scholarly journals Pengaruh Kadar Fly Ash terhadap Kuat Tekan (f’c) Material pada High Volume Fly Ash-Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) Usia 28 Hari

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Karina Puspa Amalia ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Sunarmasto Sunarmasto

<p class="Default"><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang memiliki kandungan kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa tersebut bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen dan membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite</em> yang dapat menambah kekuatan beton. Secara fisik <em>fly ash </em>memiliki bentuk yang hampir bulat semppurna sehingga memiliki <em>ball bearing effect </em>pada bidang gelincir adukan mortar atau semen. <em>Fly ash </em>sebagai subtituen semen sering digunakan dalam jumlah besar (&gt;50%). Konsep tersebut dikenal dengan <em>High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC)</em>. Untuk mengatasi permasalahan terbentuknya rongga pada beton bertulang, konsep HVFAC dipadukan dengan <em>Self Compacting Concrete (SCC). </em>Penelitian ini mengkaji pengaruh persentase <em>fly ash</em> terhadap kuat tekan pada beton HVFA-SCC. Metode penelitian ini adalah eksperimen, dimana digunakan 3 variasi kadar <em>fly ash </em>pada beton HVFA-SCC yaitu 50%, 60%, 70% serta beton normal. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel berukuran 75 mm x 150 mm. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin bertambahnya kadar <em>fly ash </em>maka <em>workability </em>dari beton segar tersebut semakin baik. Pengujian beton keras dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan beton. Kuat tekan yang dihasilkan HVFA.28.50, HVFA.28.60, HVFA.28.70, dan NC.28 berturut turut adalah 49,86 MPa, 39,16 MPa, 23,71 MPa, dan 47,78 MPa. Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan kadar <em>fly ash </em>maka kuat tekan semakin menurun. Hal tersebut diakibatkan karena tidak hanya menurunnya bahan ikat utama beton tetapi juga <em>fly ash </em>belum bereaksi secara optimal pada usia 28 hari.</p>

2018 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
Author(s):  
Reyhan Prastha Wijaya ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Stefanus Adi Kristiawan

<p><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang memiliki kandungan kimia berupa silika dan alumina mencapai 80%. Senyawa tersebut bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen dan membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite </em>yang dapat menambah kekuatan beton. Penggunaan <em>fly ash </em>dalam jumlah besar yaitu 50% subtitusi semen dan penambahan <em>superplastictizer </em>mampu menghasilkan struktur beton yang daktail dan dapan mengalir sendiri atau disebut <em>High Volume Fly Ash – Self Compacting Concrete </em>(HVFA-SCC). Pada pengaplikasiannya dapat digunakan juga untuk pembuatan balok beton bertulan. Penelitian ini mengkaji perilaku lentur balok dengan penambahan 50% <em>flay ash </em>pada balok beton bertulang dan dibandingkan dengan lentur balok beton normal. Metode yang digunakan adalah eksperimen dimana digunakan 3 balok beton bertulang HVFA-SCC dan 3 balok beton bertulang normal dengan dimensi panjan 2000 mm, lebar 150 mm, dan tinggi 300 mm. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan mutu yaitu 40 MPa. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Sedangkan pada beton normal dilakukan pengujian <em>slump. P</em>engujian balok menggunakan alat <em>loading frame</em> yang akan dibebani dengan 2 buah titik pembebanan pada 1/3 untuk mencari kuat lentur balok tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki lendutan yang lebih besar dari pada balok beton bertulang normal akan tetapi balok beton bertulang normal dapat menerima beban yang lebih besar dari pada balok beton bertulang HVFA-SCC.</p>


2010 ◽  
Vol 152-153 ◽  
pp. 708-712
Author(s):  
Ya Qing Jiang ◽  
Jia Yu ◽  
Qian Feng Xia

