total sulphur
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

210
(FIVE YEARS 12)

H-INDEX

20
(FIVE YEARS 2)

2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 265-270
Author(s):  
Deepika Suri ◽  
V. K. Sharma ◽  
Pardeep Kumar ◽  
R. G. Upadhayay ◽  
Gazala Nazir ◽  
...  

The knowledge of different sulphur (S) forms and their relationship with soil properties is of much relevance in assessing the short- and long-term availability of the nutrients to crops and in formulating sound fertilizer recommendations. For this purpose one hundred and one representative soil samples were collected from the study area and analyzed for various physicochemical properties and forms of sulphur (water soluble, exchangeable, available, organic, non-sulphate and total S) using standard methods. The different forms of sulphur viz., water soluble, exchangeable, available, organic, non-sulphate and total sulphur ranged from 1.1 to 7.0, 1.9 to 10.9, 3.1 to 21.1, 75.9 to 316.1, 8.0 to 41.5 and 75.5 to 372.5 mg kg-1, respectively in soils of Outer Himalayas under different land uses. The content of different forms of sulphur present in these soils were in the order of total sulphur, organic sulphur, non-sulphate sulphur, available sulphur, exchangeable sulphur and water soluble sulphur. All the forms of S correlated positively and significantly with organic carbon and clay content of soils. A negative and significant relationship was also observed between all forms of sulphur and sand content of soils. In the present study, it was also found that all forms of S present in soils were significantly and positively correlated with each other. The knowledge regarding different forms of S in soils and their availability controlled by different soil properties will be helpful for its management to optimize crop yields in the Outer Himalayas of Himachal Pradesh.


2021 ◽  
Vol 22 (1&2) ◽  
pp. 167-171
Author(s):  
Deepika Suri ◽  
V. K. Sharma ◽  
R. G. Upadhyay ◽  
Anjali K ◽  
Gazala Nazir ◽  
...  

The current investigation was conducted to study the fractions of sulphur in nine districts of low and mid hills of Himachal Pradesh. For this purpose 31 representative soil sampling sites were selected from nine districts and the soil samples were analyzed for physicochemical properties and different fractions of sulphur (water soluble sulphur, exchangeable sulphur, available sulphur, non-sulphate sulphur, organic sulphur and total sulphur). The results indicated that the total sulphur in soils varied from 98.2 to 470.1 mg kg-1 in surface soil (0-15 cm) and 67.2 to 370.7 mg kg-1 in sub-surface layer (15-60 cm). The organic sulphur varied from 80.5 to 401.1 mg kg-1 in surface and 44 to 306.1 mg kg-1 in sub-surface layer. The water soluble sulphur, exchangeable sulphur, available sulphur and non-sulphate sulphur varied from 1.7 to 9.2, 2.7 to 18.4, 4.5 to 27.6 and 10.2 to 58.9 mg kg-1 respectively in surface soil and 0.5 to 5.4, 1 to 17.7, 3.7 to 23.5 and 12.5 to 50.2 mg kg-1, respectively in sub-surface soil. It was observed during course of study that with increase in the soil depth the content of different fractions of sulphur decreased. These soils had the major part of their total sulphur content in organic form followed by non-sulphate sulphur, available sulphur, exchangeable sulphur and water soluble sulphur. It can be concluded that the soil texture and organic carbon content played a major role in determining the quantity of different fractions of sulphur in these soils.


Author(s):  
G. Venugopal ◽  
S. Harish Kumar Sharma ◽  
Abdul Aziz Qureshi ◽  
G. E. Ch. Vidya Sagar

The black soils of Adilabad and Nizamabad districts of Northern Telangana zone most prominent for the cultivation of soybean. From this region of soils, sixty soil samples were collected and analysed for available sulphur and its fractions. The results indicated that available sulphur content ranged from 5.9 mg kg-1 to 52.6 mg kg-1 with a mean of 13.8 mg kg-1. The available sulphur content was low to medium in status. The extent of sulphur deficiency of soybean growing areas of Adilabad and Nizamabad are 50 and 43.4 per cent respectively. The water-soluble sulphur ranged from 5.4 mg kg-1 in rural samples of Nizamabad to 7.3 mg kg-1 in sonala soils of Adilabad district. Whereas KH2PO4 and Heat soluble sulphur content ranged from 19.2, 29.6 mg kg-1 in Armoor village to 28.7, 37.3 mg kg-1 in Sonala village respectively.  The highest total sulphur content was recorded in soils of Adilabad district.


