Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

152
(FIVE YEARS 37)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Perpustakaan Universitas Andalas

2477-3484, 1858-2133

2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ahmad Sobah Nurul Sodik ◽  
Relly Andayani

Telah diterbitkan peraturan gempa yang terbaru, yaitu tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gedung dan non gedung SNI 1726:2019 menggantikan peraturan gempa sebelumnya, SNI 1726:2012. Dalam penelitian ini spektra desain yang ada dalam SNI 1726:2019 dibandingkan dengan spektra desain dalam SNI 1726:2012 dengan mengambil sampling 21 kota besar yang dianggap mewakili seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil perbandingan tampak sebagian besar mengalami kenaikan walaupun tidak sedikit yang mengalami penurunan dan ada pula yang tetap. Penerapan faktor amplifikasi Fa menurut SNI 1726:2019 menyebabkan adanya fenomena anomali di daerah-daerah rawan gempa, dimana nilai spektra desain untuk perioda pendek di situs Tanah Lunak (SE) dapat lebih rendah daripada nilai untuk Tanah Sedang (SD) dan Tanah Keras (SC). Fenomena anomali tersebut terjadi di kota-kota dengan SS di atas 0,75 g. Penelitian dilanjutkan dengan melakukan studi komparasi dengan membandingkan besaran gaya gempa yang dihitung menggunakan SNI 1726:2012 dan SNI 1726:2019 terhadap suatu sampel model struktur gedung yang diasumsikan terletak di Jakarta pada kondisi tanah lunak (SE). Terjadi kenaikan base shear desain pada gedung yang dihitung menggunakan SNI 1726:2019 dibandingkan gedung yang dihitung menggunakan SNI 1726:2012 sebesar 128,93% untuk arah x dan 131,23% untuk arah y. Sampel model struktur gedung memiliki level kinerja life safety jika dievaluasi terhadap peraturan gempa SNI 1726:2012 dan mengalami penurunan kinerja dari level life safety ke collapse prevention jika dievaluasi terhadap gempa peraturan baru, SNI 1726:2019.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Alvin Prayogo Soekiman ◽  
Anton Soekiman

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi sering terjadi pengeluaran biaya yang melebih anggaran yang telah direncanakan. Kelebihan biaya yang dikenal dengan cost overruns ini akan membebani pihak pelaksana jasa konstruksi terutama untuk kontrak Lumpsum Fixed Price. Penelitian ini difokuskan pada proyek konstruksi rumah tinggal dan rumah toko (ruko) dengan kontrak lumpsum di Indonesia dengan ruang lingkup penelitian di Kota Bandung dan Cimahi. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cost overruns dalam pelaksanaan proyek konstruksi rumah tinggal kecil-menengah dan rumah toko serta memodelkan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cost overruns tersebut dengan metode analisis jalur atau sering dikenal dengan metode Path Analysis. Data dikumpulkan melalui kuesioner dengan sasaran utama sebagai respondennya adalah para kontraktor atau minimal berada dijajaran Project Manager dalam sebuah proyek. Hasil penelitian menghasilkan bahwa faktor terkait kelengkapan desain merupakan faktor utama dalam terjadinya cost overruns  sehingga semakin lengkap desain awal perencanaan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya cost overruns Sementara jalur yang memiliki pengaruh paling dominan yaitu: cost overruns dipengaruhi oleh faktor terkait kinerja hasil pekerjaan, yang sebelumnya dipengaruhi oleh faktor terkait tenaga kerja, yang sebelumnya oleh faktor terkait kondisi hukum, sosial dan ekonomi, yang sebelumnya oleh faktor terkait kelengkapan desain. Sehingga dapat dilihat bahwa sumber permasalahan utama dari jalur yang paling dominan adalah faktor-faktor terkait kelengkapan desain.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Azra Zulnasari ◽  
Soewignjo Agus Nugroho ◽  
Ferry Fatnanta