Dispersion mechanism of polycarboxylate type admixture (PCA) in high volume fly ash (HVFA) concrete was studied by testing fluidity of cement paste, zeta potential of cement grains, the adsorbed amount of PCA on surfaces of cement grains and degree of hydration was quantified by loss on ignition measurements. Properties of HVFA concrete were experimentally validated, and microstructure of HVFA concrete was observed by SEM. Experimental results indicated that a combination of PCAs with long and short backbones may enhance the fluidity and fluidity retention of cement pastes. Fly ash has the ability to compensate electrostatic repulsion of PCA by promoting adsorption-dispersion of PCA to cement minerals and making zeta potential of cement grains more negative. HVFA concrete incorporating combined PCA has excellent workability and appropriate strength. Microstructure of HVFA self-compacting concrete is denser for the modified homogeneous of concrete and a higher degree of hydration of cement achieved in the presence of PCA and fly ash. So combined polycarboxylate based admixture is absolutely necessary for producing high volume fly ash concrete with better workability and durability.


2019 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
Author(s):  
Syifa Rahma Alisiyah ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Endah Safitri

<p>Pemanfaatan limbah <em>fly ash</em> dari sisa pembakaran batu bara dapat digunakan dalam inovasi beton karena ukurannya yang kecil sebagai substitusi semen dan <em>filler </em>dengan proporsi ≥50%. <em>Fly ash</em> mengandung silika (SiO<sub>2</sub>) tinggi yang berfungsi sebagai pozolan yang dapat mengikat hasil sisa reaksi hidrasi semen dengan air berupa kristal Ca(OH)<sub>2</sub> menjadi gel CSH yang dapat menambah kekuatan beton, inovasi tersebut dikenal sebagai beton <em>High Volume Fly ash</em> (HVFA). Penggunanaan bahan tambah lain berupa <em>superplasticizer</em> agar beton dapat memadat sendiri bertujuan untuk mengatasi permasalahan terbentuknya rongga pada beton bertulang, inovasi tersebut dikenal sebagai beton <em>Self Compacting Concrete</em> (SCC). Apabila inovasi tersebut dikombinasikan dapat disebut sebagai beton HVFA-SCC. Penelitian ini mengkaji tegangan-regangan dan kuat tekan beton HVFA-SCC terhadap beton normal dengan kadar <em>fly ash</em> 50% berumur 28 hari. Sampel beton yang dibuat berupa silinder berukuran 150 mm x 300 mm sebanyak 5 buah. Pengujian beton HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : flow table test, L-box test, dan V-funnel test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tegangan maksimum antara beton HVFA-SCC dengan beton normal dicapai pada regangan tekan 0,005-0,006. Nilai kuat tekan beton HVFA-SCC lebih besar dari beton normal, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan <em>fly ash </em>dapat meningkatkan kekuatan beton.</p>


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 332
Author(s):  
Ridlo Dwi Kurniawan

<p>Abstrak</p><p>Meningkatnya permintaan terhadap semen sebagai salah satu material pokok dalam pembuatan beton. Sedangkan gas karbondioksida yang dihasilkan dari proses produksi semen cukup tinggi dan memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam beberapa penelitian terakhir, terdapat inovasi baru yaitu dengan menggabungkan beton yang berjenis scc dengan <em>fly ash</em> berkadar tinggi. Inovasi tersebut dikenal dengan <em>High Volume Fly Ash -Self Compacting Concrete</em> (HVFA-SCC). <em>Fly ash </em>menggandung senyawa pozzolan silika dan alumina yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti semen. Untuk memperoleh hasil kepadatan yang maksimum, maka dibutuhkan hasil beton segar yang mempunyai daya alir tinggi dan dapat memadat sendiri. Penggunaan <em>fly ash </em>dan agregat yang kecil akan menciptakan daya alir beton yang tinggi, karena gesekan yang terjadi antar partikel material semakin kecil. Hal tersebut dapat mengurangi kadar air pada formula beton dan dapat menghasikan beton dengan kuat tekan tinggi. Pada penelitian ini, kadar <em>fly ash </em>yang digunakan adalah 50% dari total volume semen pada beton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh yang dihasilkan dari penggunaan <em>fly ash </em>kadar 50% sebagai pengganti semen pada beton SCC. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu secara ekperimental, dimana pembuatan rancang campur beton menggunakan <em>fly ash </em>sebagai pengganti 50% dari volume semen. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran 30cm x 15cm. Pengujian terhadap beton Produksi segar dilakukan dengan 3 metode pengujian, yaitu pengujian <em>flow table, </em>pengujian<em> l-box, </em>dan pengujian <em>v-funnel</em>. Pengujian terhadap beton keras dilakukan dengan memberikan tekanan pada benda uji menggunakan alat uji kuat tekan beton pada umur 28 hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan <em>fly ash </em>sebagai pengganti sebagian semen menghasilkan beberapa pengaruh terhadap karakteristik beton. Penelitian ini mengindikasikan bahwa <em>HVFA-SCC </em>kadar 50% menghasilkan beton segar yang memiliki tingkat kelecakan yang baik dan dapat diaplikasikan pada pembuatan rancang campur beton. Nilai dari hasil kuat tekan setiap benda uji sebagai berikut, HVFA.50.A = 44,1390 MPa ; HVFA.50.B = 32,8200 MPa.</p><p><strong>Kata Kunci :</strong> <em>Fly Ash, High Volume Fly Ash, Self Compacting Concrete, </em>Kuat Tekan.<em></em></p>


