Journal of Tropical Chemistry Research and Education
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

36
(FIVE YEARS 36)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

2685-5690, 2685-144x

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 108-115
Author(s):  
Delma Safitri Amalia

Pembelajaran kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik dengan pembelajaran yang mendorong peserta didik agar lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi atau menalar, dan mengomunikasikan. Salah satu cara pencapaian kompetensinya yaitu melalui kegiatan praktikum. Tetapi kegiatan praktikum belum sepenuhnya dapat dilaksanakan di sekolah, karena laboratorium yang kurang memadai, tidak terdapat laboran, beberapa alat yang kurang memenuhi secara standar mutu dan jumlah yang terbatas, jam pelajaran yang cukup padat, lebih menekankan pada materi, dan harga bahan-bahan kimia yang terbilang cukup mahal. Hal ini menjadi dasar untuk dirancangnya buku petunjuk praktikum kimia dengan bahan alam untuk SMA/MA kelas X, dengan bahan alam seperti buah dan sayur, sehingga peserta didik bisa melaksanakan praktikum dengan mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan alam. Penelitian dikembangankan dengan metode 4-D dengan 4 tahapan yaitu pendefinisian (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate). Produk yang ‎dikembangkan ditinjau oleh dosen pembimbing dan peer reviewer untuk ‎diberikan saran perbaikan, kemudian dinilaikan kepada dosen ahli media dan ‎dosen ahli materi sekaligus memberikan saran perbaikan, untuk kemudian dinilaikan ‎oleh guru kimia SMA/MA, dan diresponpesrta didik kelas X. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan penilaian ahli materi, buku petunjuk praktikum yang ‎dikembangkan mendapatkan persentase keidealan 89,59% sehingga ‎dikategorikan Sangat Baik (SB). Penilaian oleh ahli media mendapatkan persentase keidealan 69,4% sehingga dikategorikan Baik (B). Hasil penilaian dari guru kimia mendapatkan persentase ‎keidealan 94,6% sehingga masuk kategori Sangat Baik (SB), dan berdasarkan respon ‎peserta didik kelas X persentase keidealan 92% ‎sehingga masuk kategori Sangat Baik (SB).  


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 99-107
Author(s):  
Nevy Pelawati Agustina

Adanya gap budaya/ cultural gap antar generasi memungkinkan musnahnya warisan pengetahuan dari generasi terdahulu sehngga diperlukan sebuah media yang dapat digunakan untuk menyimpan dan mendesiminasikan warisan pengetahuan dan kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan mengembangkan sebuah media berbagi pengetahuan (sharing knowledge) dalam bentuk komik edukasi kimia yang memuat konten kearifan lokal seni budaya dan kuliner Yogyakarta dikemas dengan komik yang bertemakan wayang. Penelitian ini menggunakan model pengembangan Borg & Gall yang meliputi lima tahapan, yaitu tahap penelitian dan pengumpulan data; tahap perencanaan; tahap pengembangan; tahap uji coba awal; dan tahap revisi produk. Produk komik edukasi kimia berbasis kearifan lokal ini ditinjau oleh satu dosen ahli media, satu dosen ahli materi, empat reviewer (guru kimia SMA/MA), dan tiga peer reviewer. Penilaian produk dilakukan menggunakan instrumen penilaian kualitas berupa angket skala Likert dan respon masyarakat menggunakan angket skala Guttman. Hasil penelitian pengembangan berupa media edukasi komik kimia berbasis kearifan lokal Yogyakarta yaitu media berisikan cover, pengenalan tokoh, dan isi cerita komik kimia. Berdasarkan hasil penelitian media edukasi komik kimia berbasis kearifan lokal Yogyakarta menurut empat guru kimia SMA/MA memiliki kualitas Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan sebesar 84,05%, sedangkan respon yang dihasilkan menurut lima belas responden yang merupakan masyarakat Yogyakarta dengan rentang usia 15-30 tahun memberikan respon baik dengan persentase keidealan sebesar 94,95% terhadao komik edukasi kimia berbasis kearifan lokal Yogyakarta “KEMBAR”.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 85-98
Author(s):  
Laely Yuliana
Keyword(s):  

