SOLA GRATIA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

108
(FIVE YEARS 107)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Aletheia

2723-2794, 2723-2786

2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Yudi Handoko

Worship is an action that is not foreign to humans in the sense that every human being basically commits an act of worship (homo adorance). So that basically every human being must worship something. Especially for people who are religious, of course they realize that there are people who exceed everything called God / ALLAH.               It becomes a problem when sin enters humans, which causes a blurred image of Allah and results in an inaccurate / distorted object of worship that God should be something else. On the other hand, Allah gives freedom to humans to express their worship to Allah which makes people feel that the worship they have done is correct and even feel that the worship they do is the most correct.Jesus in John 4: 1-26 then provides the standard for being a true worshiper, that is, a worshiper who worships in spirit and in truth. This benchmark then becomes a benchmark for researchers to measure and examine the implementation of true worshipers based on John 4: 1-26 among the National Church level congregations throughout the city of Jember.This research uses quantitative research methods with survey and confirmatory methods consisting of the first, literature study or literature study as a basis for a true worshiper theory based on John 4: 1-26. Second, in the form of a statement survey or questionnaire made to identify the correct level of implementation of worshipers based on John 4: 1-26 among the National Church level congregations in Jember which was initially tested for validation by 4 doctors, then construct tests were carried out through orthogonal iterations. 30 samples, then 35 questionnaire items were submitted as the final test to 150 samples.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Christo Antusias Davarto Siahaan

Eskatologi adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam studi Perjanjian Baru memiliki kompleksitas, perdebatan dan signifikansi yang besar.  Namun demikian, eskatologi lebih banyak dikeluarkan oleh pemahaman dalam konteks Barat, tradisi gereja dan lain sebagainya. Menggunakan metode Kritik Poskolonial terhadap kitab suci khususnya teks Wahyu 21-22: 5 dalam dari sudut pandang era reformasi di Indonesia ditemukan bahwa eskatologi khas Indonesia memunculkan pemahaman mengenai adanya sebuah pengharapan. Pengharapan bahwa segala bentuk penindasan, korupsi dan lain sebagainya akan diselesaikan oleh Allah, dan Indonesia akan mengalami kesejahteraan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Kosma Manurung

Menurut Mazmur 23, bagi raja Daud Tuhan itu adalah gembalanya. Di Perjanjian Baru Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia adalah gembala yang baik. Cerita lainnya yang Alkitab tulis adalah bagaimana selama empat puluh tahun Allah mengembalakan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Perjanjian. Penelitian artikel ini bertujuan ingin menjabarkan pandangan teologi Pentakosta memaknai Allah sebagai gembala. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teks dan kajian literatur. Berdasarkan hasil penelitian artikel ini Allah sebagai gembala dimaknai berupa pimpinan Allah dalam kehidupan orang percaya dimana Allah memimpin orang percaya untuk masuk dalam rencana-Nya yang sempurna. Allah sebagai gembala juga berarti ada perlindungan dan pemeliharaan Allah yang nyata bagi orang percaya. Allah mengembalakan orang percaya karena didorong oleh cinta kasih-Nya pada orang percaya yang tidak akan tega membiarkan orang percaya berjalan sendiri. 


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Alvian Apriano

Pola migrasi ilegal yang dipilih oleh beberapa imigran di Malaysia menjadi persoalan rumit yang berkembang di Indonesia. Bahkan, para imigran yang demikian dianggap pendatang haram atau PATI (Pendatang Asing Tanpa Izin) oleh pihak Malaysia, sehingga dalam dasar itu, hak eksistensial mereka mulai dibela. Iman Kristen mengenal logika kasih dalam bermisi dan tolok ukur logika kasih tersebut ialah tindakan kasih yang sentrifugal, sehingga dalam hal ini para PATI yang menjadi tertekan itu merupakan pusat tindakan kasih. Akan tetapi, iman Kristen juga mengenal teks Imamat 19:15 yang menekankan keadilan dengan tindakan yang sewajarnya. Jika dihubungkan dengan teks, maka tindakan yang sewajarnya ialah hak eksistensial para PATI tidak perlu dibela, karena mereka imigran yang tidak wajar (yang Tanpa Izin). Oleh karena itu, membaca ulang teks Imamat 19:15 dan menelusurinya dengan perspektif logika kasih dalam bermisi dan etika Kristiani memandang persoalan itu sangat diperlukan.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Deky Nofa Aliyanto

