Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan (Health Information Management)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

24
(FIVE YEARS 1)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Stikes Sapta Bakti

2622-0423, 2503-5118

Author(s):  
Djusmalinar Djusmalinar

Penjelasan dalam Informed consent dicatat dan didokumentasikan dalam berkas rekam medis oleh dokter. Kelengkapan data lembar Informed consent sangat penting karena dapat mempengaruhi aspek hukum rekam medis dan mutu rekam medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidaklengkapan pengisian lembar informed consent (CM 8) tindakan Operasi pada item variabel (Identifiikasi, Laporan penting dan Autentifikasi) di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu Tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, melalui pendekatan cross sectional yaitu melihat kondisi pada saat pelaksanaan penelitian, yang dapat dilakukan sewaktu-waktu. Populasi penelitian ini yaitu berkas rekam medis pasien pada lembar informed consent (CM 8) 10 besar tindakan operasi tahun 2016 yaitu 1022 berkas. Sampel penelitian ini berjumlah 91 lembar informed consent pada berkas rekam medis. Jenis data penelitian ini yaitu data primer, data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa, dari 91 lembar Informed Consent (IC) yang diobservasi, 100% lembar IC (CM 8) tindakan operasi tidak terisi lengkap. Persentase tertinggi lembar IC yang tidak lengkap pada item No.KTP (100%) dan pada item Jenis Kelamin (25%); persentase tertinggi lembar IC yang tidak lengkap pada item dasar diagnosis (45%); item alternative dan resiko (44%) dan perkiraan biaya (100%), persentase tertinggi lembar IC yang tidak lengkap yaitu pada lembar item TTD saksi rumah sakit 67% dan nama terang saksi rumah sakit 70%. Diharapkan RSUD dr. M. Yunus, membuat laporan KLPCM (Ketidaklengkapan Pengisian Catatan Medis) sebagai dasar untuk evaluasi kinerja petugas yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan pengisian rekam medis.


Author(s):  
Niska Ramadani

Information technology is currently growing fast, which allows users to receive information quickly. Users needs is different,, such as communication, education, business, entertainment, economy, health and others. One example of its users in the health sector is the medical records information system. Medical record is a collection of facts or evidence of a patient's condition, past and present medical history and treatment written by the health professionals that provides patient care.The objective to be achieved in this research is to make a medical record application of patients at Puskesmas Talang Tinggi using programming language Visual Basic 6.0The research method used in this research is from conventional system to computerized system with the stages is old system analysis, new system analysis, system design, system implementation and system test.The software used in making this application is visual basic and using microsoft access database. The results of the report in the show using crystal report.


Author(s):  
Nofri Heltiani
Keyword(s):  

Berkas rekam medis inaktif pada rak penyimpanan tidak selamanya akan disimpan, karena jumlah rekam medis di rumah sakit terus bertambah. Pemisahan dan pemusnahan rekam medis merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan tujuan mengurangi penumpukan berkas rekam medis di ruang penyimpanan.Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu hanya mempunyai satu ruang penyimpanan rekam medis aktif dan tidak mempunyai ruang penyimpanan rekam medis inaktif secara khusus.Rekam medis inaktif disimpan di ruang penyimpanan rekam medis aktif dikarenakan ruang tersebut sudah penuh, dan ada sebagian rekam medis inaktif yang disimpan di dalam kardus serta hanya diletakkan di lantai dekat rak penyimpanan.Untuk mengurangi berkas rekam medis inaktif tersebut rumah sakit melakukan pemusnahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinjauan pelaksanaan pemisahan dan pemusnahan berkas rekam medis aktif dan inaktif di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis periode tahun 2012-2016 sebanyak 78.408, dengan sampel sebanyak 78.408 berkas rekam medis dengan teknik pengambilan sampel total populasi. Menggunakan data primer dan sekunder, diolah secara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Hasil penelitian ini adalah pemisahan dan pemusnahan berkas rekam medisaktif-inaktif belum sesuai dengan SOP karena banyak tahapan yang tidak laksanakan.Fasilitas yang digunakan untuk melakukan pemusnahan meliputi tempat, alat pencacah dan komputer. Pelaksanaan penilaian berkas rekam medis yang akan dimusnahkan berdasarkan tata cara penilaian yang terdapat pada prosedur pemusnahan berkas rekam medis.Diharapkan Rumah Sakit Rafflesia Bengkulumemiliki SOP tentang pemisahan dan pemusnahan berkas rekam medis.


