scholarly journals Pengembangan Model Persediaan Economic Order Quantity dengan Mempertimbangkan Faktor Kedaluwarsa, Kelonggaran Waktu Pembayaran, dan Potongan Harga

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 82-89
Author(s):  
Candy Wirawan ◽  
Roland Y. H. Silitonga

Model persediaan deterministik digunakan untuk mencari solusi optimal di mana besar permintaannya diketahui pasti dan tidak memiliki variansi. Perusahaan yang memproduksi makanan untuk dijual, memiliki tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengendalikan persediaannya. Ketiga hal itu adalah bahan makanan yang dapat kedaluwarsa, kemungkinan untuk membayar dalam suatu tenggang waktu, serta kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga jika membeli bahan makanan dalam jumlah besar. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model deterministik dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut. Model tersebut dibangun dengan kondisi satu jenis produk (single item). Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan model beserta prosedur penggunaannya. Model ini untuk kemudian divalidasi dengan cara verifikasi dan uji coba model tersebut. Verifikasi model dilakukan dengan memeriksa konsistensi satuan di sisi kiri dan kanan tiap model. Uji coba model dilakukan dengan menggunakan data sekunder penelitian sebelumnya. Hasil verifikasi model menunjukkan bahwa model konsisten secara satuan. Hasil uji coba model menunjukkan bahwa prosedur yang dikembangkan dapat menentukan skenario yang valid, dan model dapat menghasilkan komponen biaya persediaan dan biaya persediaan total. Pengamatan terhadap jumlah produk yang rusak dan terkena denda pada tiap tingkatan harga juga menunjukkan hasil yang konsisten.

CAUCHY ◽  
2012 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 120
Author(s):  
Siti Aisyah ◽  
Sobri Abusini ◽  
Marsudi Marsudi

<div class="standard"><a id="magicparlabel-11">Model persediaan digunakan untuk menentukan kebijakan mengawasi tingkat persediaan. Oleh sebab itu keberadaan persediaan perlu dikelola dengan baik sehingga diperoleh kinerja yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model integrasi produksi–distribusi untuk produk deteriorasi dengan kebijakan backorder. Model persediaan Economic Order Quantity (EOQ) Single Item digunakan sebagai dasar pengembangan model. Algoritma pencarian solusi model dibuat untuk mendapatkan solusi dari model. Selain itu pada bagian akhir diberikan studi kasus implementasi model di UD. Bagus Agrista Mandiri, Batu.</a></div>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Ivana Zerlinda ◽  
Agustinus Agustinus ◽  
Dwi Dwi ◽  
Alfonsus Alfonsus ◽  
Theresia Sunarni

        Persediaan bahan baku yang baik dapat membuat perusahaan tidak kekurangan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan juga optimal. Adapun UKM Pempek DODO yang memiliki bahan baku yang lebih dari satu jenis. Selama ini pemesanan bahan baku selalu dilakukan setiap 2 kali sekali dalam satu minggu sehingga dalam satu tahun sekitar melakukan pemesanan selama 96 kali. Oleh karena itu ada baiknya pemesann bisa diminimumkan agar biaya dapat lebih dioptimalkan Salah satu metode yang dapat digunakan adalah EOQ (Economic Order Quantity). Karena ada bahan baku yang satu jenis dan memiliki satu supplier maka menggunakan metode EOQ single item single supplier. Sedangkan bahan baku yang memiliki kesamaan supplier menggunakan metode EOQ multi item single supplier. Dengan metode ini diharapkan dapat mengetahui jumlah pemesanan dan frekuensi optimal pada setiap bahan baku dengan asumsi tanggal kadarluarsa diabaikan. Maka hasil dengan metode EOQ total biayanya sebesar Rp 327.756.675,5 yang berarti menghemat biaya sebesar Rp 3.755.300.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Chairul Amni

Perencanaan persediaan bahan baku merupakan salah satu peranan yang sangat penting dalam dunia industri untuk meningkatkan permintaan pasar. Sebuah perencanaan produksi akan berjalan dengan baik jika di dukung dengan adanya persediaan bahan baku yang memadai. Persediaan bahan baku juga memberikan kontribusi biaya yang cukup besar sehingga komponen biaya ini juga perlu untuk dikendalikan. Melihat pentingnya fungsi perencanaan produksi dan pengendalian persediaan bahan baku, maka perlu adanya usaha untuk mengelolanya secara efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal. Perencanaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk mendukung proses produksi, sehingga tidak terjadi masalah seperti keterlambatan pengiriman barang kepada konsumen, dan pemborosan biaya bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem pengendalian bahan baku yang diterapkan serta untuk mengetahui jumlah ekonomis bahan baku pada setiap kali pemesanan yang di analisis dengan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Dari penelitian ini mendapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan metode EOQ dalam pemesanan bahan baku jauh lebih optimal dan efisien dibanding metode yang selama ini diterapkan, terlihat dari selisih total biaya pemesanan bahan baku pada tepung mencapai 1,21% (404.950 rupiah) selisih pada bahan baku gula 0,02% (4.450 rupiah) dan selisih biaya pada pemesanan ragi dan garam sebesar 14,31% yaitu sebesar Rp. 82.500 untuk Ragi dan Rp. 8.250 untuk selisih pemesanan garam. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode EOQ mempuanyai hasil baik dalam melakukan pemesanan bahan baku sehingga bahan baku untuk produksi tidak mengalami penumpukan dan tidak mengalami kekosongan dalam gudang.


