scholarly journals PERILAKU LENTUR BALOK BETON BERTULANG HIGH VOLUME FLY ASH SELF COMPACTING CONCRETE (HVFA-SCC) USIA 90 HARI.

2018 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
Author(s):  
Reyhan Prastha Wijaya ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Stefanus Adi Kristiawan

<p><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang memiliki kandungan kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa tersebut bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen dan membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite </em>yang dapat menambah kekuatan beton. Penggunaan <em>fly ash </em>dalam jumlah besar yaitu 50% subtitusi semen dan penambahan <em>superplastictizer </em>mampu menghasilkan struktur beton yang daktail dan dapan mengalir sendiri atau disebut <em>High Volume Fly Ash – Self Compacting Concrete </em>(HVFA-SCC). Pada pengaplikasiannya dapat digunakan juga untuk pembuatan balok beton bertulan. Penelitian ini mengkaji perilaku lentur balok dengan penambahan 50% <em>flay ash </em>pada balok beton bertulang dan dibandingkan dengan lentur balok beton normal. Metode yang digunakan adalah eksperimen dimana digunakan 3 balok beton bertulang HVFA-SCC dan 3 balok beton bertulang normal dengan dimensi panjan 2000 mm, lebar 150 mm, dan tinggi 300 mm. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan mutu yaitu 40 MPa. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Sedangkan pada beton normal dilakukan pengujian <em>slump. P</em>engujian balok menggunakan alat <em>loading frame</em> yang akan dibebani dengan 2 buah titik pembebanan pada 1/3 untuk mencari kuat lentur balok tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki lendutan yang lebih besar dari pada balok beton bertulang normal akan tetapi balok beton bertulang normal dapat menerima beban yang lebih besar dari pada balok beton bertulang HVFA-SCC.</p>

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Karina Puspa Amalia ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Sunarmasto Sunarmasto

<p class="Default"><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang memiliki kandungan kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa tersebut bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen dan membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite</em> yang dapat menambah kekuatan beton. Secara fisik <em>fly ash </em>memiliki bentuk yang hampir bulat semppurna sehingga memiliki <em>ball bearing effect </em>pada bidang gelincir adukan mortar atau semen. <em>Fly ash </em>sebagai subtituen semen sering digunakan dalam jumlah besar (&gt;50%). Konsep tersebut dikenal dengan <em>High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC)</em>. Untuk mengatasi permasalahan terbentuknya rongga pada beton bertulang, konsep HVFAC dipadukan dengan <em>Self Compacting Concrete (SCC). </em>Penelitian ini mengkaji pengaruh persentase <em>fly ash</em> terhadap kuat tekan pada beton HVFA-SCC. Metode penelitian ini adalah eksperimen, dimana digunakan 3 variasi kadar <em>fly ash </em>pada beton HVFA-SCC yaitu 50%, 60%, 70% serta beton normal. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel berukuran 75 mm x 150 mm. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya kadar <em>fly ash </em>maka <em>workability </em>dari beton segar tersebut semakin baik. Pengujian beton keras dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan yang dihasilkan HVFA.28.50, HVFA.28.60, HVFA.28.70, dan NC.28 berturut turut adalah 49,86 MPa, 39,16 MPa, 23,71 MPa, dan 47,78 MPa. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan kadar <em>fly ash </em>maka kuat tekan semakin menurun. Hal tersebut diakibatkan karena tidak hanya menurunnya bahan ikat utama beton tetapi juga <em>fly ash </em>belum bereaksi secara optimal pada usia 28 hari.</p>


2019 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
Author(s):  
Syifa Rahma Alisiyah ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Endah Safitri

<p>Pemanfaatan limbah <em>fly ash</em> dari sisa pembakaran batu bara dapat digunakan dalam inovasi beton karena ukurannya yang kecil sebagai substitusi semen dan <em>filler </em>dengan proporsi ≥50%. <em>Fly ash</em> mengandung silika (SiO<sub>2</sub>) tinggi yang berfungsi sebagai pozolan yang dapat mengikat hasil sisa reaksi hidrasi semen dengan air berupa kristal Ca(OH)<sub>2</sub> menjadi gel CSH yang dapat menambah kekuatan beton, inovasi tersebut dikenal sebagai beton <em>High Volume Fly ash</em> (HVFA). Penggunanaan bahan tambah lain berupa <em>superplasticizer</em> agar beton dapat memadat sendiri bertujuan untuk mengatasi permasalahan terbentuknya rongga pada beton bertulang, inovasi tersebut dikenal sebagai beton <em>Self Compacting Concrete</em> (SCC). Apabila inovasi tersebut dikombinasikan dapat disebut sebagai beton HVFA-SCC. Penelitian ini mengkaji tegangan-regangan dan kuat tekan beton HVFA-SCC terhadap beton normal dengan kadar <em>fly ash</em> 50% berumur 28 hari. Sampel beton yang dibuat berupa silinder berukuran 150 mm x 300 mm sebanyak 5 buah. Pengujian beton HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : flow table test, L-box test, dan V-funnel test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tegangan maksimum antara beton HVFA-SCC dengan beton normal dicapai pada regangan tekan 0,005-0,006. Nilai kuat tekan beton HVFA-SCC lebih besar dari beton normal, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan <em>fly ash </em>dapat meningkatkan kekuatan beton.</p>