Suatu bangunan infrastruktur yang akan dibangun terkait langsung dengan aspek yang paling penting yaitu tanah pendukung, karena berfungsi sebagai menerima dan menahan beban struktural diatasnya. Dalam kenyataannya, tidak semua tanah mempunyai perilaku fisik dan mekanis yang baik, salah satu contohnya ditandai dengan kadar air yang tinggi serta kuat tekan maupun daya dukung tanah yang rendah. Untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya kondisi tersebut maka dilakukan stabilisasi terhadap tanah agar memenuhi persyaratan teknis yang diperlukan. Stabilisasi tanah yang akan ditelaah yaitu perbaikan tanah lempung dengan dicampur zat aditive yaitu kapur, abu terbang serta abu dasar. Kapur dan geopolimer abu batubara, yaitu abu terbang abu dasar, sudah banyak digunakan untuk meningkatkan kuat geser dan daya dukung tanah. Tujuan penelitian adalah mengamati perilaku tanah lempung dengan kembang susut tinggi yang distabilisasi dengan kapur, abu terbang dan abu dasar. Perilaku yang diamati adalah peningkatan kekuatan tanah dengan pengujian laboratorium, yaitu nilai kuat tekan bebas Tanah. Pada penelitian ini pengujian kuat tekan dilakukan dengan 6 perlakuan yaitu:  tanpa pemeraman dan tanpa perendaman; tanpa pemeraman dengan perendaman; pemeraman 7 hari dengan tanpa perendaman; pemeraman 7 hari dan perendaman; pemeraman 28 hari dan  tanpa perendaman, serta pemeraman 28 hari dan perendaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan tersebut akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu pemeraman. Begitu juga dengan semakin bertambahnya persentase zat aditif maka nilai kuat tekan juga cenderung semakin meningkat. Sedangkan dengan perlakuan pemeraman terhadap sampel mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan. Nilai kuat tekan tertinggi berada pada Variasi VI sebesar 1506,158 kPa pada kondisi pemeraman 28 hari dan tanpa perendaman dimana persentase bahan tambah yang terkandung yaitu 25% abu terbang, 15% abu dasar dan 5% kapur. Sedangkan nilai Kuat Tekan Bebas terendah pada Variasi III sebesar 120,442 kPa pada kondisi tanpa pemeraman dan perendaman dengan persentase bahan tambah yang terkandung yaitu 10% abu terbang, 15% abu dasar dan 5% kapur.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Dwifitra Yenti Jumas ◽  
Vivi Ariani ◽  
Asirini Asrini

The issuance of Minister Regulation of Public Works and Public Housing (PUPR) No. 24/ PRT/ M/ 2014 concerning Competency-Based Training Guidelines in the Construction Services Sector is a strong effort by the government to increase the capacity of sustainable construction human resources in order to produce productive and competent human resources. Therefore, the workforce must-have requirements and a series of specific competencies to carry it out effectively and efficiently. Moreover, these competencies must be under the work they will do. The Kirkpatrick Model is used to evaluate the results of training and learning programs and rates against four levels of criteria: reaction, learning, behavior, and results. This research aims to find out what variables affect the effectiveness of competency-based training based on Kirkpatrick's four levels and see whether the competency training activities effectively increase human resources in construction services. A total of 64 questionnaires were then distributed to relevant respondents who attended the competency-based training held in West Sumatera during the 2017-2018 periods. From the results, there are 4 Kirkpatrick level variables that affect the effectiveness of training, namely the level of reaction (21 indicators), learning (6 indicators), behavior (7 indicators), and results (11 indicators). The variable that shows the most effective results is the variable level of learning as much as 47.51%, followed by results (44.56%), learning (47.51%), and behavior (29.27). It can be concluded that  the workforce competency training conducted in West Sumatera from 2017 to 2018 was still less effective.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Yessi Stani Beata Siahaan ◽  
Relly Andayani