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Hudha Pramudya Murti ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Sunarmasto Sunarmasto

<p class="Default"><em>Fly ash yang </em>notabene adalah sisa pembakaran batu bara sering digunakan sebagai substituen semen dalam jumlah besar karena memiliki kandungan silica dan alumina. Senyawa tersebut membentuk C<sub>3</sub>S<sub>2</sub>H<sub>3</sub> atau <em>tubermorite</em> yang dapat menaikkan mutu beton akibat bereaksi dengan Ca(OH)<sub>2</sub> hasil proses hidrasi semen. Konsep tersebut dipadukan dengan <em>SCC </em>sehingga membentuk <em>High Volume Fly Ash Self-Compacting Concrete (HVFAC-SCC). </em>Tujuan dari penelitian ini, untuk mengetahui pengaruh penambahan <em>fly ash </em>terhadap kinerja beton. Kinerja beton dalam hal ini adalah kemampuan dalam menerima beban ditinjau dari <em>workability</em> dan kuat desak. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, pada HVFA-SCC menggunakan 3 variasi kadar <em>fly ash </em>yaitu 50%, 60%, 70% dan pengujian <em>workability </em>berupa  <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test</em>. Sedangkan untuk kuat desak beton diuji pada umur 90 hari. Sebagai pembanding digunakan beton normal kadar <em>fly ash </em>0%. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan target mutu 40 MPa. Tiap variasi terdiri dari 3 sampel berukuran 75 mm x 150 mm. Hasil output penelitian diperoleh kesimpulan bahwa seiring bertambahnya persentase penambahan <em>fly ash </em>membuat kuat tekan beton semakin menurun<em>.</em></p>


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
Author(s):  
Isnadia Nurul Fatimah ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Senot Sangadji

<p>Dalam upaya mengurangi efek <em>global warming </em>akibat limbah CO<sub>2</sub> hasil pembakaran semen ditelitilah <em>fly ash </em>sebagai bahan subtitusi semen. Kandungan senyawa silika ditambah alumina akan mengikat senyawa sisa hasil hidrasi semen (kalsium hidroksida,Ca(OH)<sub>2</sub>) yang tidak mempunyai kemampuan mengikat, menjadi senyawa baru yang mempunyai sifat <em>cementitious</em> (mengikat) sehingga <strong>meningkatkan kekuatan beton yang dihasilkan. <em>Fly ash </em>juga memiliki sifat <em>ball bearing effect</em> yang meningkatkan <em>workability.</em></strong><strong><em> </em></strong><strong>Pada penelitian  ini akan dianalisis </strong>pengaruh kadar <em>fly ash</em> terhadap kuat tekan yang dihasilkan masing masing kadar <em>High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC)</em> <em>Fly Ash</em> sebagai subtitusi semen pada <em>High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete</em> (HVFA SCC) memiliki kadar mulai dari 50%. Pengujian beton dilakukan dengan sample diameter 15 cm x 30 cm pada 28 hari. Pada penelitian ini dibandingkan 3 variasi kadar <em>fly ash </em>yaitu 50%, 60%, 70% dan beton normal. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan HVFA-SCC semakin besar kadar <em>fly ash</em> semakin rendah kuat tekan yang dihasilkan. Kuat tekan yang dihasilkan untuk kadar <em>fly ash </em>50%, 60%, 70% dan beton normal adalah 60.58 MPa, 45.86 MPa, 38.21 MPa, 62.47 MPa.</p>


