Buletin Sumber Daya Geologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

250
(FIVE YEARS 29)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Pusat Sumber Daya Mineral Batubara Dan Panas Bumi

2580-1023, 1907-5367

2021 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 220-233
Author(s):  
Bambang Nugroho Widi ◽  
Edya Putra

Penyelidikan dilakukan dengan latar belakang adanya pertambangan emas rakyat di sekitar daerah penyelidikan. Tujuan kegiatan yaitu untuk mengetahui kemenerusan dan tipe mineralisasi yang sudah ditemukan sebelumnya di luar daerah penyelidikan. Metoda yang digunakan meliputi pemetaan geologi dan pemercontoan geokimia sedimen sungai, batuan dan konsentrat dulang. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika PSDMBP meliputi analisis kimia metoda AAS, pemeriksaan petrografi, mineragrafi, mineralogi butir dan Spec-Terra. Mineralisasi di daerah Seteluk dan sekitarnya merupakan salah satu bentuk mineralisasi yang menarik terjadi pada batuan intrusi granodiorit, vulkanik dan batuan sedimen. Ada tiga bentuk indikasi mineralisasi yaitu; pertama, mineralisasi epitermal sulfidasi rendah, ditandai oleh adanya urat kuarsa menerobos zona argilik (ilit, monmorilonit, dan kaolinit) pada batupasir dengan asosiasi mineral nya kalkopirit, sfalerit, galena dan pirit. Kedua, mineralisasi epitermal sulfidasi tinggi ditandai oleh adanya silika masif dimana terdapat struktur vuggy silica setempat sulfur dengan mineral alterasi pirofilit, jarosit, dan sulfidanya pirit. Ketiga, indikasi porfiri diperkirakan terjadi pada granodiorit dengan ciri utama teralterasi epidot, klorit disertai veinlet dan bintik-bintik magnetit. Mineral logam yang teridentifikasi memiliki asosiasi magnetit, ilmenit, kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan oksida besi. Hasil analisis kimia batuan menunjukkan kadar Au tertinggi 98 ppb; Cu 774 ppm, Pb 7993 ppm dan Zn 23007 ppm. Indikasi mineralisasi Au dan Cu juga diketahui dari hasil pendulangan berupa butiran emas dan kalkopirit dengan prosentase butiran kalkopirit mencapai 53%. Pola alterasi dan mineralisasi menunjukkan munculnya magnetit disertai ilmenit, kalkopirit dan pirit pada intrusi granodiorit diperkirakan merupakan zona potasik (?) kemudian ke arah luar zona silika, argilik lanjut, zona argilik dan terluar zona propilit. Wilayah ini diperkirakan merupakan sistim mineralisasi tipe porfiri (?) di bagian dalam, kemudian diikuti oleh mineralisasi epitermal sulfidasi tinggi dan kemudian sulfidasi rendah dengan pusat mineralisasi diperkirakan masih berada di bawah permukaan.


2021 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 200-218
Author(s):  
Sulaeman ◽  
Ernowo ◽  
Denni Widhiyatna

Sebagai negara tropis pelapukan tanah di Indonesia berlangsung intensif. Penentuan daerah prospek mineralisasi pada penelitian ini menggunakan metode geokimia tanah, dengan melakukan pengambilan sampel dari tanah lapukan tersebut. Daerah Nanga Bangik, Desa Jemah, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat memiliki kondisi geologi yang sangat memungkinkan terbentuk mineralisasi logam. Penyelidikan ini dilakukan untuk menentukan daerah prospek mineralisasi. Sebanyak 135 sampel tanah telah diambil menggunakan sistem ridge and spurs dari horizon B dengan jarak antar titik lokasi sampel 75 – 100 meter. Sampel tanah tersebut dianalisis di Laboratorium Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP). Analisis laboratorium menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy), unsur yang dianalisis meliputi Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, Ag dan Au. Metode analisis statistik yang dilakukan meliputi analisis distribusi, perhitungan nilai threshold dengan metode perhitungan Mean+2 SDEV dan Median+2 MAD dan korelasi antar unsur dengan Faktor Analisis. Berdasarkan perhitungan nilai threshold menggunakan dua metode statistik yang berbeda, didapatkan beberapa nilai anomali dan tiga faktor kelompok unsur: Faktor 1: Pb-Fe-Zn-Ag Faktor 2: Mn-Cu dan Faktor 3 berupa unsur Au yang diinterpretasikan berhubungan dengan adanya mineralisasi logam. Didapatkan tiga daerah prospek mineralisasi logam di Bukit Empajak, Bukit Pirang dan Bukit Limau.