Perkembangan teknologi jembatan cable stayed khususnya untuk jembatan bentang panjang berkembang sangat pesat. Jembatan cable stayed merupakan pilihan yang tepat karena desain geometri struktur yang relatif ringan, ekonomis dan lebih kaku dibandingkan dengan jembatan gantung. Analisis beban gempa yang terjadi dalam perhitungan struktur jembatan cable stayed sangat penting, karena sistem menara jembatan bersentuhan langsung dengan tanah keras sebagai media pelepasan energi sesaat saat terjadi gempa bumi. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis struktur menara jembatan cablye stayed dengan konfigurasi bentuk menara jembatan yang berbeda dalam memikul beban akibat beban gempa sehingga didapatkan bentuk menara yang memiliki gaya dalam minimum. Perencanaan bentuk menara bervariasi antara lain menara tipe A, menara tipe H, menara tipe berlian, menara tipe inverted Y, dan menara tipe X. Penyusunan kabel menggunakan Konfigurasi Semi Fan dan metode analisis dinamis menggunakan Time History Analysis. Bentuk struktur jembatan menara cable stayed sangat mempengaruhi kinerja dari struktur jembatan secara keseluruhan karena menara merupakan komponen utama jembatan yang menenerima gaya tekan dan momen yang besar. Hasil analisis diperoleh menara yang mengalami perpindahan minimum adalah menara tipe Inverted Y. Hasil analisis diperoleh semakin banyak tarikan kabel yang ditopang menara, semakin sedikit tumpuan pada menara dan geometri pada puncak menara yang tidak menyatu maka semakin besar gaya-gaya dalam yang dialami menara. Menara yang mengalami gaya-gaya dalam yang minimum yang dapat direkomendasi untuk digunakan pada jembatan cable stayed adalah menara tipe A, tipe H dan tipe Inverted Y.


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Hajar Crisia Cahyani ◽  
Entin Hidayah ◽  
Retno Utami Agung Wiyono ◽  
Gusfan Halik ◽  
Wiwik Yunarni Widiarti
Keyword(s):  

Erosi dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di sungai. Sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus dapat mengakibatkan sungai menjadi dangkal dan mengurangi kapasitas sungai. Sedimen akan mengendap pada bagian tertentu di sepanjang aliran sungai yang tidak mampu terangkut bersama dengan aliran sungai. Sungai Jatiroto merupakan sungai yang membatasi Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Sungai Jatiroto dimanfaatkan untuk keperluan irigasi pada kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Rowokangkung. Penyebab dari sedimentasi adalah perubahan tata guna lahan ataupun erosi yang dilakukan oleh sungai itu sendiri. Pemodelan transpor sedimen oleh HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui laju sedimen yang terbawa oleh sungai. Pada pemodelan ini dilakukan dua analisis, yaitu analisis hidrolika dan analisis transpor sedimen. Tahap pertama, analisis hidrolika menggunakan debit unsteady, parameter Manning (n) dan koefisien ekspansi dan kontraksi. Kalibrasi model dilakukan dengan cara perbandingan tinggi muka air yang menghasilkan nilai determinasi R2 sebesar 0,9586, nilai RMSE sebesar 0,39 dan masuk dalam kategori baik. Tahap kedua, analisis sedimentasi menggunakan debit quasi-unsteady dan diameter butiran. Fungsi pengangukatan sedimen yang cocok pada pemodelan ini adalah Laursen (Field) dengan laju sedimen sebesar 256,341 m³/tahun. Adapun laju sedimentasi di lapangan dilakukan dengan membandingkan cross section lama dengan yang baru yaitu 289,24  m³/tahun. Uji keandalan (validasi) model dilakukan dengan membandingkan hasil pemodelan dengan data observasi yang didapatkan dari hasil perhitungan volume pengendapan pada cross section. Didapatkan hasil uji keandalan sebesar 88%.


2020 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 178
Author(s):  
Arniza Fitri ◽  
Khairul Nizam Abdul Maulud ◽  
Dian Pratiwi ◽  
Arlina Phelia ◽  
Farli Rossi ◽  
...  