Adiwiyata adalah program sekolah berwawasan lingkungan yang mempersyaratkan guru mengintegrasikan materi pendiidkan lingkungan hidup berupa isu lokal berwawasan kearifan lokal. Dalam pelaksanaannya guru belum mampu mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dalam pembelajaran. Guna memenuhi tautan tersebut, maka dibutuhkan sebuah buku pengayaan yang memungkinkan guru dapat belajar mandiri dalam mengkonsep pembelajaran untuk sekolah adiwiyata. Tujuan penelitian pengembangan ini adalah menilai kelayakan produk yang dikembangkan dan respon pengguna, serta untuk mengembangkan buku pengayaan bagi guru kimia di sekolah adiwiyata dengan model pembelajaran tematik karakteristik SETS dan CTL pada tema limbah pewarnaan batik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-D ‎yang terdiri atas 4 tahap, yaitu define, design, development, dan disseminate. ‎Penelitian ini dibatasi sampai tahap ketiga atau development. Produk yang dikembangkan dikonsultasikan pada dosen pembimbing, dilakukan validasi oleh ahli materi dan media dan tiga peer reviewer. Penilaian oleh lima orang guru dengan menggunakan angket dengan skala likert dan respon siswa menggunakan skala Guttman. Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kelayakan oleh ahli materi sebesar 78,3% dengan kategori Baik dan ahli media sebesar 100% denga kategori Layak. Adapun respon yang diberikan guru positif dengan persentase 89,63% dan memperoleh kategori Sangat Baik


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 74-84
Author(s):  
Ria Nilamsari
Keyword(s):  

Pembelajaran sains yang mengaitkan antara sains asli pada budaya masyarakat dan ditransformasikan menjadi sains ilmiah (berorientasi pada konsep etnosains) dinilai dapat meningkatkan literasi sains siswa. Pembelajaran sains yang turut serta memadukan unsur kebahasaan seperti aspek menulis, berbicara, dan membaca, karena aspek kebahasaan ini merupaka kunci dari literasi sains. Oleh karena itu, untuk meninkatkan literasi sains siswa, maka perlu dikembangkan buku-buku teks maupun nonteks (buku pengayaan). Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-D ‎yang terdiri atas 4 tahap, yaitu define, design, development, dan disseminate. ‎Penelitian ini dibatasi sampai tahap ketiga atau development. Produk dilakukan review oleh dua orang peer reviewer, dan divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan guru kimia sebagai reviewer. Produk juga direspon oleh sepuluh siswa. Penilaian kualitas produk oleh dosen ahli, guru kimia, dan siswa dilakukan menggunakan angket berstruktur dengan skala likert lima kategori yaitu sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K), dan sangat kurang (SK). Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas media pembelajaran berdasarkan validasi ahli materi adalah sangat baik dengan persentase keidealan sebesar 95,5 %, berdasarkan ahli media menghasilakn persentase keidealan sebesar 96,67 %, dan kualitas berdasarkan guru adalah sangat baik dengan persentase keidealan sebesar 88 %. Kemudian menurut respon siswa kuaitas produk juga sangat baik dengan persentase keidealan sebesar 89,7 %.  


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 63-73
Author(s):  
Adelina Nurmalitasari
Keyword(s):  

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat mampu mengubah berbagai aspek dalam kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pengembangan bahan ajar atau modul yang dapat memudahkan siswa untuk belajar. Tujuan penelitian yaitu untuk mengembangkan modul chemondroid materi tata nama senyawa, mengetahui kualitas modul berdasarkan penilaian guru, mengetahui respon siswa, dan mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-D ‎yang terdiri atas 4 tahap, yaitu define, design, development, dan disseminate. ‎Penelitian ini dibatasi sampai tahap ketiga atau development. Produk dinilai kualitasnya pada dua orang guru kimia dan sepuluh orang siswa menggunakan lembar penilaian kualitas serta lembar penilaan respon dengan skala Likert dan Gutmann. Uji coba terbatas dilakukan dua orang observer untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul chemondroid menggunakan lembar observasi keterlaksanaan. Modul chemondroid dikembangkan menggunakan software construc 2 dan Intel XDK yang dapat dioperasikan pada smartphone android dengan materi tata nama senyawa. Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan hasil penilaian kualitas guru mendapatkan kategori Sangat Baik (SB) dengan persentase 81.82%, sedangkan hasil respon siswa memperoleh persentase keidealan 86,67%. Hasil dari observasi keterlaksanaan menunjukkan bahwa modul chemondroid juga dikategorikan Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan kualitas sebesar 94,17%


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 53-62
Author(s):  
Rani Riyas Takim

Penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan modul pembelajaran dengan metode eksperimen yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan modul ikatan kimia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen dan menganalisis kualitas modul ikatan kimia berbasis Contextual Teaching and Learning melalui metode eksperimen berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, pendidik kimia SMA/MA (reviewer) serta respon peserta didik terhadap modul ikatan kimia. Model pengembangan produk yang digunakan mengadaptasi model 4D (Define, Design, Development, dan Disseminate), namun tahap disseminate tidak dilakukan. Produk modul pembelajaran ini divalidasi oleh dosen pembimbing, satu dosen ahli materi, satu dosen ahli media, serta tiga peer review. Kualitas produk dinilai oleh satu dosen ahli materi, satu dosen ahli media, tiga pendidik kimia (reviewer), dan direspon oleh sepuluh peserta didik SMA/MA. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen kualitas penilaian produk berupa skala Likert dan respon peserta didik berupa skala Guttman yang terdiri dari tujuh aspek yaitu kelayakan isi/materi, komponen kebahasaan, metode eksperimen kimia, pendekatan kontekstual (CTL), penyajian, kegrafikan, dan karakteristik modul. Hasil produk modul pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu berupa pengaitan materi dan eksperimen kimia yang terdapat dalam modul dengan kehidupan sehari-hari. Modul diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas serta dapat dijadikan sumber belajar mandiri peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan modul ikatan kimia berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui metode eksperimen dari ahli materi mendapat kategori Baik (B) dengan persentase 80%. Penilaian ahli media mendapat kategori Baik (B) dengan persentase 84%. Penilaian tiga reviewer (pendidik kimia) mendapatkan kategori Sangat Baik (SB) dengan persentase 85,20%. Serta menurut respon sepuluh peserta didik mendapatkan kategori Sangat Baik (SB) dengan persentase 93%.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 53-60
Author(s):  
Nur Azizah ◽  
Shidiq Premono
Keyword(s):  

Kebudayaan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran, misalnya etnokimia sehingga keberadaannya tetap terjaga. Etnokimia merupakan pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi budaya lokal Kabupaten Bantul bidang industri kerajinan berbasis etnokimia dan mengkaji keterkaitan antara potensi budaya lokal Kabupaten Bantul bidang industri kerajinan dengan pembelajaran kimia. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka.  Keabsahan data   yang   digunakan   adalah   uji   kredibilitas   dengan triangulasi data, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Adapun teknik analisa data menggunakan metode Miles Huberman berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Data yang terkumpul dikategorisasikan dan disusun secara sistematis kemudian dibuat kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi budaya lokal Kabupaten dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran berbasis kimia. Potensi budaya lokal berbasis etnokimia di Kabupaten Bantul adalah kerajinan batik, keris, gamelan, dan wayang kulit. Batik dapat dikaitkan dengan materi larutan asam basa, ikatan kimia, konsep mol, dan tata nama kimia. Keris dapat dikaitkan dengan materi sel volta dan korosi serta kimia unsur (periode 4). Gamelan dapat dikaitkan dengan materi reaksi oksidasi dan reduksi serta kimia unsur (periode 4). Wayang kulit dapat dikaitkan dengan materi polimer dan koloid.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 39-52
Author(s):  
Yasinta Mahanani Dentalina Latifadewi

Ujian Nasinal peminatan kimia merupakan salah satu ujian nasional yang dapat dipilih langsung oleh peserta didik. Pemilihan ujian nasional peminatan ini berdasarkan faktor dari masing-masing peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presentase peserta didik yang memilih mata pelajaran kimia, fisika, dan biologi dalam peminatan Ujian Nasional, faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik memilih kimia sebagai mata pelajaran peminatan Ujian Nasional, dan faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik tidak memilih kimia sebagai mata pelajaran peminatan Ujian Nasional. Penelitian ini dilakukan pada SMA N di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2019/2020. Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan matode survei. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket semi terbuka dan wawancara. Angket yang digunakan ada dua macam yaitu angket untuk peserta didik yang memilih kimia sebagai mata pelajaran peminatan Ujian Nasional dan angket untuk peserta didik yang tidak memilih kimia sebagai mata pelajaran peminatan Ujian Nasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah peserta didik pada SMA N di Kabupaten Kulon Progo tahun 2019/2020 yang memilih mata pelajaran UN kimia 14,5%, fisika 11,9% dan biologi 73,6%. Kemudian faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik dalam memilih kimia sebagai mata pelajaran ujian nasional dalam kategori tinggi yaitu faktor materi 13,2%, perasaan suka 10,6%, guru 9,3%, dan motivasi 10,8%. Sedangkan faktor dengan kategori rendah yaitu ketertarikan 5,9% dan nilai 5,8%. Sementara faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik tidak memilih kimia sebagai mata pelajaran ujian nasional dalam kategori tinggi yaitu faktor materi 13,5%, dan motivasi 12,3%. Sedangkan faktor dengan kategori rendah yaitu faktor perasaan tidak suka 9,4%, tidak tertarik 9%, guru 8,9%, dan faktor nilai 7,3%.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 28-38
Author(s):  
Dearisma Sekar Widaddari ◽  
Muhammad Zamhari