2021 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 186-199
Author(s):  
Devito Pradipta ◽  
Lano Adhitya Permana ◽  
Divi Muhammad Ramdhan
Keyword(s):  

Daerah Nage merupakan bagian dari jalur vulkanisme Busur Sunda-Banda yang membentuk rangkaian en-echelon di Pulau Flores. Tatanan tektonik regional di Pulau Flores yang cukup kompleks menyebabkan adanya struktur geologi yang intensif di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengamatan struktur geologi melalui analisis kelurusan topografi, kelurusan sungai, fitur melingkar dan densitas kelurusan (fracture fault density) dengan menggunakan citra DEMNAS serta pengukuran secara langsung di lapangan terhadap unsur-unsur struktur geologi primer dan sekunder pada 87 stasiun pengamatan. Pengukuran terhadap 441 kedudukan struktur geologi di daerah penelitian, menunjukkan bahwa struktur geologi sekunder, utamanya berupa kekar gerus, yang berguna untuk membuktikan kehadiran sesar yang memotong batuan berumur Kuarter pada daerah penelitian. Hasil analisis kinematika menyimpulkan bahwa terdapat sesar geser oblik berarah baratlaut-selatan tenggara dan timurlaut-baratdaya serta sesar geser berarah timur laut-baratdaya. Daerah penelitian terdapat fitur melingkar yang berasosiasi dengan peruntuhan kaldera dan pembentukan kawah. Analisis dinamik sesar untuk menentukan arah tegasan kompresif menunjukkan bahwa daerah penelitian mengalami deformasi kompresional berarah utara timurlaut-selatan baratdaya dengan arah tegasan maksimum (σ1) 16°, N 203°E dan arah tegasan minimum (σ3) 17,5°, N 297,1°E. Keberadaan struktur sesar diinterpretasikan memiliki peran sebagai jalur fluida terhadap sistem panas bumi Nage yang tampak dari kehadiran manifestasi panas bumi dan alterasi hidrotermal. Berdasarkan konfigurasi sesar, manifestasi, dan alterasi hidrotermal disimpulkan bahwa setidaknya terdapat tiga aliran fluida, yakni aliran fluida hidrotermal yang naik melalui sesar F1 dan dibatasi sesar F3, aliran fluida yang naik melalui sesar F2, dan aliran fluida hasil pendidihan yang naik melalui F10.


2021 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 166-184
Author(s):  
Lano Adhitya Permana ◽  
Husin Setia Nugraha ◽  
Sukaesih

Gabungan beberapa analisis pada citra satelit Landsat dan Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi indikasi area prospek panas bumi. Analisis dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah yang diawali dari informasi keberadaan mata air panas pada peta geologi regional lembar Takengon. Metoda penginderaan jauh seperti metoda Fault and Fracture Density (FFD) dan interpretasi circular feature diterapkan pada citra DEMNAS. Sedangkan metoda Land Surface Temperature (LST) dan Direct Principal Component Analysis (DPCA) diterapkan pada citra Landsat 8. Kenampakan circular feature, anomali LST dan indikator adanya mineral ubahan bersuhu tinggi, dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan sumber panas. Sedangkan penerapan FFD digunakan untuk memperoleh indikator adanya zona dengan permeabilitas tinggi yang diperlukan dalam sistem panas bumi.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikasi sumber panas diperkirakan berada pada komplek vulkanik Gunung Telege yang berada di daerah Kecamatan Atu Lintang. Hal ini diperlihatkan dengan adanya circular feature dan anomali LST yang terdapat di daerah tersebut. Penerapan metoda FFD mengindikasikan adanya zona outflow yang berada di sekitar manifestasi mata air panas yang terletak di sebelah barat laut Gunung Telege. Sedangkan dari hasil penerapan metoda DPCA sulit untuk diinterpretasi dikarenakan belum adanya pemisahan yang tegas antara indikator zona argilik lanjut dan zona propilitik dari hasil DPCA tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya nilai pencampuran antar beberapa indikasi mineral dalam satu piksel yang sama. Secara umum, penggunaan metoda penginderaan jauh di Kabupaten Aceh Tengah dapat membantu untuk memberikan petunjuk awal adanya kemungkinan sistem panas bumi di daerah tersebut