2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 710-724
Author(s):  
Dewi Rosa Indah ◽  
Elsayus Yulia Risasti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Tri Agro Palma Tamiang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Economic Order Quantity, stok pengaman dan titik pesan kembali. Berdsarkan hasil analisis Kuantitas pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 248,78 Ton pertahun. Sedangkan berdasarkan metode Economic Order Quantity kuantitas pembelian yang optimum adalah 470,68 ton. Frekuensi pembelian yang optimum menurut kebijakan perusahaan adalah 312 kali, sedangkan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity yaitu 165 kali. Total biaya persediaan dengan menggunakan kebijakan perusahaan adalah Rp.5.425.172 setelah menggunakan metode Economic Order Quantity dapat mengefisiensikan besarnya biaya persediaan perusahaan yaitu Rp. 4.482.274. Sementara itu untuk persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali menurut kebijakan perusahaan tidak ada, sedangkan menurut perhitungan metode Economic Order Quantity besarnya persediaan pengaman adalah sebanyak 1.106,74 Ton dan titik pemesanan ulang sebesar 1.355,52 Ton.


2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Rizki Ahmad Fauzi ◽  
Rudi Hartono

Mengendalikan persediaan dengan tepat bukanlah hal yang mudah. Jumlah persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan menjadi terlalu besar, selain itu resiko kerusakan bahan baku juga menjadi lebih besar. Namun bila persediaan terlalu sedikit akan mengakibatkan terjadinya kekurangan persediaan yang menghambat proses produksi. Metode pengendalian persediaan yang dibandingkan dalam penelitian ini yakni metode Economic Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengendalian persediaan bahan baku benang ada PT. Indonesia Wacoal yang efektif dan efisien agar tercapai hasil produksi yang optimal menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Metode EOQ adalah metode perhitungan yang mengidentifikasi kuantitas pemesanan atau pembelian optimal dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan data yang digunakan adalah data mulai tahun 2014 hingga Agustus 2016. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa total biaya persediaan bahan baku benang polina polina yang harus dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan total biaya persediaan yang dihitung menurut metode EOQ. Terjadi penghematan pada tahun 2014 pada benang polina 110 (998) sebesar Rp 3.760.889 tahun 2015 sebesar Rp 2.565.837 dan tahun 2016 sebesar Rp 10.993.200. Pada tahun 2014 pada benang polina 110 (999) sebesar Rp 2.225.378 tahun 2015 sebesar Rp 1.857.287 dan tahun 2016 sebesar Rp 3.928.178. pada tahun 2014 pada benang polina 110 (997) sebesar Rp 3.959.323 tahun 2015 sebesar Rp 4.874.495 dan tahun 2016 sebesar Rp 6.117.023. Kata kunci: Bahan Baku, Economoic Order Quantity, Persediaan


Author(s):  
Ilan Aliasi Zahra

Ketersediaan obat menjadi hal utama pada suatu layanan kesehatan. Fluktuasi pemakaian obat-obatan yang terjadi setiap tahun menjadi kendala bagian gudang obat dalam perencanaan pengadaan di rumah sakit. Peramalan (forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam pembuatan perencanaan bagi setiap organisasi maupun instansi yang membutuhkan. Penting bagi rumah sakit membuat perencanaan persediaan obat untuk mengatasi permasalahan berkaitan dengan ketersediaan alat kesehatan maupun obat-obatan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meramalkan kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik forecasting dan perhitungan nilai Economic Order Quantity. Sebuah forecasting atau tekik peramalan diperlukan, untuk memprediksi kebutuhan obat-obatan pada masa mendatang. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu peramalan time series Arima untuk proses pengambilan prediksi dan perhitungan EOQ. Hasil penelitian ini berupa nilai peramalan kebutuhan obat untuk satu periode mendatang ditunjukan dengan nilai eror model peramalan yang paling kecil, yaitu ARIMA (1.0.0) dengan nilai eror sebesar 13%, serta hasil perhitungan Economic Order Quantity untuk kebutuhan obat pada periode mendatang.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document