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 332
Author(s):  
Ridlo Dwi Kurniawan

<p>Abstrak</p><p>Meningkatnya permintaan terhadap semen sebagai salah satu material pokok dalam pembuatan beton. Sedangkan gas karbondioksida yang dihasilkan dari proses produksi semen cukup tinggi dan memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam beberapa penelitian terakhir, terdapat inovasi baru yaitu dengan menggabungkan beton yang berjenis scc dengan <em>fly ash</em> berkadar tinggi. Inovasi tersebut dikenal dengan <em>High Volume Fly Ash -Self Compacting Concrete</em> (HVFA-SCC). <em>Fly ash </em>menggandung senyawa pozzolan silika dan alumina yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti semen. Untuk memperoleh hasil kepadatan yang maksimum, maka dibutuhkan hasil beton segar yang mempunyai daya alir tinggi dan dapat memadat sendiri. Penggunaan <em>fly ash </em>dan agregat yang kecil akan menciptakan daya alir beton yang tinggi, karena gesekan yang terjadi antar partikel material semakin kecil. Hal tersebut dapat mengurangi kadar air pada formula beton dan dapat menghasikan beton dengan kuat tekan tinggi. Pada penelitian ini, kadar <em>fly ash </em>yang digunakan adalah 50% dari total volume semen pada beton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan <em>fly ash </em>kadar 50% sebagai pengganti semen pada beton SCC. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu secara ekperimental, dimana pembuatan rancang campur beton menggunakan <em>fly ash </em>sebagai pengganti 50% dari volume semen. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran 30cm x 15cm. Pengujian terhadap beton Produksi segar dilakukan dengan 3 metode pengujian, yaitu pengujian <em>flow table, </em>pengujian<em> l-box, </em>dan pengujian <em>v-funnel</em>. Pengujian terhadap beton keras dilakukan dengan memberikan tekanan pada benda uji menggunakan alat uji kuat tekan beton pada umur 28 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan <em>fly ash </em>sebagai pengganti sebagian semen menghasilkan beberapa pengaruh terhadap karakteristik beton. Penelitian ini mengindikasikan bahwa <em>HVFA-SCC </em>kadar 50% menghasilkan beton segar yang memiliki tingkat kelecakan yang baik dan dapat diaplikasikan pada pembuatan rancang campur beton. Nilai dari hasil kuat tekan setiap benda uji sebagai berikut, HVFA.50.A = 44,1390 MPa ; HVFA.50.B = 32,8200 MPa.</p><p><strong>Kata Kunci :</strong> <em>Fly Ash, High Volume Fly Ash, Self Compacting Concrete, </em>Kuat Tekan.<em></em></p>


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Hudha Pramudya Murti ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Sunarmasto Sunarmasto

<p class="Default"><em>Fly ash yang </em>notabene adalah sisa pembakaran batu bara sering digunakan sebagai substituen semen dalam jumlah besar karena memiliki kandungan silica dan alumina. Senyawa tersebut membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite</em> yang dapat menaikkan mutu beton akibat bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen. Konsep tersebut dipadukan dengan <em>SCC </em>sehingga membentuk <em>High Volume Fly Ash Self-Compacting Concrete (HVFAC-SCC). </em>Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh penambahan <em>fly ash </em>terhadap kinerja beton. Kinerja beton dalam hal ini adalah kemampuan dalam menerima beban ditinjau dari <em>workability</em> dan kuat desak. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, pada HVFA-SCC menggunakan 3 variasi kadar <em>fly ash </em>yaitu 50%, 60%, 70% dan pengujian <em>workability </em>berupa  <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test</em>. Sedangkan untuk kuat desak beton diuji pada umur 90 hari. Sebagai pembanding digunakan beton normal kadar <em>fly ash </em>0%. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan target mutu 40 MPa. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel berukuran 75 mm x 150 mm. Hasil output penelitian diperoleh kesimpulan bahwa seiring bertambahnya persentase penambahan <em>fly ash </em>membuat kuat tekan beton semakin menurun<em>.</em></p>


2019 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
Author(s):  
Elfizar Nurfaizi ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Stefanus Adi Kristiawan