2021 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 152-164
Author(s):  
Ngadenin ◽  
Widodo ◽  
Rachman Fauzi ◽  
Fadiah Pratiwi

Di Pulau Sulawesi terdapat banyak batuan granitik yang berpotensi mengandung cebakan mineral radioaktif. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tipe cebakan mineral radioaktif berdasarkan karakteristik radioaktivitas, kadar uranium dan mineralogi yang bersumber dari batuan granitik tertentu. Data yang digunakan meliputi pengukuran radioaktivitas, kadar uranium, hasil pengamatan megaskopis dan petrografis batuan serta analisis butir mineral berat batuan granitik hasil eksplorasi uranium di Pulau Sulawesi. Batuan granitik terdiri dari granit, granit biotit, granodiorit, granodiorit biotit, granodiorit hornblenda, granodiorit biotit hornblenda, granodiorit hornblenda biotit, adamelit biotit, adamelit biotit hornblenda, adamelit hornblenda biotit, diorit, diorit hornblenda biotit dan syenit. Radioaktivitas batuan granitik 50 s.d. 1.200 c/s dan kadar uranium 0,54 s.d. 36 ppm. Mineral radioaktif yang terdapat pada batuan granitik terdiri dari zirkon, monasit, alanit, thorit dan branerit. Cebakan mineral radioaktif yang berpotensi terbentuk di Pulau Sulawesi adalah cebakan thorium tipe placer pada delta dan pantai yang ada saat ini.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 99-118
Author(s):  
Abizar Adi ◽  
Agus Didit Haryanto ◽  
Johanes Hutabarat ◽  
Dewi Gentana
Keyword(s):  

Wilayah Gunung Tampomas yang terletak di Kecamatan Buahdua, Kecamatan Conggeang, dan Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dipilih sebagai daerah penelitian karena diperkirakan memiliki potensi panas bumi dengan hadirnya manifestasi panas bumi berupa mata air panas di sekitarnya. Kemunculan manifestasi berhubungan dengan zona permeabilitas yang dikontrol oleh struktur geologi. Kelurusan punggungan dan lembah diamati dan dianalisis menggunakan citra penginderaan jauh ASTER GDEM dan peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1:25.000. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara permeabilitas dengan kemunculan manifestasi panas bumi di daerah penelitian. Metode penelitian dengan melakukan analisis penginderaan jauh dan Fault Fracture Density (FFD) menggunakan pemodelan 3D micromine software. Hasil analisis penginderaan jauh dengan azimut penyinaran dari 0˚, 45˚, 90˚, 135˚ dan altitude 45˚ memperlihatkan pola utama kelurusan punggungan–lembah yang diinterpretasikan sebagai patahan memiliki arah relatif barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya. Indikasi struktur geologi di lapangan diperlihatkan oleh morfologi bentuk punggungan lembah, di beberapa tempat memiliki tebing curam membentuk gawir sesar dan faset segitiga. Hasil analisis FFD di daerah penelitian memiliki tingkat permeabilitas yang bervariasi dengan nilai FFD rendah (0,00–3,00 km-1), sedang (3,00-6,00 km-1) dan tinggi (6,00–9,33 km-1). Manifestasi panas bumi muncul pada zona permeabilitas yang memiliki nilai FFD sedang hingga tinggi yang ditandai oleh warna jingga dan merah. Dari pemodelan 3D micromine software terhadap zona permeabilitas dan ploting mata air panas di permukaan terlihat secara jelas kemunculan mata air panas ke permukaan difasilitasi oleh patahan yang berkembang di daerah penelitian.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 119-131
Author(s):  
I Gede Boy Darmawan ◽  
Dirga Ilham Fahlevi ◽  
Muhammad Farhan Yassar ◽  
Fachri Aldi Pramudya