The issues of freshwater pollutions and the high demand of clean freshwater for daily human activities have forced developing countries such as Malaysia to continuously monitor the quality of the freshwater. The present study objective is to present the trend of water quality status in the Kelantan River downstream, Peninsular Malaysia from 2005 to 2018. Water samples were collected during dry and monsoon seasons from a sampling station located at downstream of the Kelantan River. Water quality parameters such as temperature, pH and dissolved oxygen (DO) were measured in situ while other parameters were analysed in the laboratory based on retrieved water samples. Water quality status was determined based on National Water Quality Standard (NWQS) for River in Malaysia by calculating the water quality index (WQI) according to the concentration of six water quality parameters involving pH, dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), suspended solids (TSS) and Ammonia Nitrogen (AN). The results showed that Kelantan River had good water quality during the dry season classified in Class II at 2005. The water quality was found to be slightly lower during the monsoon season in year 2006. In addition, increasing the number of construction, human activities in the land use areas, land use changes and the sewage water from domestic, industrial, wet market and food outlets in the Kelantan State have declined the water quality in Kelantan River from Class II (in 2005) to Class III (in 2010 and 2011) and to become Class IV in 2017 to 2018. The results of the present study are expected to give valuable information for the water managers in order to deal with better strategies in controlling the quality of freshwater at the Kelantan River and minimize the incidence of pollution-oriented problems, thus the water can be utilized for various water uses with appropriate quality.


2020 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 185
Author(s):  
Rizki Amalia Tri Cahyani ◽  
Ernawan Setyono ◽  
Yunan Rusdianto

Serangan sulfat (sulfate attack) termasuk hal yang umum terjadi pada struktur beton, mengingat ion sulfat banyak dijumpai pada tanah, air tanah dan air laut. Peningkatan ketahanan beton melawan sulfat akan berdampak besar pada durabilitas dan umur layan struktur beton. Penambahan supplementary cementitious materials seperti GGBFS (ground granulated blast furnace slag) ke campuran beton telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap durabilitas dan properti mekanis beton. Namun, GGBFS tergolong material yang baru dikembangkan di Indonesia dan potensinya dalam meningkatkan durabilitas beton belum dimanfaatkan secara luas. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan investigasi terkait aplikasi GGBFS dan pengaruhnya terhadap durabilitas beton, terutama dalam melawan serangan sulfat. Dalam studi ini, durabilitas beton dengan persentase penggantian GGBFS 30%, 50% dan 70% terhadap total volume binder dievaluasi menggunakan perlakuan siklus basah-kering dalam larutan magnesium sulfat. Tingkat degradasi beton diukur dengan melakukan observasi terhadap perubahan kuat tekan dan massa spesimen akibat serangan sulfat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian GGBFS hingga 50% dari total volume binder dapat meningkatkan ketahanan beton terhadap serangan sulfat, ditunjukkan dengan kehilangan massa dan reduksi kekuatan yang lebih rendah dibandingkan spesimen kontrol dengan 100% semen Portland.


2020 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 166
Author(s):  
Des Indri Prihantony ◽  
Afrizal Afrizal ◽  
Rika Ampuh Hadiguna ◽  
Taufika Ophiyandri
Keyword(s):  