Author(s):  
Nova Oktavia

Kualitas data dan informasi pelayanan kesehatan membutuhkan keakuratan dan kekonsistenan data yang dikode. Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak, dan tanggungjawab dokter (tenaga medis) terkait Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosis yang telah ditetapkan oleh tenaga medis. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui ketepatan kode diagnose dan tingkat pengetahuan petugas RM pada ruang Murai B (pendidikan, SOP, dan Buku ICD) DRM di unit RM RSKJ Soeprapto Bengkulu. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan deskriptif. Sampel penelitian ini terdiri dari 83 DRM dan 20 petugas RM, dengan teknik pengambilan sampel Systematic Random Sampling. Untuk mendapatkan data ketepatan kode diagnose menggunakan lembar observasi, untuk mendapatkan data pengetahuan menggunakan kuesioner dan untuk mendapatkan data tentang SOP dan Buku ICD menggunakan pedoman wawancara. Setelah data terkumpul dianalisis secara univariat (menggunakan tabel dan narasi). Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa dari 83 DRM 44 (53,01%) dengan kode diagnosa tidak tepat. Dari 20 petugas rekam medis manyoritas berpengetahuan kurang yaitu 14 (70%). Penentuan kode diagnosa tidak sesuai SOP karena dilakukan oleh Dokter. Dokter dalam memberi kode diagnosa penyakit tidak berpedoman pada buku ICD-10. Diharapkan peningkatan frekuensi pelatihan pada petugas yang belum mengikuti pelatihan dan perlunya dokter diikutkan dalam pelatihan mengenai penentuan kode diagnosis.


Author(s):  
Yoki Hermansyah

Ditemukan diruangan penyimpanan berkas rekam medis pasien belum mengunakan petunjuk keluar tracer (outguide), dan dari data observasi didapatkan hasil 285 berkas rekam medis yang terjadinya duplikasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor pendukung penggunaan tracer (outguide) ruangan filling di RSUD Tais Kabupaten Seluma. Jenis penelitian yang digunakan observasional dengan rancangan deskripif, populasi dalam penelitian ini ada dua yaitu petugas di unit rekam medis 5 orang dan berkas rekam medis berjumlah 700 berkas, dengan sampel 5 orang petugas dan 233 berkas rekam medis dengan pengambilan sampel secara Stratified  Random Sampling. Menggunakan data primer dan sekunder yang diolah secara univariat.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai juli tahun 2016 di ruangan rekam medis RSUD Tais Kabupaten Seluma. Dari 12 petugas rekam medis di RSUD Tais Kabupaten Seluma hanya 1 orang yang  berlatar belakang D-III rekam medis, dan  hasil observasi dari 233 berkas rekam medis yang diamati didapatkan 49 berkas rekam medis yang terjadinya duplikasi, sehingga jika dipersentase kan 21,03%. Diharapkan kepada kepala ruangan rekam medis untuk penambahan Sumber Daya Manusia yang berlatar belakang pendidikan DII-rekam medis agar kinerja petugas rekam medis dapa berjalan sesuai standar prosedur yang ada dan dilakukanya perencanaan pembuatan tracer agar berkas rekam medis yang dipinjam dapat terkontrol keluar masuknya.


Author(s):  
Yoki Hermansyah

Ditemukan diruangan penyimpanan berkas rekam medis pasien belum mengunakan petunjuk keluar tracer (outguide), dan dari data observasi didapatkan hasil 285 berkas rekam medis yang terjadinya duplikasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis faktor pendukung penggunaan tracer (outguide) ruangan filling di RSUD Tais Kabupaten Seluma. Jenis penelitian yang digunakan observasional dengan rancangan deskripif, populasi dalam penelitian ini ada dua yaitu petugas di unit rekam medis 5 orang dan berkas rekam medis berjumlah 700 berkas, dengan sampel 5 orang petugas dan 233 berkas rekam medis dengan pengambilan sampel secara Stratified  Random Sampling. Menggunakan data primer dan sekunder yang diolah secara univariat.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai juli tahun 2016 di ruangan rekam medis RSUD Tais Kabupaten Seluma. Dari 12 petugas rekam medis di RSUD Tais Kabupaten Seluma hanya 1 orang yang  berlatar belakang D-III rekam medis, dan  hasil observasi dari 233 berkas rekam medis yang diamati didapatkan 49 berkas rekam medis yang terjadinya duplikasi, sehingga jika dipersentase kan 21,03%. Diharapkan kepada kepala ruangan rekam medis untuk penambahan Sumber Daya Manusia yang berlatar belakang pendidikan DII-rekam medis agar kinerja petugas rekam medis dapa berjalan sesuai standar prosedur yang ada dan dilakukanya perencanaan pembuatan tracer agar berkas rekam medis yang dipinjam dapat terkontrol keluar masuknya.


Author(s):  
Niska Ramadani

Penomoran nomor rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan manajemen rekam medis dari suatu pelayanan kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik. Sumber daya manusia yang bermutu dan prosedur atau tata kerja yang baik serta sarana atau fasilitas yang memadai. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalahmetode observasional deskriptif dengan desain cross-sectional, populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis pasien rawat jalan di rumah sakit umum daerah tais, dengan sample sebanyak 233 berkas rekam medis dengan teknik pengambilan sample secara Sistematic Random Sampling. Menggunakan data primer dengan cara melakukan wawancara tentang penetapan SOP yang belum ada di tetapkan di bagian unit rekam medis, KIUP yang belum tersedia di unit rekam medis, Pendidikan Rekam Medis dan data sekunder dengan cara melakukan telaah nomor dokumen rekam medis pasien rawat jalan yang tersusun di dalam box, diolah secara univariat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tais. Hasil analisa univariat, dari 233 berkas rekam medis 32 (13,73%) terjadi duplikasi penomoran berkas rekam medis, dan 201 (86,26%) tidak terjadi duplikasi nomor rekam medis. Diharapkan petugas di unit rekam medis agar dapat menjalankan pelayanan yang sesuai dengan kaedah-kaedah yang berlaku yaitu ketersediaan standar operasional prosedur, sarana dan  prasarana khususnya KIUP dan sumber daya manusia supaya kejadian duplikasi nomor rekam medis dapat diatasi


