Holistic Nursing Care Approach
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

6
(FIVE YEARS 6)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LPPM Universitas Muhammadiyah Semarang

2808-2095

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Laili Fatmawati ◽  
Pawestri Pawestri

Tindakan operasi sectio caesareadilakukan untuk mencegah kematian janin dan ibu karena adanya suatu komplikasi yang akan terjadi kemudian bila persalinan dilakukan secara pervaginam, sehingga dapat menyebabkan kecemasan pada pasien yang dapat menghambat proses penyembuhan post operasi. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengatasi kecemasan pre operasi, diantaranya adalah terapi Murotal dan edukasi pre operasi.studi kasus ini bertujuan  untuk mengetahui penurunan tingkat kecemasan pada pasien sectio caesareadengan penerapan terapi murotal dan edukasi pre operasi. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Subjek studi kasus ini adalah pasien primigravida tanpa komplikasi penyakit  yang akan dilakukan sectio caesarea. Subjek studi kasus berjumlah 3 orang yang didapatkan secara random. Subjek studi kasus telah menandatangani informed consent sebelum dilakukan pengambilan data. Pengukuran kecemasan dilakukan dengan menggunakanThe Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS)sebelum dan sesudah dilakukan terapi murotal dan edukasi prosedur operasi pada ketiga pasien selama 30 menit. Hasil studi kasus menunjukkan ada penurunan kecemasan secara signifikan dari ketiga kasus dengan nilai rerata 8.33. Terapi murotal dan edukasi pre operasi terbukti efektif menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi sectio caesarea


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Amalia Warnandiah Safitri ◽  
Machmudah Machmudah

Kanker servik merupakan kanker primer karena adanya infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Nyeri pada pasien kanker servik stadium lanjut merupakan nyeri kronis yang bersifat subjektif.  Terapi SEFT merupakan suatu teknik penggabungan dari sistem energi tubuh (energy medicine) dan terapi spiritualitas dengan menggunakan metode tapping (ketukan) pada tubuh. Sebelum dilakukan terapi SEFT pasien dirilekskan dengan metode relaksasi nafas dalam 3 kali tarikan nafas setelah itu  lakukan terapi SEFT 1 kali setiap pertemuan dengan kisaran waktu 15 menit selama 3 hari dengan pertemuan tidak terstruktur mengikuti pola pada responden. Responden pada penerapan ini yaitu pasien kanker servik stadium IIIB. Hasil menunjukkan adanya penurunan skala nyeri dari skala sedang menjadi ringan pada pasien kanker servik stadium IIIB dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam dan terapi SEFT. Analisis kasus 1 hari pertama  skala nyeri 4, sampai di hari ke ketiga skala nyeri mengalami penurunan menjadi 3, untuk kasus 2 hari pertama skala nyeri 3, sampai hari ke ketiga mengalami penurunan menjadi 2. Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam  dan terapi SEFT  mampu menurunkan skala nyeri. Pada kasus kali ini peneliti menggunakan dua responden pasien penderita kanker servik dengan stadium IIIB. Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) bekerja dengan prinsip yang kurang lebih sama dengan akupuntur & akupressur. Teknik ini berusaha merangsang titik-titik kunci di sepanjang 12 jalur energi (energi meridian) tubuh yang sangat berpengaruh pada kesehatan kita. Terapi nonfarmakologi relaksasi pernafasan dan terapi SEFT mampu menurunkan skala nyeri pada pasien kanker servik.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Junisca Vahurina ◽  
Desi Ariyana Rahayu
Keyword(s):  

Latar Belakang: Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku seseorang yang ditunjukan untuk melukai seseorang baik melukai secara fisik maupun psikologis dan dengan cara verbal ataupun nonverbal yang sehingga dapat melukai diri senidri, orang lain ataupun lingkungan. Dampak yang timbul dari seseorang yang mengalami perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya sendiri, dikarenakan seseorang tersebut mengalami panik dan perilaku dirinya dikuasai oleh amarahnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah teknik untuk mengurangi perilaku kekerasan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melakukan teknik rerapi musik. Terapi musik merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan dengan musik itu sendiri dengan kondisi tubuh; fisik, emosional, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan soasial seseorang itu sendiri. Metode: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Populasi dalam studi kasus ini yaitu semua pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan jumlah responden dalam studi kasus ini berjumlah 2 responden. Dilakukan di ruang UPIP pada bulan Desember 2019. Alat pengumpulan data dengan cara pengkajian dan lembar observasi. Hasil: Hasil post test pada study kasus ini setelah diberikan tindakan terapi musik instrumental selama 3x pertemuan menunjukkan bahwa pada kedua partisipan mengalami penurunan tanda dan gejala, pada partisipan 1 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka7 turun menjadi 4 dan pada partisipan 2 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka 8 menjadi 3. Simpulan: Ada penurunan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan setelah diberikan intervensi inovasi terapi musik instrumental piano.Latar Belakang: Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku seseorang yang ditunjukan untuk melukai seseorang baik melukai secara fisik maupun psikologis dan dengan cara verbal ataupun nonverbal yang sehingga dapat melukai diri senidri, orang lain ataupun lingkungan. Dampak yang timbul dari seseorang yang mengalami perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya sendiri, dikarenakan seseorang tersebut mengalami panik dan perilaku dirinya dikuasai oleh amarahnya. Maka dari itu, diperlukan sebuah teknik untuk mengurangi perilaku kekerasan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yaitu dengan melakukan teknik rerapi musik. Terapi musik merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan dengan musik itu sendiri dengan kondisi tubuh; fisik, emosional, mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan soasial seseorang itu sendiri. Metode: Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Populasi dalam studi kasus ini yaitu semua pasien RPK di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dan jumlah responden dalam studi kasus ini berjumlah 2 responden. Dilakukan di ruang UPIP pada bulan Desember 2019. Alat pengumpulan data dengan cara pengkajian dan lembar observasi. Hasil: Hasil post test pada study kasus ini setelah diberikan tindakan terapi musik instrumental selama 3x pertemuan menunjukkan bahwa pada kedua partisipan mengalami penurunan tanda dan gejala, pada partisipan 1 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka7 turun menjadi 4 dan pada partisipan 2 mengalami penurunan tanda dan gejala dari angka 8 menjadi 3. Simpulan: Ada penurunan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan setelah diberikan intervensi inovasi terapi musik instrumental piano.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Ridho Aditya ◽  
Khoiriyah Khoiriyah

Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia dan dapat mengakibatkan beberapa masalah seperti jantung koroner, gagal jantung, stroke, ginjal kronis, gagal ginjal, dsb atau bisa dikatakan hipertensi sebagai The Silent Killer, akan tetapi hal itu bukan berarti tidak dapat dicegah atau diterapi, salah satu terapi nonfarmakolgi yang dapat digunakan adalah terapi pijat refleksi kaki. Tujuan dari terapi ini adalah penurunan tekanan darah responden hipertensi sehingga masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi. Aplikasi terapi ini melibatkan 3 responden hipertensi di Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Tindakan keperawatan terkhusus terapi pijat refleksi kaki untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif melalui pemantauan tekanan intrakranial. Metode terapi pijat refleksi kaki yang digunakan adalah pemijatan kaki selama 30 menit dengan panduan yang valid dan teruji sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Hasil intervensi keperawatan menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah sistol maupun diastol setiap responden berkisar 10 hingga 20 poin. Hal itu disebabkan karena terapi pijat refleksi kaki dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro humoral yang komplek dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui jalur sistem saraf hingga pada akhirnya tekanan pada dinding-dinding pembuluh darah dapat berkurang dan aliran darah menjadi lancar sehingga tekanan darah akan menurun. Kesimpulan dari aplikasi ini adalah terapi pijat refleksi kaki efektif digunakan untuk penurunan tekanan darah pada responden hipertensi.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Ida Dwi Revianti ◽  
Arief Yanto
Keyword(s):  

Dismenore merupakan salah satu gangguan saat menstruasi yang berasal dari kram uterus. Pentingnya dismenore untuk ditangani karena terbukti timbulkan dampak negatif bagi remaja antara lain yaitu seringkali merasa lelah dan lemah, apabila tidak ditangani, nyeri akan menyebar ke pinggang bahkan hingga paha yang kemudian disusul dengan mual muntah. Salah satu penatalaksanaan nyeri secara non famakologi adalah teknik akupresur pada titik hegu (LI4). Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik akupresur titik hegu (LI4) terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore. Desain studi yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Subjek studi kasus yaitu remaja perempuan yang mengalami dismenore. Teknik sampling studi kasus ini menggunakan metode purposive sampling untuk mengumpulkan 3 responden dengan menggunakan kriteria inklusi. Penerapan akupresur dilakukan selama 3 hari, 1 kali sehari dengan durasi 20 menit. Hasil studi kasus menunjukkan adanya penurunan rerata intensitas nyeri pada ketiga subjek studi setelah dilakukan teknik akupresur titik hegu (LI4). Subjek studi kasus 1 terjadi penurunan rerata sebesar 85,71%. Subjek studi kasus 2 terjadi penurunan rerata sebesar 80% dan subjek studi kasus 3 terjadi penurunan rerata sebesar 66,67%. Hasil rata-rata penurunan intensitas nyeri dari ketiga klien didapatkan sebesar 77,46%. Teknik akupresur titik hegu (LI4) mampu menurunkan intensitas nyeri dismenore.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 9
Author(s):  
Swi Swasti Pratiwi ◽  
Chanif Chanif

Asma bronkial merupakan penyakit pernapasan kronis yang disebabkan terjadinya penyempitan jalan napas akibat adanya reaksi hipersensitifitas pada bronkus, yang menimbulkan gejala berupa wheezing, batuk, dan sesak napas. Ketika pasien asma mengalami sesak, maka akan terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dan penurunan saturasi oksigen yang apabila tidak segera ditangani maka dapat menyebabkan pasien kekurangan oksigen (hipoksia) yang berujung pada kematian. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan teknik pernapasan buteyko yang dikombinasikan dengan terapi bronkodilator untuk penurunan frekuensi pernapasan dan peningkatan saturasi oksigen pada asuhan keperawatan pasien asma. Metode yang digunakan deskriptif studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan. Subjek studi kasus adalah pasien asma bronkhial sejumlah 3 pasien yang didapatkan secara incidental. Intervensi yang diberikan berupa teknik pernapasan buteyko selama ±15 menit setelah pasien mendapatkan terapi bronkodilator. Hasil studi ini menunjukan bahwa terdapat penurunan frekuensi pernapasan dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien asma bronkhial yang diberikan terapi pernapasan buteyko dengan rata-rata frekuensi pernapasan pada ketiga pasien adalah 25x/menit, dan rata-rata saturasi oksigen pada ketiga pasien adalah 100%. Teknik pernapasan buteyko dapat digunakan sebagai salah satu penatalaksanaan kombinasi untuk mengurangi gejala asma bronkhial.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document