PRT Mode Share Estimations Using a Direct Demand Stated Preference Method

Author(s):  
J. Schweizer ◽  
J. Meggs
2017 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Angelalia Roza ◽  
Andy Mulya Rusli ◽  
Mohamed Rehan Karim

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kompetisi moda angkutan umum darat antarkota di negara berkembang seperti Malaysia, terkait atribut travel time dan travel cost. Kajian ini menjadi penting karena kebijakan infrastuktur di negara berkembang seperti realisasi double tracking project ETS di Malaysia, berpotensi menimbulkan persaingan moda khususnya bus dan kereta api, terkait dua atribut tersebut. Pendekatan analisis dilakukan menggunakan reveal preference method yang dipertajam dengan stated preference method. Tingginya kompetisi moda angkutan umum darat antarkota ini memungkinkan terjadinya mode shift, yang dapat diprediksi melalui preferensi dan persepsi pengguna moda. Preferensi dan persepsi pengguna moda bus antarkota dideskripsikan dengan memunculkan analisis sensitivitas terhadap 12.000 data set. Melalui analisis sensitivitas, dijumpai adanya perbedaan persepsi pengguna bus terhadap kebijakan penyedia jasa dalam perubahan nilai utilitas kedua moda tersebut. Temuan studi ini menarik, dimana reduksi travel time dan penurunan travel cost yang sama pada kedua moda, belum tentu menghasilkan persentase mode shift yang sama. Pengguna bus terlihat kurang begitu responsif terhadap pengurangan travel time maupun travel cost moda saingannya. Sebaliknya, pengguna bus antarkota lebih khawatir terhadap bertambahnya travel cost dan travel time moda mereka (bus). Diharapkan kajian ini menjadi pertimbangan bagi pembuat kebijakan agar pembangunan infrastruktur lebih tepat sasaran menuju terciptanya balance mode share. Terutama bagi kebijakan yang menimbulkan persaingan angkutan umum darat antarkota di masa depan.Kata kunci : Metoda stated preference, Reveal preference,  Preferensi moda bus antarkota, Analisis sensitivitas.


2001 ◽  
Vol 18 ◽  
pp. 305-310
Author(s):  
Hisa MORISUGI ◽  
Masaki SAITO ◽  
Yasuhisa HAYASHIYAMA

2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 405
Author(s):  
Harun al-Rasyid Lubis ◽  
Vinsensius Budiman Pantas ◽  
Muhammad Farda

2002 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 357-369 ◽  
Author(s):  
Robert Pettersson

A declining and restructured reindeer herd is forcing some Sami into other permanent or temporary occupations. In the Swedish parts of Sami land, Sápmi, an increasing number of Sami are involved in small companies dealing with tourism that focuses on their culture. These companies, their products and their location, are today relatively well known. What the tourists demand and appreciate, on the other hand, is not so well known. The purpose of this paper is to analyse which factors matter when tourists make their decisions. Using the stated preference method, respondents were requested to evaluate a number of hypothetical alternatives. The tourists' opinions and considerations were measured in respect of three attributes; the companies' offers, the prices for these products and access. The study shows that there seems to be a considerable potential in these kinds of activity and that there is, in some respects, a gap between supply and demand.


Author(s):  
Junainah Mohamad ◽  
Suriatini Ismail ◽  
Rosdi Ab Rahman

AbstrakPenilaian hartanah warisan budaya adalah berbeza bila dibandingkan dengan aset atau hartanah lainkerana warisan budaya tidak dapat dijualbeli secara aktif dalam pasaran. Kebanyakan orang termasukprofesional dan orang awam beranggapan harta warisan budaya sangat bernilai dan tidak dapat dinilai.Keunikan harta warisan budaya ini menjadikannya sukar untuk dinilai dengan kaedah konvensional yangsedia ada. Kaedah-kaedah innovasi yang terkini yang digunakan dalam harta warisan budaya adalahStated Preference method dan Revealed Preference method. Kaedah ini adalah di bawah kategorikaedah penilain ekonomi bagi non-market goods. Pada asasnya, adalah sangat penting untuk menilaiharta warisan budaya kerana (1) untuk mengakui dan menghormati keseluruhan harta warisan budaya(2) untuk menghargai keperluan penyelenggaraan dan pemeliharaan harta warisan budaya dan (3) bagimembantu menjawab akauntabiliti bagi mengekalkan kegunaan harta warisan budaya yang berterusan.Disebabkan pemikiran lalu di mana kebanyakan orang beranggapan bahawa harta warisan budaya adalahnon-reproducible, non-economic commodity dan non-substitutable maka wujud cabaran dalam menilaiharta warisan budaya. Kajian ini menyenaraikan keperluan dan cabaran dalam menilai harta warisanbudaya. Abstract A valuation of cultural heritage asset is different from other kinds of asset or property because culturalheritage is not normally traded actively in the market. Most people including professional and the generalpublic think cultural heritage is priceless and cannot be valued. The uniqueness of cultural heritage assetsmakes it difficult to be valued using the existing conventional methods. The most recent innovative methodsused in valuing cultural heritage asset are Stated Preference method and Revealed Preference method.Both methods are under economic valuation method for non-market goods. Essentially, it is very importantto assess the cultural heritage asset value in order to 1) acknowledge and respect the full worth ofheritage asset, 2) appreciate the need for maintenance and preservation of cultural heritage asset and, 3)assist in responding to calls for more accountability for the sustained use of these assets. Because of pastthinking where people believe that cultural heritage asset is non-reproducible, non-economic commodityand non-substitutable there are challenges exist in valuing cultural heritage asset. This paper highlightsthe need and challenges in valuing cultural heritage asset.


Urban Studies ◽  
2009 ◽  
Vol 47 (2) ◽  
pp. 235-256 ◽  
Author(s):  
Peter Howie ◽  
Sean M. Murphy ◽  
John Wicks

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document