Penerapan standar bangunan tahan gempa menjadi faktor penting dalam upaya pengurangan risiko bencana di daerah rawan gempa seperti Sumatera Barat. Penerapan tersebut tidak hanya pada saat konstruksi saja tapi juga sudah harus dimulai sejak tahap perencanaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana perencanaan teknis bangunan di Sumatera Barat mematuhi standar bangunan tahan gempa yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode yang dipergunakan adalah dengan melakukan penghitungan ulang beberapa dokumen perencanaan bangunan publik yang dibuat dalam 10 tahun terakhir dan membandingkannya dengan standar Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa dari Kementerian Pekerjaan Umum. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pemenuhan standar perencanaan bangunan tahan gempa di Sumatera Barat hanya berada di kisaran angka 40,54 sampai 62,16 persen saja. Meskipun secara umum perencanaan-perencanaan tersebut telah memenuhi standar jarak dan diameter sengkang, namun panjang tekukan, panjang penyaluran pembesian, luas tulangan tekan minimum dan luas tulangan tarik minimum tidak terpenuhi. Hal ini sekaligus dapat mengindikasikan bahwa pengalaman gempa besar Padang tahun 2009 yang diikuti oleh kampanye pemerintah tentang bangunan ramah gempa tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi penerapan standar bangunan tahan gempa dalam perencanaan teknis bangunan gedung di Sumatera Barat.


2020 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 217
Author(s):  
Eka Faisal Nurhidayatullah ◽  
Dwi Kurniati

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi, sudah berulang kali mengalami kejadian bencana gempa yang merugikan. Berbagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana gempa bumi sudah dilakukan sebelumnya. Salah satunya yaitu dengan menerbitkan dan memperbaharui peta gempa secara berkala. Indonesia sedari lama menggunakan gempa sebagai acuan perencanaan infrastruktur, yaitu sejak tahun 1983 hingga yang terbaru yaitu peta gempa tahun 2017. Namun gempa berkekuatan 6,3 SR yang terjadi pada bulan Mei 2006 menunjukkan masih banyak bangunan terutama engineered yang hancur. Melihat begitu dahsyatnya dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut maka mitigasi lebih lanjut terkait dengan bencana gempa perlu dilakukan untuk meminimalisir kerugian apabila bencana sejenis kembali terjadi dikemudian hari. Perlu dilakukan pembuatan peta gempa berskala mikro (daerah) guna perencanaan, estimasi kerusakan bangunan, korban jiwa dan kerugian secara ekonomi akibat kejadian gempa dimasa datang mengingat peta gempa yang dirilis pemerintah sampai saat ini masih berskala makro (nasional). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis angka percepatan tanah permukaan dengan luaran berupa peta gempa berskala mikro pada wilayah provinsi Yogyakarta. Data gempa diperoleh dari rekaman gempa dengan maksimum radius 500 km dari pusat kota Yogyakarta yang telah dipublikasi oleh USGS antara tahun 1900 sampai dengan 2020. Declustering dilakukan terhadap data historis dan sebaran peta gempa sehingga hanya digunakan gempa utama dengan magnitude ≥ 5 Mw. Dalam studi ini digunakan fungsi atenuasi Campel-Bozorgonia NGA (2008) untuk gempa Sesar, Atkinson-Boore Worldwide Data NGA (2003) intraslab dan interface untuk gempa subduksi benioff serta megahtrust. Nilai spectral acceleration (Sa) diperoleh dengan  menggunakan pendekatan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Hasil analisis probabilistik percepatan gerakan tanah kemudian dikembangkan menjadi peta pada beberapa periode ulang gempa. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh peta probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun didapatkan nilai spectral acceleration percepatan tanah puncak (PGA) berada dikisaran 0,525 – 0,688g, periode pendek 1,055 – 1,7g serta periode 1 detik 0,535 -0,695g. Pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun diperoleh nilai spectral acceleration PGA yaitu 0,6 – 0,79g, periode pendek 1,325 – 2,1 g serta periode panjang 0,65 -0,85 g. Sedangkan pada peta probabilitas terlampaui 2% dalam 100 tahun, nilai spectral acceleration PGA berada diantara 0,66 – 0,86g, periode pendek  1,625 – 2,465g serta periode 1 detik 0,755 -0,995g. Tingkat aktivitas kegempaan pada klaster subduksi megathrust 1 serta sesar opak dilihat dari a-value, b-value  serta Mc ditengarai memicu adanya peningkatan nilai spectral acceleration wilayah Yogyakarta dibanding peta hazard tahun 2017.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document