2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Rahmat Hafizi ◽  
Uyu Saismana ◽  
Annisa Annisa

Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dahulu kualitasnya dengan cara melakukan pengamilan sample dan analisis laboratorium.dari kegiatan terseut di peroleh parameter kualitas batuara seperti parameter moisture berupa total moisture (TM) dan inherent moisture (IM),  total sulphur (TS), ash content, volatile matter (VM), dan  fixed carbon (FC) serta calorific value (CV)  dan. Permasalahan yang timbul dari penelitian yang dilakuakn berupa adanya perbedaan kualitas batubara pada stockpile dengan kualitas batubara yang di barge, karena itu perlu dilakukan analisa perubahan parameter yang terjadi akibat aktivitas tersebut sehingga dimungkinkan untuk memprediksi perubahan yanga terjadi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisa parameter kualitas batubara pada stockpile dan membandingkan dengan hasil analisa parameter kualitas batubara di stockpiledengan kualitas batubara di barge berdasarkan hasil analisa kualitas di laboraturium, serta menganalisa pengaruh perubahan antara parameter kualitas batubara yang satu dengan yang lainnya pada kedua lokasi tersebut. Dilakukan secara lansung dilapangan untuk melihat metode pengambilan sampel dan preparasi sampel sebelum dianalisa parameternya selama bulan Mei Tahun 2017.Adapun perbedaan parameter kualitas batubara di stockpile dan barge memiliki rata-rata perbedaan TM 0.88%, IM 17.64%, ASH 0.10%, TS 0.01%, CV adb 1183.3 cal/gr dan CV ar 42.13 cal/gr. Dengan standart rejection nilai TM (ar) 39%, ASH (adb) 4%, TS (adb) 0,11% dan CV (ar) 3900 Kcal/Kg. Dimana perubahan parameter akibat aktivitas barging pada TM mengalami kenaikan 2.40%, IM sendiri terjadi penurunan 19.79%, ASH kecendrungan turunnya 0.39%, sedangkan TS mengalami kenaikan 0.02% dan CV cendrung alami penurunan 176 Kcal/Kg. Pengaruh perubahan parameter kualitas batubara yang satu dengan yang lainnya dapat disimpulkan parameter TM, ASH dan TS tidak merupakan fator yang pengaruhi nilai CV sedangkan parameter IM lebih berpengaruh dimana turunnya nilai IM sebanding dengan kenaikan nilai CV. Untuk prediksi nilai kualitas batubara setelah kegiatan barging dapat diketahui dengan persamaan linear TM (y=-0.0011x+36.75), IM (y=0.0502x+11.493), ASH (y=-0.046x+3.9983), TS (y=-0.0003x+0.1087) dan CV (y=-1.81ln(x)+3954). Kata-kata Kunci : Tanah Grogot, Inherent Moisture, Proximate, Stockpile, Barge


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
Author(s):  
Agung Dwi Prasetyo ◽  
Agus Triantoro ◽  
Uyu Saismana ◽  
Wahyu Permadi ◽  
Hafidz Noor Fikri

Pencampuran (blending) batubara merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan parameter kualitas batubara yang dijual agar sesuai dengan kriteria yang diharapkan pembeli. Pencampuran menggunakan batubara yang berasal dari beberapa perusahaan tambang memberikan banyak kemungkinan produk baru dengan parameter kualitas yang bervariasi. Simulasi pencampuran perlu dilakukan dalam menentukan beberapa opsi rumusan pencampuran untuk memenuhi kriteria parameter kualitas batubara. Dari beberapa opsi tersebut dipilih yang menghasilkan nilai produk paling optimum.Penelitian dilakukan pada Unit Pemrosesan Batubara/Coal Processing Plant (CPP) yang terletak di Desa Lepasan Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala. Simulasi pencampuran menggunakan pendekatan teoritik yang didasari atas parameter permintaan pembeli. Kriteria parameter kualitas produk yang diharapkan adalah nilai kalori (CV) 4,100-4,300 kkal/kg, kelembaban total (TM) 32-35%, total sulphur (TS) 0.8-1%, dan kandungan abu (AC) 6-8%. Lima simulasi dilakukan terhadap tiap batubara yang berasal dari 5 lokasi tambang, yaitu  CPPA, CPPB, DK, BPR, dan GS. Opsi rumusan pencampuran yang memerlukan biaya pembelian terendah dan harga penjualan tertinggi dipilih sebagai yang paling optimum.Simulasi pencampuran batubara CPPA-DK menghasilkan 5 produk, batubara CPPA-BPR menghasilkan 2 produk, batubara CPPB-PT BPR menghasilkan 3 produk, dan batubara CPA-GS menghasilkan 5 produk batubara yang berada dalam batas permintaan pembeli. Sehingga dari 20 simulasi diperoleh 15 produk yang sesuai kriteria, sedangkan 5 sisanya tidak memenuhi kriteria. Rumusan pencampuran yang paling optimal didapat pada simulasi terhadap batubara CPPA-CVDK dengan perbandingan 6,924 ton batubara CPPA dan 576 ton batubara DK. Parameter kualitas batubara optimal yang diperoleh  adalah nilai kalori 4,100 kkal/kg, TM 32.79%, TS 0.11%, AC 6.93%. Harga dasar batubara untuk pencampuran ini sekitar IDR 289,177. Harga penjualan IDR 375,000/ton memberikan keuntungan IDR 85,824/ton. Kata-kata kunci: Pencampuran, Simulasi, Blending Batubara, Parameter Kualitas Batubara


