch-Indische Handelsbank en Nationale Handelsbank, 1863-1964 (Koh Keng Weh) William van der Heide; Malaysian cinema, Asian film; Border crossings and national cultures (Benjamin McKay) Angela Romano; Politics and the press in Indonesia; Understanding an evolving political culture (Soe Tjen Marching) Simon Harrison; Fracturing resemblances; Identity and mimetic conflict in Melanesia and the West (Toon van Meijl) Daniel Fitzpatrick; Land claims in East Timor (Johanna van Reenen) Susi Moeimam, Hein Steinhauer; Nederlands-Indonesisch Woordenboek (Stuart Robson) Terance W. Bigalke; Tana Toraja: a social history of an Indonesian people (Dik Roth) K. Alexander Adelaar (with the assistance of Pak Vitus Kaslem); Salako or Badameà; Sketch grammar, texts and lexicon of a Kanayatn dialect in West Borneo (Hein Steinhauer) John Bowden, Nikolaus Himmelmann (eds); Papers in Austronesian subgrouping and dialectology (Hein Steinhauer) Sebastiaan Pompe; The Indonesian Supreme Court; A study of institutional collapse (Bryan S. Turner) Gerd R. Zimmermann; Indonesien; Eine geographische Landeskunde (Robert Wessing) REVIEW ESSAY Dick van der Meij; Latest editions of Indonesian classical texts A. Teeuw, R. Dumas, Muhammad Haji Salleh, R. Tol, M.J. van Yperen (eds); A merry senhor in the Malay world; Four texts of the Syair Sinyor Kosta Julian Millie; Bidasari; Jewel of Malay Muslim culture. A. Teeuw, S.O. Robson (eds); Bhomāntaka; The death of Bhoma J. Noorduyn, A. Teeuw; Three Old Sundanese poems In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde (BKI), no. 162 (2006), no: 2/3, Leiden

scholarly journals Implementasi Otonomi Daerah dan Korupsi Kepala Daerah

2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 44-58
Author(s):  
Desi Sommaliagustina
Keyword(s):  
Central Government ◽  
Focal Point ◽  
New Order ◽  
Regional Government ◽  
Good Opportunity ◽  
Regional Autonomy ◽  
Effective Governance ◽  
Local Diversity ◽  
Starting Point ◽  
The Right

Abstrak Otonomi daerah adalah suatu bentuk demokrasi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengelola rumah tangga mereka sendiri dengan berpegang pada hukum dan peraturan yang berlaku. Implementasi otonomi daerah merupakan titik fokus penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan masing-masing daerah. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya menjalankan wewenang yang merupakan hak daerah. Otonomi daerah adalah salah satu agenda utama reformasi yang bertujuan mengurangi kesenjangan ekonomi-politik antara pemerintah pusat dan daerah. Era reformasi menjadi titik awal pergeseran paradigma terpusat yang diadopsi oleh Orde Baru ke era desentralisasi. Desentralisasi dalam konteks Indonesia diyakini sebagai cara untuk membangun pemerintahan yang efektif, mengembangkan pemerintahan yang demokratis, menghormati keanekaragaman lokal, menghormati dan mengembangkan potensi masyarakat lokal, dan mempertahankan integrasi nasional. Masyarakat menaruh harapan yang besar pada otonomi daerah untuk membawa perubahan dalam sistem negara. Sayangnya desentralisasi telah menyebabkan banyak korupsi di wilayah ini. Inilah yang terjadi pada 2018 lalu. Tahun 2018 tampaknya menjadi tahun yang gelap bagi upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, terutama di daerah. Pada 2018 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menjerat puluhan kepala daerah dalam sejumlah kasus dugaan korupsi mulai dari gubernur, bupati, walikota, hingga pejabat daerah. Hingga akhir 2018, KPK masih menjerat kepala daerah yang tersandung kasus korupsi yaitu Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dan Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar sebagai tersangka. Daftar panjang kepala daerah yang dijerat oleh KPK selama 2018 menunjukkan bahwa penanganan kejahatan korupsi di Indonesia masih membutuhkan perhatian serius dari banyak pihak. Demikian juga, Indeks Pencapaian Korupsi Indonesia masih jauh dari ideal, yaitu 3,7, seperti yang dikatakan oleh juru bicara KPK Febri Diansyah. Ini menunjukkan bahwa korupsi yang dilakukan oleh sejumlah kepala daerah merupakan salah satu bentuk kegagalan otonomi daerah. Dengan kata lain ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan terkait dengan implementasi otonomi daerah. Karena kasus-kasus yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi menunjukkan bahwa korupsi masih terjadi dan merupakan gejala di banyak lembaga. Kata Kunci: Otonomi Daerah, Korupsi, Kepala Daerah         Abstract Regional autonomy is a form of democracy given by the Central Government to the Regional Government to manage their own household by sticking to the applicable laws and regulations. The implementation of regional autonomy is an important focal point in order to improve people's welfare. The development of an area can be adjusted by the regional government with the potential and distinctiveness of each region. This is a very good opportunity for the local government to prove its ability to exercise the authority that is the right of the region. Regional autonomy is one of the main agendas of reform aimed at reducing the economic-political gap between the central and regional governments. The era of reform became the starting point of shifting the centralized paradigm adopted by the New Order to the era of decentralization. Decentralization in the Indonesian context is believed to be a way to build effective governance, develop democratic governance, respect local diversity, respect and develop the potential of local communities, and maintain national integration. The community places considerable expectations on regional autonomy in order to bring about changes in the state system. Unfortunately decentralization has caused a lot of corruption in the region. This is what happened in 2018 ago. The year 2018 seems to be a dark year for efforts to prevent and eradicate corruption, especially in the regions. In 2018 the Corruption Eradication Commission (KPK) has ensnared dozens of regional heads in a number of cases of alleged corruption ranging from governors, regents, mayors, to regional officials. Until the end of 2018, the KPK still ensnared the regional heads who tripped over corruption cases namely Jepara Regent Ahmad Marzuqi and Cianjur Regent Irvan Rivano Muchtar as suspects. The long list of regional heads snared by the KPK during 2018 shows that the handling of corruption crimes in Indonesia still needs serious attention from many parties. Likewise, the Indonesian Corruption Achievement Index is still far from ideal, namely 3.7, as said by KPK spokesman Febri Diansyah. This indicates that corruption committed by a number of regional heads is one form of failure in regional autonomy. In other words there is a lot of homework that must be done related to the implementation of regional autonomy. Because the cases handled by the Corruption Eradication Commission indicate that corruption still occurs and is a symptom in many institutions. Keywords: Regional Autonomy, Corruption, Regional Head