<p><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang dapat digunakan untuk mensubtitusi semen karena memiliki sifat pozzolan. Penggunaan <em>fly ash </em>dengan kadar setidaknya 50% jumlah semen dan penambahan <em>superplastictizer </em>mampu menghasilkan struktur beton yang daktail dan dapat mengalir sendiri atau disebut <em>High Volume Fly Ash - Self Compacting Concrete </em>(HVFA-SCC). Penelitian ini mengkaji kapasitas lentur balok beton bertulang dengan 60% <em>fly ash </em>dan dibandingkan dengan kapsitas lentur balok beton normal. Penelitian ini menggunakan 3 balok beton bertulang HVFA-SCC dan 3 balok beton bertulang normal dengan dimensi panjang 1500 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 150 mm. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan mutu yaitu 30 MPa pada umur 28 hari. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Sedangkan pada beton normal dilakukan pengujian <em>slump. </em>Untuk pengujian balok menggunakan alat <em>loading frame</em> yang akan diuji menggunakan metode four point loading yaitu pembebanan dilakukan pada 2 buah titik pembebanan di 1/3 bentang untuk mencari kapasitas lentur balok tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki beban dan lendutan yang lebih besar dari pada balok beton bertulang normal. <strong></strong></p><p><strong> </strong></p>


2019 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
Author(s):  
Rinzano Genta Satria ◽  
Wibowo Wibowo ◽  
Endah Safitri

<p>Perkembangan zaman dan teknologi mempengaruhi perkembangan teknologi beton menjadi lebih pesat seperti membuat beton berkemampuan memadat mandiri. Penambahan <em>fly ash </em>dalam jumlah besar (<em>high volume fly ash</em>) dan penambahan bahan <em>superplasticizer </em>BASF-8851 mampu membuat beton lebih padat, memiliki nilai kuat tekan yang tinggi dan memiliki kemampuan kerja yang baik. Pengujian kali ini menggunakan variasi kadar <em>fly ash </em>sebesar 0%, 55%, 60%, 65% dan 70% dari berat semen. Jenis pengujian dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengujian beton segar dan beton kering. Pengujian beton segar memiliki tiga jenis pengujian, antara lain <em>flow table test, l-box test</em> dan <em>v-funnel test.</em> Pengujian beton kering dilakukan dengan melakukan uji kuat tekan melalui alat <em>Universal Testing Machine</em> (UTM). Benda uji dibuat dalam bentuk silinder berukuran diameter 7,5 cm dengan tinggi 15 cm. Berdasarkan hasil penilitian didapat bahwa hanya kadar <em>fly ash </em>70% yang memenuhi seluruh persyaratan pengujian beton SCC. Berikutnya terdapat nilai kuat tekan beton optimum terhadap variasi kadar <em>fly ash</em> terdapat pada umur 90 hari pada kadar <em>fly ash</em> 65,08%. Selanjutnya telah didapat suatu kadar <em>fly ash </em>yang memenuhi parameter beton mutu tinggi dan beton memadat mandiri (SCC) pada umur uji 14 hari, 28 hari dan 90 hari yaitu pada kadar <em>fly ash </em>70%.</p>


2018 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
Author(s):  
Putut Sugianto ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Stefanus Adi Kristiawan

<p><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang memiliki kandungan kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa tersebut bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen dan membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite </em>yang dapat menambah kekuatan beton. Penggunaan <em>fly ash </em>dalam jumlah besar yaitu 50% subtitusi semen dan penambahan <em>superplastictizer </em>mampu menghasilkan struktur beton yang daktail dan dapan mengalir sendiri atau disebut <em>High Volume Fly Ash – Self Compacting Concrete </em>(HVFA-SCC). Pada pengaplikasiannya dapat digunakan juga untuk pembuatan balok beton bertulan. Penelitian ini mengkaji perilaku lentur balok dengan penambahan 50% <em>flay ash </em>pada balok beton bertulang dan dibandingkan dengan lentur balok beton normal. Metode yang digunakan adalah eksperimen dimana digunakan 3 balok beton bertulang HVFA-SCC dan 3 balok beton bertulang normal dengan dimensi panjan 2000 mm, lebar 150 mm, dan tinggi 300 mm. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan mutu yaitu 40 MPa. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Sedangkan pada beton normal dilakukan pengujian <em>slump. </em>Sedangakan untuk pengujian balok menggunakan alat <em>loading frame</em> yang akan dibebani dengan 2 buah titik pembebanan pada 1/3 untuk mencari kuat lentur balok tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki lendutan yang lebih besar dari pada balok beton bertulang normal akan tetapi balok beton bertulang normal dapat menerima beban yang lebih besar dari pada balok beton bertulang HVFA-SCC. Pada nilaki daktilitas balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki nilai yang lebih besar dari balok beton bertulang normal yaitu 10,95 untuk balok HVFA-SCC dan 10,76 untuk balok normal.<strong></strong></p>


2021 ◽  
Vol 54 (1) ◽  
Author(s):  
Yu Zheng ◽  
Nuan Zhou ◽  
Lingzhu Zhou ◽  
Hexin Zhang ◽  
Haotian Li ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document