SKB 2 Menteri Tentang Pendirian Rumah Ibadah di tetapkan  pada tanggal 21 Maret 2006 oleh Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri. Sejak ditetapkan, terdapat sebagian gereja yang terdampak regulasi peraturan itu.  Penelitian ini berupaya mengkonstruksi  sikap gereja masa kini terhadap  realitas ini berdasarkan sejarah gereja tahun 30-500 M. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisa interaktif yaitu penggumpulan data, penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mencakup: berdasarkan sejarah, gereja masa kini harus memandang SKB 2 Menteri Tentang Pendirian Rumah Ibadah sebagai peraturan yang bertujuan menjaga toleransi antar umat beragama di Indonesia. Selain itu ditemukan bahwa peraturan ini dimanfaatkan oleh orang-orang atau oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menekan eksistensi sebagian gereja di Indonesia. Berkaca dari sejarah, hendaknya gereja masa kini hendaknya menjadikan tantangan tersebut sebagai batu loncatan untuk mengalami kuwalitas pertumbuhan iman jemaat. Meskipun demikian, gereja juga memiliki hak  untuk berjuang melalui jalur hukum sebagaimana telah diatur dalam undang-undang. Apapun hasilnya gereja harus menjaga diri supaya tidak terlibat aksi anarkhis.Kata kunci: Menimbang, SKB 2 Menteri, Regulasi, Sejarah Gereja.


2021 ◽  
Vol 17 (9) ◽  
Author(s):  
Andreas Hauw
Keyword(s):  

Abstrak: Artikel ini mengaformasi larangan homoseks dalam Imamat 18:22 dan 20:13 lewat analisis teks dan konteks. Atas dasar teks dan konteks ini pula, artikel berdiskusi dengan pertanyaan-pertanyaan kaum revisionis yang menafsirkan kedua teks Imamat secara berbeda dan tidak relevan. Dalam kategori ritual, tradisi dan keadilan artikel ini menjawab keberatan-keberatan yang muncul. Abstract: The article affirms the prohibition of same-sex relationships through the analysis of the text and contexts of Leviticus 18:22 and 20:13. Differing views and interpretations by revisionists and the dismissal of their inappropriate analysis and categorization of ritual, tradition, and justice are also addressed in the article.


Author(s):  
Mark Simon

Book review by Mark Simon, Ridley College, Melbourne


Author(s):  
Stefanus Suheru

AbstractThis research addresses the problem of violence in the name of religion increasingly widespread in Indonesia. Ironically, the violence is getting legitimacy of scriptural texts, including the Bible. This means, that violence is not only driven by external motives such as political, economic and social development. Internal motives can also make a major contribution, even a major problem. Violence has theological roots, one of them, related to the interpretation of religious texts which, when understood literally, is able to present the figure of a violent religion. Solutions offered in this study is the reading of narratives of violence, with the text of Joshua 11 as an example, using the method of narrative analysis. The results showed that the text of Joshua 11 violence can not justify a Christian to be violent. The image of God as the Divine Warrior is ambiguous, kherem implementation that does not ignore the grace of salvation for outsiders to be insiders, and Israel's war put the violence in the name of religion in a position that is not relevant to the lives of Indonesia plural. Violence texts as core testimonies need to be matched with texts of peace as counter testimonies.AbstrakPenelitian ini membahas masalah kekerasan atas nama agama yang semakin marak di Indonesia. Ironisnya, kekerasan ini mendapatkan legitimasi dari teks-teks kitab suci, termasuk Alkitab. Hal ini berarti, kekerasan tidak hanya dipicu oleh motif-motif eksternal seperti kepentingan politik, ekonomi dan sosial.  Motif internal juga dapat memberikan kontribusi yang besar, bahkan merupakan masalah utama.  Kekerasan memiliki akar teologis, yang salah satunya, terkait dengan interpretasi teks-teks keagamaan yang ketika dipahami secara literal, mampu menghadirkan sosok agama yang penuh kekerasan. Solusi yang penulis tawarkan dalam penelitian ini adalah pembacaan narasi kekerasan, dengan teks Yosua 11 sebagai contoh, dengan menggunakan metode analisis naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks kekerasan Yosua 11 tidak bisa dijadikan pembenaran orang Kristen untuk melakukan kekerasan. Citra Allah sebagai Divine Warrior yang ambigu, pelaksanaan kherem yang tidak menutup anugerah keselamatan bagi outsiders sehingga menjadi insiders, dan perang Israel yang bersifat kasuistik, menempatkan kekerasan atas nama agama pada posisi yang tidak relevan dengan kehidupan Indonesia yang majemuk.Teks-teks kekerasan sebagai core testimony perlu ditandingkan dengan teks-teks perdamaian sebagai counter testimony.