2019 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
Author(s):  
Faisal Arya Yudhanto ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Halwan Alfisa Saifullah

<p><em>Fly ash</em> merupakan limbah industri yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Terdiri dari partikel yang halus, dengan kandungan <em>silica</em> (SiO2) yang tinggi. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan<em> pozzolan</em> sebagai pengganti semen yang merupakan bahan pengikat dalam pembuatan beton. Penggunaan <em>fly ash</em> dalam jumlah lebih besar dari 50% disebut dengan <em>High Volume Fly Ash Concrete</em> (HVFAC). Untuk mengatasi permasalahan pemadatan yang kurang optimal saat pengecoran, konsep HVFAC dipadukan dengan <em>Self Compacting Concrete</em> (SCC). Penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan kadar <em>fly ash</em> 50% dan 60% terhadap kuat tarik material beton. Dengan mengkaji beberapa parameter, yaitu hubungan <em>load-displacement</em>, energi fraktur elastik linear dan modulus elastisitas. Eksperimen dilakukan pada beton berdimensi 10x10x40 cm, dengan kadar <em>fly ash</em> 50% dan 60%. Diuji dengan beban tarik secara <em>uniaxial</em>. Rencana mutu beton 30 MPa. Karakteristik HVFA-SCC lalu dibandingkan dengan beton normal usia 28 hari. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan, HVFA-SCC memiliki kekakuan lebih besar dari beton normal, dibuktikan dengan nilai modulus elastisitas yang lebih besar. Tepat sebelum beton putus, HVFA-SCC menghasilkan energi fraktur elastik linear yang lebih besar sehingga membentuk sinyal retak yang lebih baik sebelum terjadinya putus beton.</p>


2019 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
Author(s):  
Elfizar Nurfaizi ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Stefanus Adi Kristiawan

<p><em>Fly ash </em>merupakan limbah pembakaran batu bara yang dapat digunakan untuk mensubtitusi semen karena memiliki sifat pozzolan. Penggunaan <em>fly ash </em>dengan kadar setidaknya 50% jumlah semen dan penambahan <em>superplastictizer </em>mampu menghasilkan struktur beton yang daktail dan dapat mengalir sendiri atau disebut <em>High Volume Fly Ash - Self Compacting Concrete </em>(HVFA-SCC). Penelitian ini mengkaji kapasitas lentur balok beton bertulang dengan 60% <em>fly ash </em>dan dibandingkan dengan kapsitas lentur balok beton normal. Penelitian ini menggunakan 3 balok beton bertulang HVFA-SCC dan 3 balok beton bertulang normal dengan dimensi panjang 1500 mm, lebar 100 mm, dan tinggi 150 mm. Sampel tersebut diseragamkan berdasarkan mutu yaitu 30 MPa pada umur 28 hari. Pengujian beton segar HVFA-SCC dilakukan dengan 3 metode yaitu : <em>flow table test, L-box test, </em>dan <em>V-funnel test. </em>Sedangkan pada beton normal dilakukan pengujian <em>slump. </em>Untuk pengujian balok menggunakan alat <em>loading frame</em> yang akan diuji menggunakan metode four point loading yaitu pembebanan dilakukan pada 2 buah titik pembebanan di 1/3 bentang untuk mencari kapasitas lentur balok tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada balok beton bertulang HVFA-SCC memiliki beban dan lendutan yang lebih besar dari pada balok beton bertulang normal. <strong></strong></p><p><strong> </strong></p>