Author(s):  
Niska Ramadani

Penomoran nomor rekam medis yang baik merupakan salah satu kunci keberhasilan atau kebaikan manajemen rekam medis dari suatu pelayanan kesehatan, tentunya jika didukung dengan sistem yang baik. Sumber daya manusia yang bermutu dan prosedur atau tata kerja yang baik serta sarana atau fasilitas yang memadai. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalahmetode observasional deskriptif dengan desain cross-sectional, populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis pasien rawat jalan di rumah sakit umum daerah tais, dengan sample sebanyak 233 berkas rekam medis dengan teknik pengambilan sample secara Sistematic Random Sampling. Menggunakan data primer dengan cara melakukan wawancara tentang penetapan SOP yang belum ada di tetapkan di bagian unit rekam medis, KIUP yang belum tersedia di unit rekam medis, Pendidikan Rekam Medis dan data sekunder dengan cara melakukan telaah nomor dokumen rekam medis pasien rawat jalan yang tersusun di dalam box, diolah secara univariat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2016 di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tais. Hasil analisa univariat, dari 233 berkas rekam medis 32 (13,73%) terjadi duplikasi penomoran berkas rekam medis, dan 201 (86,26%) tidak terjadi duplikasi nomor rekam medis. Diharapkan petugas di unit rekam medis agar dapat menjalankan pelayanan yang sesuai dengan kaedah-kaedah yang berlaku yaitu ketersediaan standar operasional prosedur, sarana dan  prasarana khususnya KIUP dan sumber daya manusia supaya kejadian duplikasi nomor rekam medis dapat diatasi


Author(s):  
Nofri Heltiani
Keyword(s):  

Indeks Kepuasan Masyarakat merupakan data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Upaya peningkatan kualitas adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha pemerintah maupun swasta dibidang kesehatan, karena kesehatan merupakan salah satu hak dasar rakyat sesuai amanat UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang datang dan berobat di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu, dengan sampel sebanyak 80 pasien yang datang dan berobat di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Menggunakan data primer, diolah menggunakan rumus pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat berdasarakan Keputusan Menteri Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu. Hasil analisa data dari tujuh indikator kepuasan yang diukur yaitu kejelasan petugas pelayanan 2.99 (puas), kedisiplinan petugas pelayanan 2.95 (puas) kecepatan pelayanan 2.48 (cukup puas), keadilan mendapatkan pelayanan 2.53 (puas), kesopanan dan keramahan 2.88 (puas), kepastian jadwal pelayanan 2.75 (puas) dan kenyaman lingkungan 2.94 (puas). Diharapkan Para pejabat RSUD Kota Bengkulu perlu kiranya menetapkan target bahwa indeks kinerja di masing-masing unit pelayanan tidak lagi memiliki kinerja yang cukup baik, akan tetapi semua unit pelayanan memiliki komitmen untuk mencapai kinerja pelayanan yang optimal (sangat baik).


Author(s):  
Nofri Heltiani
Keyword(s):  

Indeks Kepuasan Masyarakat merupakan data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Upaya peningkatan kualitas adalah langkah terpenting untuk meningkatkan daya saing usaha pemerintah maupun swasta dibidang kesehatan, karena kesehatan merupakan salah satu hak dasar rakyat sesuai amanat UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang datang dan berobat di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu, dengan sampel sebanyak 80 pasien yang datang dan berobat di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Menggunakan data primer, diolah menggunakan rumus pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat berdasarakan Keputusan Menteri Aparatur Negara Nomor 25 Tahun 2004. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli di unit rawat jalan RSUD Kota Bengkulu. Hasil analisa data dari tujuh indikator kepuasan yang diukur yaitu kejelasan petugas pelayanan 2.99 (puas), kedisiplinan petugas pelayanan 2.95 (puas) kecepatan pelayanan 2.48 (cukup puas), keadilan mendapatkan pelayanan 2.53 (puas), kesopanan dan keramahan 2.88 (puas), kepastian jadwal pelayanan 2.75 (puas) dan kenyaman lingkungan 2.94 (puas). Diharapkan Para pejabat RSUD Kota Bengkulu perlu kiranya menetapkan target bahwa indeks kinerja di masing-masing unit pelayanan tidak lagi memiliki kinerja yang cukup baik, akan tetapi semua unit pelayanan memiliki komitmen untuk mencapai kinerja pelayanan yang optimal (sangat baik).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document