scholarly journals Association between echocardiographic epicardial fat thickness and circulating endothelial progenitor cell level in patients with stable angina pectoris

2017 ◽  
Vol 40 (9) ◽  
pp. 697-703 ◽  
Author(s):  
Ting‐Yung Chang ◽  
Chien‐Yi Hsu ◽  
Chun‐Chih Chiu ◽  
Ruey‐Hsing Chou ◽  
Hsin‐Lei Huang ◽  
...  
Author(s):  
Yudi Her Oktaviono ◽  
Djanggan Sargowo ◽  
Mohammad Aris Widodo ◽  
Yanni Dirgantara ◽  
Angliana Chouw ◽  
...  

Sel Progenitor Endotel (EPC) merupakan kelompok sel yang memiliki kekuatan angiogenik yang kemudian dikenal sebagai pilihanpengobatan seluler untuk mengimbas perbaikan lapisan intima pembuluh darah. Berdasarkan beberapa kajian sebelumnya, jumlahEPC di pasien angina pektoris stabil lebih rendah dibandingkan dengan individu yang sehat. Di samping itu, EPC juga dikenal sebagaiperamal independen terhadap perjalanan penyakit jantung koroner. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran transduksiisyarat ERK1/2 terhadap proliferasi EPC yang diambil dari darah tepi pasien angina pektoris stabil dengan imbasan pemberian faktorpertumbuhan. Penelitian ini merupakan kajian percobaan melalui uji laboratoris dengan pendekatan atau rancangan control grouptime series design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Prodia Stem Cell Indonesia di Jakarta pada bulan Januari 2014. Sampeldarah tepi diambil dari delapan (8) subjek relawan pasien angina pektoris stabil yang memenuhi patokan kesertaan dan sebagaipembanding digunakan delapan (8) unit darah tepi yang diambil dari orang yang bukan pasien angina pektoris. Metode sel mononuklear(MNC) dari delapan (8) pasien angina pektoris stabil diisolasi selama satu (1) atau tiga (3) hari di medium tertentu dengan atautanpa penambahan suplemen. EPC yang dihasilkan dan dicat dengan metode pengecatan imunofluoresens untuk mendeteksi CD34,Vascular Endothelial Growth Factor Receptor 2 (VEGFR-2) dan CD133. Pemeriksaan proliferasi sel XTT digunakan untuk menilaipertumbuhan EPC setelah kultur antara 1−3 hari, sedangkan perhitungan Colony Forming Unit (CFU) digunakan untuk menilai fungsiEPC kelompok yang terbentuk setelah dikultur antara 1−3 hari. Analisis western blot dilakukan untuk mendeteksi aktifasi ERK1/2.Hasil mengecat imunofluoresens mengukuhkan seluruh petanda membran EPC termasuk CD34, VEGR2 dan CD133. Jumlah rerata EPCyang berdaya hidup di pasien angina pektoris stabil lebih rendah dibandingkan dengan pembandingnya, yaitu masing-masing 5,77×103dan 23,40×103. Jumlah EPC baik kelompok pasien angina pektoris stabil dan yang pembanding meningkat secara bermakna denganperangsangan faktor pertumbuhan. Hasil western blot menunjukkan bahwa ERK1 diekspresikan lebih tinggi pasien angina pektoris stabildibandingkan pembanding. Fosforilasi ERK2 terdeteksi di kelompok pembanding dan menguat secara bermakna seiring waktu denganperangsangan faktor pertumbuhan. Fosforilasi ini dihambat oleh U0126. Di pasien angina pektoris stabil, fosforilasi ERK2 terdeteksipada perangsangan faktor pertumbuhan setelah kultur selama tiga (3) hari.


Author(s):  
Ulzim Fajar ◽  
Mefri Yanni ◽  
Muhammad Syukri

  Background: Abdominal visceral adiposity is a risk factor of cardiovascular diseases. It correlates with increasing level of pro-inflammatory adipokines and cytokines which can induce endothelial dysfunction. Epicardial adipose tissue is considered as true visceral adiposity of the heart. Epicardial adipose tissue have pivotal role than other visceral adiposity because of adjacency to the heart and coronary vessels. This study was aimed to measure the cut off point of epicardial fat thickness as a diagnostic marker for the presence of coronary lesion. Methods: This was an observational analytic study with crossectional comparative design. Data was retrieved prospectively at the Heart Center Dr. M. Djamil Padang from August 2019 to February 2020 in stable angina pectoris patients who underwent coronary angiography. The Epicardial Fat Thickness (EFT) was measured at end-diastole from the Parasternal long axis (PLAX) views of three cardiac cycles on the free wall of the right ventricle on echocardiography examination. Bivariate analysis was used to assess epicardial fat thickness and presence of the coronary lesions using Independent Sample T test. A diagnostic test was performed based on receiver operating curve (ROC) analysis. Results: Patients were diagnosed as CAD group group (n =150; 58,11 ± 8,24 years) and non-CAD group (n = 50; 53,16 ± 9,78 years) based on coronary angiogram result. Epicardial fat thickness was higher in subjects with coronary lesions (3,62 ± 1,03 mm) compared with subjects without coronary lesions (1,55 ± 1,10 mm) with p <0.001. Epicardial fat thickness ≥ 2.835 mm predict the presence of coronary lesion by 82% sensitivity, 86% specificity and 88.9% accuracy based on the AUC value. Conclusions: Abnormal epicardial fat thickness ≥ 2.835 mm can be a good diagnostic marker to detect the presence of coronary lesion. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document