2019 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
Author(s):  
Rinzano Genta Satria ◽  
Wibowo Wibowo ◽  
Endah Safitri

<p>Perkembangan zaman dan teknologi mempengaruhi perkembangan teknologi beton menjadi lebih pesat seperti membuat beton berkemampuan memadat mandiri. Penambahan <em>fly ash </em>dalam jumlah besar (<em>high volume fly ash</em>) dan penambahan bahan <em>superplasticizer </em>BASF-8851 mampu membuat beton lebih padat, memiliki nilai kuat tekan yang tinggi dan memiliki kemampuan kerja yang baik. Pengujian kali ini menggunakan variasi kadar <em>fly ash </em>sebesar 0%, 55%, 60%, 65% dan 70% dari berat semen. Jenis pengujian dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengujian beton segar dan beton kering. Pengujian beton segar memiliki tiga jenis pengujian, antara lain <em>flow table test, l-box test</em> dan <em>v-funnel test.</em> Pengujian beton kering dilakukan dengan melakukan uji kuat tekan melalui alat <em>Universal Testing Machine</em> (UTM). Benda uji dibuat dalam bentuk silinder berukuran diameter 7,5 cm dengan tinggi 15 cm. Berdasarkan hasil penilitian didapat bahwa hanya kadar <em>fly ash </em>70% yang memenuhi seluruh persyaratan pengujian beton SCC. Berikutnya terdapat nilai kuat tekan beton optimum terhadap variasi kadar <em>fly ash</em> terdapat pada umur 90 hari pada kadar <em>fly ash</em> 65,08%. Selanjutnya telah didapat suatu kadar <em>fly ash </em>yang memenuhi parameter beton mutu tinggi dan beton memadat mandiri (SCC) pada umur uji 14 hari, 28 hari dan 90 hari yaitu pada kadar <em>fly ash </em>70%.</p>


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Maulana Eva Rozani ◽  
Agus Setiya Budi ◽  
Senot Sangadji

<p>Pemanfaatan limbah batu bara berupa abu terbang (Fly Ash) dewasa ini berkembang terus menerus. Isu pemanasan global men-jadi pemicu munculnya inovasi ini. Dalam dunia kontruksi, semen merupakan komponen utama. Produksi semen sendiri men-jadi penyumbang besar dalam pemanasan global. Penelitian demi penelitian dilakukan untuk mengurangi penggunaan semen. Kemudian muncul ide menggunakan Fly Ash untuk subtitusi semen pada beton. Beton dengan penggunaan Fly Ash dalam presentase tinggi disebut High Volume Fly Ash Concrete (HVFAC) dimana setidaknya 50% dari pengunaan jumlah semen sebagai bahan pengikat, digantikan dengan Fly Ash. Aplikasi penggunaan Fly Ash kedalam beton diperlukan paduan teknologi Self-Compacting Concrete. memanfaatkan pengaturan ukuran agregat, porsi agregat dan zat admixture berupa superplastisizer untuk mencapai kekentalan khusus yang memungkinkan untuk campuran beton mengalir dengn sendirinya tanpa bantuan alat pem-adat.<br />Penelitian ini menggunakan beton High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dimana penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil UNS. Pada penelitian ini benda uji tediri dari 2 jenis, yaitu beton normal dan beton HVFA-SCC 50% usia 28 hari yang memiliki bentuk silinder dengan ukuran lebar diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Dalam penelitian ini juga mengkaji pengaruh media pengekang untuk mengurangi gaya friksi yang terjadi pada saat pengujian kuat desak yaitu dengan kekangan teflon. Teflon diletakkan pada kedua ujung benda uji pada saat proses pembebanan.<br />Beton High Volume Fly Ash Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) memiliki nilai tegangan maksimum sebesar 36,98 MPa se-dangkan Beton Normal memiliki tegangan maksimum sebesar 21,24 MPa. Regangan puncak pada Beton HVFA-SCC sebesar 0,0068 dan regangan puncak beton normal sebesar 0,0071.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document