2019 ◽  
Vol 4 (01) ◽  
Author(s):  
Andri Toding ◽  
Agus Triantoro ◽  
Riswan Riswan

Batubara yang ditumpuk di stockpile berasal dari beberapa front atau lokasi penambangan yang berbeda-beda kualitas. Permasalahan yang timbul dari kualitas batubara ini adanya komplain dari pihak konsumen terhadap kualitas batubara yang menyimpang dari kesepakatan standar kualitas batubara yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung besarnya perbedaan parameter kualitas batubara, melakukan penanganan dan mencari penyebab perbedaan kualitas batubara.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis parameter kualitas batubara pada stockpile dan membandingkan dengan hasil analisis parameter kualitas batubara di lokasi penambangan berdasarkan hasil analisis kualitas dari titik bor, serta menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perbedaan kualitas batubara pada kedua lokasi tersebut. Dilakukan secara lansung dilapangan untuk melihat aktivitas penambangan untuk mengetahui cara penanganan batubara dilokasi penambangan agar tidak terkontaminasi material lain dan cara pengolahan batubara di stock ROM dan penanganan batubara di stockpile untuk mengetahui secara langsung penyebab perbedaan kualitas batubara selama bulan Agustus Tahun 2016.Adapun perbedaan yang terjadi pada  kualitas batubara di lokasi penambangan dan di stockpile yaitu total moisture, ash content, total sulphur dan calorific value. Terjadinya  perbedaan kualitas batubara ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : kondisi sampling yang tidak baik, aktivitas penambangan, fine coal akibat proses penanganan, ukuran batubara yang tidak seragam dan penanganan batubara di stockpile. Perbedaan kualitas batubara pada lokasi penambangan dan stockpile  seperti TM ar (0,99% – 3,85%), Ash  adb (0,04% – 4,29%), Ash ar  (0,02% – 3,69%),  TS adb (0,01% – 1,25%),  TS ar (0,01% – 0,94%),  CV cal/gr adb (10 – 562), CV cal/gr ar (10 – 355). Kata Kunci :  Lokasi Penambangan, Stockpile, Kualitas Batubara


Author(s):  
P. M. Aja ◽  
E. U. Ekpono ◽  
N. A. Obasi ◽  
D. C. Obasi ◽  
J. Nwaeke

The study evaluated comparative amino acids compositions of Uvaria chamae stem bark and Ruzu bitters. The amino acids compositions were determined using amino acid analyzer. The result of amino acid composition showed that eighteen amino acids were detected in both samples. Ten of the detected amino acids were essential amino acids and eight were non-essential. Glumatic acid had the highest concentration of 10.90 and 5.15 g/100g protein in Uvaria chamae stem bark and Ruzu bitters followed by aspartic acid with values of 8.40 and 3.44 g/100 g protein in Uvaria chamae stem bark and Ruzu bitters respectively. Leucine was the next amino acid in Uvaria chamae stem bark and Ruzu bitters followed by arginine. Uvaria chamae stem bark had the highest level of total amino acids of 72.66 g/100 g protein and Ruzu bitters had 32.17 g/100 g protein. For the EAA, it was 34.41 g/100 g for Uvaria chamae >17.44 g/100 g for Ruzu bitter. The highest essential amino acid (EAA) was leucine (6.13 and 3.56 g/100 g) in Uvaria chamae stem bark and Ruzu bitters. The total sulphur amino acid was generally low at 1.01-1.78 g/100 g but the % Cysteine in total sulphur amino acid (TSAA) was slightly high at 47.05% for Ruzu bitters but lower in Uvaria chamae stem bark (27.44%). The percentage coefficient variance (CV %) of the amino acid values were generally high with the exception of isoleucine, phenylalanine, lysine, methionine, leucine, cysteine and alanine with respective CV % values of 27.32, 31.97, 33.68, 37.50, 37.53, 38.81 and 39.05 while rest of CV % values ranged from 50.69-94.53 showing the gap of the amino acid values in the two samples to each other. The results of this study indicate that Uvaria chamae stem bark is richer in essential amino acid while % Cys/TSAA value is higher in Ruzu bitters.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document