scholarly journals Pendekatan Model Bisnis Untuk Pemetaan Triage Forensics

EXPLORE ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
Author(s):  
Subektiningsih Subektiningsih

Prinsip dasar forensik triase digital sama dengan triase medis, dalam bentuk pemilihan pasien yang diprioritaskan untuk perawatan. Mirip dengan forensik triase digital yang memilah bukti potensial untuk diperoleh informasi yang relevan dan tentukan urutan investigasi. Forensik triase digital dimaksudkan untuk mempercepat pengumpulan dan pemeriksaan bukti di TKP karena waktu sangat penting dalam penyelidikan. Waktu dapat mempengaruhi kondisi bukti dan insiden, sehingga diperlukan prosedur untuk meminimalkan insiden, serangan, atau ancaman untuk merusak bukti. Forensik triase digital diterapkan sesuai dengan kondisi insiden yang terjadi di TKP, yang berkorelasi dengan personil atau aktor yang melakukan investigasi, bukti-bukti yang diperoleh, serta kehadiran pihak-pihak terkait dan kemudian dapat ditempatkan di Triage Digital Forensics Model (TDFM). Pemetaan komponen forensik triase digital menggunakan Bisnis Process Model and Notation (BPMN) untuk menunjukkan interaksi yang terjadi dan menggambarkan proses itu harus dieksekusi. TDFM terdiri dari serangkaian proses dalam melakukan forensik triase digital yang dimulai dengan penyelidikan di Scene Kasus, diikuti dengan mengumpulkan bukti fisik / bukti elektronik untuk ekstraksi data investigasi. Proses selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan untuk menentukan ambang batas bukti untuk diperiksa lebih lanjut, disimpan, atau dikembalikan. Akhirnya, prosesnya berkaitan dengan para pihak terkait dengan insiden / serangan yang sedang diselidiki. Bagian ini dalam bentuk pengiriman hasil investigasi, koordinasi, observasi, dan kontrol. Kriteria prioritas TDFM adalah keberadaannya bukti, jenis serangan / kejadian kondisi di tempat kejadian, penilaian resolusi kasus berdasarkan daftar kasus yang telah berhasil diselesaikan (daftar sebelumnya). Pemetaan dan validasi ini TDFM menggunakan Bizagi Modeller. Validasi elemen bertujuan untuk memastikan penggunaan elemen yang benar sesuai dengan Aturan BPMN. Validasi proses juga dilakukan untuk melihat kesesuaian alur proses. Fokus pada Penentuan prioritas penyelidikan ini bersifat subyektif karena tergantung pada kemampuan dan pengalaman aktor / personel. TDFM diharapkan menjadi referensi untuk melakukan investigasi yang membutuhkan langsung tindakan forensik atau mati forensik.

Author(s):  
Richard Adams

Cloud computing is just one of many recent technologies that have highlighted shortcomings in the development of formal digital forensic processes, which up until now have been focused on a particular group of practitioners, such as law enforcement, and have been too high-level to be of significant practical use, or have been too detailed and specific to accommodate new technology as it emerges. Because the tools and procedures employed by digital forensic practitioners are generally outside the knowledge and understanding of the courts, they need to be described in such a way that they can be understood by the layperson. In addition, they should also conform to some standards of practice and be recognised by other practitioners working in the field (Armstrong, 2003; Kessler, 2010). Unfortunately, as Cohen (2011) points out, the whole field of digital forensics lacks consensus in fundamental aspects of its activities in terms of methodology and procedures. There has been a lot of activity around different aspects of cloud computing, and in Australia this has centered on the protection of personal data (Solomon, 2010). On an international scale, there have been several articles written by lawyers (Gillespie, 2012; Hutz, 2012; Kunick, 2012) discussing other legal considerations of accessing data in the cloud; however, this chapter looks at the issues surrounding digital evidence acquisition and introduces a new high-level process model that can assist digital forensic practitioners when it comes to presenting evidence in court that originated in the cloud.


1979 ◽  
Vol 44 (1) ◽  
pp. 3-30 ◽  
Author(s):  
Carol A. Pruning

A rationale for the application of a stage process model for the language-disordered child is presented. The major behaviors of the communicative system (pragmatic-semantic-syntactic-phonological) are summarized and organized in stages from pre-linguistic to the adult level. The article provides clinicians with guidelines, based on complexity, for the content and sequencing of communicative behaviors to be used in planning remedial programs.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document