Author(s):  
Mahattama Banteng Sukarno

Abstrak Sebagai media pengajaran umat, narasi dalam Kitab Suci termasuk dalam media komunikasi massa sekaligus merupakan bagian dari kebudayaan. Sebagai media dan kebudayaan, narasi dalam Kitab Suci tidak bisa dilepaskan dari ideologi yang menjadi bagian utama dalam proses produksi dan peredaksian narasi Kitab Suci, termasuk juga narasi dalam Kitab Ester. Analisa wacana kritis dalam perspektif Norman Fairlough dipergunakan untuk menganalisa bahasa sebagai praktik kekuasaan atau ideologis. Wacana ideologi narasi Kitab Ester pada peredaksian pertama bertujuan menjadi media propaganda bagi integrasi dan kohesi masyarakat Yahudi sekaligus sebagai counter ideologi yang perkembang dan mempengaruhi bangsa Yahudi pada masa peredaksian pertama. Kata Kunci: Ideologi; Narasi; Ester; Peredaksian; Mitologi; Babel; Elam


Author(s):  
Yudi Jatmiko

Currently, marriage has devaluated. Marriage, divorce, and then remarriage and divorce again have become the game of life. These have caused many couples to take the short-cut when facing problems in marriage. Unfortunately, not few of the divorcees confess that they are Christians. Many people decide separation, divorce and remarriage as solutions of the problem being faced. This is not what God intended when He instituted marriage in the first place. This writing seeks to convey the concept of marriage based on Christian perspective as well as to analyze the problems regarding divorce and remarriage. Furthermore, pastoral ministry steps will be discussed related with the dilemma of pastors’ ministry in handling divorce and remarriage cases while believing that despites of all existing problems, holy marriage is worth continuing to be taught and fought for by every Christian couples. Dewasa ini, pernikahan mengalami devaluasi. Menikah, bercerai, kemudian menikah lagi lalu bercerai lagi seolah merupakan permainan dalam hidup ini. Hal ini membuat banyak pasangan sering mengambil short-cut ketika mengalami masalah dalam pernikahan. Celakanya, tidak sedikit dari mereka yang bercerai mengaku kristen. Banyak orang memutuskan perpisahan, perceraian, dan pernikahan kembali sebagai solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Ini bukanlah yang Allah kehendaki ketika Ia menciptakan pernikahan. Tulisan ini berusaha memaparkan konsep pernikahan berdasarkan perspektif iman Kristen serta menganalisis problematika seputar perceraian dan pernikahan kembali. Selain itu, langkah-langkah pelayanan pastoral akan didiskusikan berkaitan dengan dilema pelayanan hamba Tuhan dalam penanganan kasus perceraian dan pernikahan kembali dengan meyakini bahwa terlepas dari berbagai problematika yang ada, pernikahan yang kudus layak untuk terus ditanamkan dan diperjuangkan oleh setiap pasangan Kristen. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document