Book reviews

2010 ◽  
Vol 166 (2-3) ◽  
pp. 331-380
Author(s):  
Redactie KITLV
Keyword(s):  
Southeast Asia ◽  
Review Essay ◽  
East Timor ◽  
New Order ◽  
Timor Leste ◽  
New Business ◽  
History Of ◽  
Asian History ◽  
Malaysian Chinese

Edward Aspinall, Islam and nation; Separatist rebellion in Aceh, Indonesia. (Gerry van Klinken) Greg Bankoff and Sandra Swart (with Peter Boomgaard, William Clarence-Smith, Bernice de Jong Boers and Dhiravat na Pombejra), Breeds of empire; The ‘invention’ of the horse in Southeast Asia and Southern Africa 1500–1950. (Susie Protschky) Peter Boomgaard, Dick Kooiman and Henk Schulte Nordholt (eds), Linking destinies; Trade, towns and kin in Asian history. (Hans Hägerdal) Carstens, Sharon A. Histories, cultures, identities; Studies in Malaysian Chinese worlds. (Kwee Hui Kian) T.P. Tunjanan; m.m.v. J. Veenman, Molukse jongeren en onderwijs: quick scan 2008. Germen Boelens, Een doel in mijn achterhoofd; Een verkennend onderzoek onder Molukse jongeren in het middelbaar beroepsonderwijs. E. Rinsampessy (ed.), Tussen adat en integratie; Vijf generaties Molukkers worstelen en dansen op de Nederlandse aarde. (Fridus Steijlen) Isaäc Groneman, The Javanese kris. (Dick van der Meij) Michael C. Howard, A world between the warps; Southeast Asia’s supplementary warp textiles. (Sandra Niessen) W.R. Hugenholtz, Het geheim van Paleis Kneuterdijk; De wekelijkse gesprekken van koning Willem II met zijn minister J.C. Baud over het koloniale beleid en de herziening van de grondwet 1841-1848. (Vincent Houben) J. Thomas Lindblad, Bridges to new business; The economic decolonization of Indonesia. (Shakila Yacob) Julian Millie, Splashed by the saint; Ritual reading and Islamic sanctity in West Java. (Suryadi) Graham Gerard Ong-Webb (ed.), Piracy, maritime terrorism and securing the Malacca Straits. (Karl Hack) Natasha Reichle, Violence and serenity; Late Buddhist sculpture from Indonesia. (Claudine Bautze-Picron, Arlo Griffiths) Garry Rodan, Kevin Hewison and Richard Robison (eds), The political economy of South-East Asia; Markets, power and contestation. (David Henley) James C. Scott, The art of not being governed; An anarchist history of upland Southeast Asia. (Guido Sprenger) Guido Sprenger, Die Männer, die den Geldbaum fällten; Konzepte von Austausch und Gesellschaft bei den Rmeet von Takheung, Laos. (Oliver Tappe) Review Essay Two books on East Timor. Carolyn Hughes, Dependent communities; Aid and politics in Cambodia and East Timor. David Mearns (ed.), Democratic governance in Timor-Leste; Reconciling the local and the national. (Helene van Klinken) Review Essay Two books on Islamic terror Zachary Abuza, Political Islam and violence in Indonesia. Noorhaidi Hasan, Laskar jihad; Islam, militancy, and the quest for identity in post-New Order Indonesia. (Gerry van Klinken) Korte Signaleringen Janneke van Dijk, Jaap de Jonge en Nico de Klerk, J.C. Lamster, een vroege filmer in Nederlands-Indië. Griselda Molemans en Armando Ello, Zwarte huid, oranje hart; Afrikaanse KNIL-nazaten in de diaspora. Reisgids Indonesië; Oorlogsplekken 1942-1949. Hilde Janssen, Schaamte en onschuld; Het verdrongen oorlogsverleden van troostmeisjes in Indonesië. Jan Banning, Comfort women/Troostmeisjes. (Harry Poeze)

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document