A Coal-Blending Model: A Tool for Better Coal Blend Preparation

2007 ◽  
Vol 27 (1-3) ◽  
pp. 28-38 ◽  
Author(s):  
A. Gupta ◽  
A. K. Das ◽  
G. I. S. Chauhan
Keyword(s):  
2000 ◽  
Vol 78 (1) ◽  
pp. 118-124 ◽  
Author(s):  
Chungen Yin ◽  
Zhongyang Luo ◽  
Junhu Zhou ◽  
Kefa Cen

2010 ◽  
Vol 55 (30) ◽  
pp. 3448-3455 ◽  
Author(s):  
Ke Zhou ◽  
MingHou Xu ◽  
DunXi Yu ◽  
Chang Wen ◽  
ZhongHua Zhan ◽  
...  

2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Nona Herlina Hendita Tasya ◽  
Nurhakim Nurhakim ◽  
Uyu Saismana

Jeliwan Barat merupakan pit yang dimiliki oleh PT Kapuas Tunggal Persada, perusahaan tambang batu bara yang berlokasi di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Di lokasi ini, PT KTP memproduksi batubara dari tiga lapisan yang berbeda, yaitu Eupper, E1, dan E2. Batubara dari lapisan-lapisan tersebut kemudian ditempatkan menjadi satu produk di Stock ROM. Prosedur ini menyulitkan pengontrolan kualitas serta kualitas batubara yang diinginkan pembeli.Langkah pertama dalam penelitian ini adalah membagi batubara mentah dari pit menjadi tiga produk, sesuai pada seam batubaranya. Langkah selanjutnya adalah mencoba beberapa metode untuk mensimulasikan komposisi pencampuran batubara untuk memenuhi permintaan pembeli. Pada bulan Desember 2014 dan Januari 2015, permintaan pembeli batubara adalah CV ≥ 6,500 Kkal/Kg, TM ≤ 10%, TS ≤ 1%, dan Ash ≤ 14%, serta dengan kuantitas sebanyak 20.000 ton.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah batubara membagi berdasarkan seam nya, simulasi komposisi pencampuran batubara menjadi lebih mudah. Dalam studi ini, ada beberapa metode yang diterapkan untuk mensimulasikan parameter batubara sesuai permintaan pembeli, yaitu Coal Blending Simulation (CBS), Seabase Blending Calculator, Solver (add-in dari Microsoft Excel), Matriks, dan pemodelan Matematika (Metode Eliminasi - Substitusi). Dari simulasi ini pencampuran, didapatkan bahwa Solver dan Seabase pendekatan memberikan hasil yang terbaik Kata-kata kunci: Kualitas Batubara, Blending, Ash, Blending Calculator Seabase, Metode Simpleks (Solver).


2017 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Frans Sutrisno Lebangan ◽  
Agus Triantoro ◽  
Uyu Saismana ◽  
Annisa Annisa