Gunung Rajabasa merupakan salah satu lapangan panas bumi di Sumatra yang belum dapat dieksploitasi hingga saat ini. Keberadaan manifestasi di daerah ini menjadi petunjuk keberadaan zona reservoar panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zona permeabilitas tinggi berdasarkan analisis Fault Fracture Density (FFD) dan menganalisis keterkaitan antara karakteristik struktur jalur fluida panas bumi ke permukaan dengan lokasi zona reservoar panas bumi. Metode FFD dilakukan dengan menggunakan Citra Digital Elevation Model (DEM) ALOS PALSAR untuk memetakan kelurusan/lineament yang berasosiasi dengan zona patahan maupun rekahan khususnya di area manifestasi. Observasi struktur di lapangan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil FFD. Arah dominan dari struktur yang teridentifikasi sebagian selaras dan searah dengan sistem sesar Sumatra yaitu arah Barat Laut – Tenggara dan sebagian menunjukkan respons yang memotong sistem sesar utama. Selanjutnya, hasil analisis FFD menunjukkan keterkaitan yang cukup signifikan antara zona lemah (fracturing) dengan zona reservoar panas bumi yang ditunjukkan oleh pola densitas struktur tinggi pada zona upflow di manifestasi Way Belerang, sedangkan pada zona outflow di manifestasi mata air panas Gunung Botak berada pada densitas struktur yang rendah.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 133-151
Author(s):  
Andri Eko Ari Wibowo ◽  
Mochamad Nur Hadi ◽  
Dikdik Risdianto
Keyword(s):  

Pengembangan panas bumi di Indonesia masih didominasi pada sistem panas bumi vulkanik yang digunakan sebagai pemanfaatan tidak langsung (listrik), padahal sekitar 70% dari 357 lokasi panas bumi di Indonesia berasosiasi dengan sistem non vulkanik. Keterbasan informasi bawah permukaan berupa data sumur dan fluida reservoar serta nilai keekonomian yang rendah, menyebabkan kurang berkembangnya pemanfaatan energi panas bumi di sistem non vulkanik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang karakteristik kimia air panas seperti tipe, asal-usul, dan temperatur fluida di Kalimantan, khususnya Cekungan Kutai Timur, serta memberikan rekomendasi pemanfaatannya.   Terdapat lima manifestasi berupa air panas dengan temperatur mulai dari 42 s.d. 55°C, pH netral, bertipe bikarbonat, dan terletak pada zona immature water. Karakteristik fluida di daerah panas bumi ini berkorelasi dengan litologi daerah penyelidikan yang didominasi oleh batuan sedimen. Hasil plotting nilai isotop O18 dan D menunjukkan sumber fluida panas bumi berasal dari air meteorik. Air permukaan meresap ke bawah permukaan dan akan terpanaskan oleh batuan panas yang diperkirakan timbul akibat adanya pembebanan dalam waktu yang sangat lama (geopressured), yang kemudian membentuk fluida reservoar. Temperatur reservoar diperkirakan sebesar 70 s.d. 170oC, dengan pembentukan sistem panas buminya dipengaruhi oleh lingkungan sedimen dengan umur yang relatif sudah tua (old hydrothermal system).   Sistem panas bumi di Cekungan Kutai memiliki reservoir dengan temperatur sedang-rendah, oleh karena itu pemanfaatannya lebih sesuai digunakan untuk pemanfaatan langsung. RekomendasI pemanfaatan langsung seperti untuk akuakultur, agro industri, pariwisata, dan balneoterapi dapat diaplikasikan pada semua sistem panas bumi di Cekungan Kutai. Pada sistem panas bumi di daerah Santan Tengah, Samboja, dan Tamapole-Dondang sangat memungkinkan dimanfaatkan untuk balneoterapi terhadap penyakit peradangan tulang karena memiliki kandungan bikarbonat yang tinggi (>500 ppm). Ada peluang untuk pemanfaatan tidak langsung menjadi energi listrik menggunakan siklus biner, pada sistem panas bumi Tamapole-Dondang (170oC) dan Samboja (150oC).