Model pembelajaran yang dapat mengukur berpikir kreatif peserta didik masih sedikit ditemui, maka dari itu dalam penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran Treffinger dengan Creative Exercise terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik secara kognitif dan afektif serta untuk mengetahui efektivitas model tersebut pada pembelajaran materi larutan penyangga. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Sleman kelas XI MIPA semester genap tahun ajaran 2019/2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desain noneqivalent control group design. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kogniti peserta didik yaitu tes tentang larutan penyangga yang terdiri dari pretest dan postest, sedangkan afektifnya menggunakan self assessment berbentuk angket skala sikap berpikir kreatif, lembar observasi, dab lembar respon peserta didik. Teknik analisis efektivitas model pembelajaran Treffinger dengan uji N-Gain. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik, baik secara kognitif maupun afektif. Hasil ini dibuktikan dengan diperoleh nilai sig. (2-tailed) < 0.05 pada uji statistika kemampuan berpikir kreatif secara kognitif dan afektif berturut-turut sebesar 0.002 dan 0.034. Selain ituhasil uji N-Gain diperoleh sebesar 89.94% yang artinya model pembelajaran Treffinger dengan Creative Exercise efektif diterapkan pada pembelajaran kimia. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran Treffinger dengan Creatif Exercise mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada pembelajara kimia.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 18-27
Author(s):  
Anisa Nur Khofifah

Perubahan warna merupakan salah satu fenomena yang menandai terjadinya reaksi kimia. Oleh karena itu, kemampuan mengidentifikasi perubahan warna menjadi bagian penting dalam praktikum kimia. Meskipun demikian, hal ini seharusnya tidak menjadi penghalang bagi penyandang buta warna untuk belajar dan memilih karir di bidang-bidang yang terkait dengan kimia. Persoalan muncul karena selama ini praktikum kimia secara umum belum didesain ramah bagi penyandang buta warna. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan buku petunjuk praktikum kimia ramah buta warna untuk materi asam-basa serta mengetahui kualitas produk yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media serta mengetahui dan mengkaji respon guru kimia SMA/MA, peserta didik kelas XI, dan penyandang buta warna. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4-D yang terdiri atas 4 tahap, yaitu define, design, develop, dan disseminate. Penelitian ini dibatasi sampai tahap ketiga atau develop. Produk yang dikembangkan ditinjau oleh dosen pembimbing dan peer reviewer untuk diberikan saran perbaikan, kemudian dinilaikan kepada dosen ahli media dan dosen ahli materi sekaligus memberikan saran perbaikan, untuk kemudian direspon oleh guru kimia SMA/MA, peserta didik kelas XI, dan produk juga direspon oleh penyandang buta warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penilaian ahli materi, buku petunjuk praktikum kimia ramah buta warna untuk materi asam-basa yang dikembangkan mendapatkan skor 24 dari skor maksimal 24, dengan persentase keidealan 100% sehingga dikategorikan Sangat Baik (SB). Penilaian oleh ahli media mendapatkan skor 21 dari skor maksimal 23 dengan persentase keidealan 91,3% sehingga dikategorikan Sangat Baik (SB). Adapun hasil respon dari guru kimia mendapatkan skor 81 dari skor maksimal 90, dengan persentase keidealan 90% sehingga masuk kategori Sangat Baik (SB), berdasarkan respon peserta didik kelas XI diperoleh skor 53,4 dari skor maksimal 65 dengan persentase keidealan 82,2% sehingga masuk kategori Baik (B), dan berdasarkan respon pengguna dari penyandang buta warna mendapatkan skor 58,5 dari skor maksimal 65 dengan persentase keidealan 90% sehingga dikategorikan Sangat Baik (SB).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document