PT Dua Samudera Perkasa adalah salah satu usaha pengelolaan pelabuhan, merupakan usaha yang sangat mendukung kelancaran dan kecepatan distribusi hasil tambang. Adanya permintaan produk batubara yang tidak dimiliki, sehingga perusahaanpun berinisiatif untuk melakukan pencampuran batubara. Tujuannya adalah agar produk batubara dari perusahaan tersebut dapat terjual sesuai dengan permintaan pembeli.Upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pemisahan terhadap beberapa tipe batubara yang berbeda kualitasnya yang disediakan oleh PT Dua Samudera Perkasa. Mencoba melakukan simulasi coal blending dengan menggunakan perhitungan dengan cara teoritik untuk mengetahui nilai kualitas serta kuantitas batubara yang diinginkan oleh pembeli. Permintaan pembeli untuk nilai kualitas batubara adalah CV 5.500 Kcal/Kg, TM ≤ 38%, TS ≤ 1%, dan Ash  ≤ 8%, serta dengan kuantitas sebesar 55.000 ton.Dari hasil simulasi blending untuk semua tipe batubara yaitu dari tipe 1 hingga tipe 4 batubara, maka didapatkan pada simulasi tipe 1 dan tipe 3 menghasilkan 2 produk batubara, pada tipe 1 dan tipe 4 menghasilkan 5 produk batubara, dan pada simulas tipe 2 dan 4 menghasilkan 4 produk batubara dengan nilai calorific value, total moisture, total sulphur dan Ash yang sesuai dengan kriteria pembeli dan 9 produk lainnya tidak sesuai dengan kriteria permintaan pembeli. Dari semua produk yang telah didapatkan, maka diperoleh juga hasil simulasi yang paling direkomendasikan, yaitu pada simulasi batubara tipe 1 dan tipe 4 dengan nilai kalori 5.300 kcal/kg dan penggunaan batubaranya untuk tipe 1 sebesar 41.733 ton dan tipe 4 sebesar 13.267 ton, sehingga didapatkan harga dasar Rp. 259.859/ton. Dilihat dari harga dasar yang diperoleh dengan harga jual yang telah ditetapkan perusahaan sebesar Rp. 355.000/ton maka perusahaan memperoleh keuntungan maksimal sebesar Rp. 95.141/ton. Kata-kata kunci: Batubara, Tipe Batubara, Blending, Simulasi. 


2013 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 151-165
Author(s):  
Piotr Żarczyński ◽  
Andrzej Strugała ◽  
Aleksander Sobolewski ◽  
Wojciech Kaczmarek

Streszczenie Polityka zrównoważonego rozwoju, wzrost świadomości społeczeństw oraz wynikające stąd ambitne cele w zakresie polityki energetycznej w Unii Europejskiej z jednej strony zmuszają, a z drugiej inspirują przed- siębiorstwa do poprawiania sprawności energetycznej stosowanych technologii. Przemysł koksowniczy w Polsce i całej Europie także poszukuje dróg optymalnego rozwoju technologicznego, pozwalającego na poprawę efek- tywności energetycznej, a przez to także zwiększenia rentowności przedsiębiorstwa. Koksownictwo krajowe poszukuje również technologii pozwalających w jeszcze większym stopniu na korzystanie z krajowych zasobów węgli, a przez to z renty geograficznej (Ozga-Blaschke 2012; Kasztelewicz 2012). Jednym z bardziej atrakcyjnych kierunków rozwoju dla polskich koksowni, spełniającym łącznie wszystkie te postulaty, jest wdrożenie operacji podsuszania wsadu. Skojarzenie tej technologii z instalacją suchego chłodzenia koksu sprawia, że obie te technologie stosowane łącznie znacznie podnoszą sprawność energetyczną procesu koksowania, a jednostkowe zużycie gazu koksowniczego może spaść o 12,6%. W artykule przeprowadzono analizę wyników w zakresie poprawy efektywności energetycznej procesu koksowania po wdrożeniu operacji podsuszania wsadu niezależnie oraz w skojarzeniu z instalacją suchego chłodzenia koksu. W pierwszym rozważanym przypadku możliwe jest ograniczenie zużycia ciepła koksowania o 2,8%. Natomiast skojarzenie tych dwóch technologii, poza innymi pozytywnymi efektami, znacząco zwiększa skalę oszczędności do 12,6%. Całkowite ciepło potrzebne dla skok- sowania wsadu wynoszące 2600 MJ/t wsadu wilgotnego, zmniejsza się do 2527,5 MJ/t wsadu wilgotnego w przypadku wdrożenia operacji podsuszania samoistnie, a w przypadku skojarzenia tej instalacji z technologią suchego chłodzenia koksu do 2273,6 MJ/t wsadu wilgotnego. Skojarzenie obu tych technologii zdaje się być szczególnie atrakcyjne w aspekcie energetycznym ponieważ pozwala wykorzystać entalpię fizyczną gorącego koksu z bardzo wysoką sprawnością. W końcowej części przedstawiono porównanie podstawowych parametrów energetycznych procesu koksowania dla różnych układów technologicznych, obejmujących podsuszanie wsadu i/lub suche chłodzenie koksu.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document