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 83-97
Author(s):  
Eska Putra Dwitama ◽  
M. Rizki Ramdhani ◽  
R. Maria Ulfa

Salah satu cara memanfaatkan batubara bawah permukaan adalah dengan cara mengonversinya ke dalam bentuk gas yang lebih ramah lingkungan melalui metode underground coal gasification (UCG). Cekungan Sumatra Selatan adalah salah satu cekungan batubara produkfif di Indonesia. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk untuk mengetahui lokasi potensi batubara yang cocok untuk pengembangan UCG. Evaluasi potensi batubara Indonesia untuk pengembangan UCG di cekungan ini, dilakukan dengan cara mengarakterisasi lapisan batubaranya. Batubara cekungan Sumatra Selatan di Daerah Bayung Lencir, Muara Kilis, dan Srijaya Makmur dievaluasi karakteristiknya untuk melihat potensi UCG pada batubara tersebut. Parameter karakteristik yang dievaluasi meliputi peringkat, ketebalan, kemiringan dan kedalaman lapisan batubara, rasio kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, batuan pengapit berikut ketebalannya, kondisi hidrogeologis (posisi batubara terhadap akuifer), struktur geologi serta sumber daya batubara. Hasil evaluasi menunjukkan, berdasarkan karakteristik batubaranya, daerah Bayung lencir merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan UCG.


2021 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 71-81
Author(s):  
Asri Arifin ◽  
Mega Fatimah Rosana ◽  
Euis Tintin Yuningsih ◽  
Boy Yoseph CSSSA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evolusi hidrotermal dari fluida pembawa mineralisasi yang terdapat di Pit Ramba Joring, meliputi temperatur, tekanan, densitas dan kedalaman pembentukan mineralisasi. Penelitian ini menggunakan analisis inklusi fluida. Sampel yang dianalisis merupakan sampel yang terindikasi terbentuk bersamaan dengan mineralisasi bijih (syngenetik), pada dua tekstur utama bijih yaitu batuan dengan tekstur silica vuggy yang terbentuk pada kisaran Th 331ºC hingga 394ºC, Tm -15,19ºC hingga -12,94ºC dengan salinitas 14,42 wt% hingga 14,89 wt%. NaCl equivalent dan batuan dengan tekstur brecciated terbentuk pada kisaran Th 287,8°C hingga 398,2°C, Tm -14,89°C hingga -11,76ºC serta salinitas 13,91 wt% hingga 4,87 wt%. NaCl equivalent. Korelasi positif antara temperatur homogenisasi pembentukan mineralisasi dengan salinitas larutan menandakan bahwa proses leaching yang membentuk rongga pada batuan terjadi pada stage awal proses alterasi hidrotermal yang diawali dengan proses leaching membentuk rongga (vuggy silica) yang diikuti proses silisifikasi dengan tekstur brecciated, pada fase ini berlangsung pengendapan mineralisasi. Asal larutan yang menjadi larutan pembentuk endapan hidrotermal merupakan jenis larutan basinal water-seawater dalam bentuk connate water yang masih dipengaruhi oleh air permukaan/meteoric water yang menunjukkan adanya indikasi hubungan dengan magmatic water. Densitas fluida pembentuk bijih logam berkisar pada 0,8 gr/cm3 sampai dengan 0,9 gr/cm3 sedangkan proses pembentukan bijih pada Pit Ramba Joring termasuk dalam isothermal mixing dengan sedikit pengaruh pemanasan/boiling.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document