scholarly journals Struktur Dake dan Nomi dalam Karya Sastra Seinen Zaman Meiji dan Rashoumon Zaman Taisho

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 49-72
Author(s):  
Dwi Anggoro Hadiutomo
Keyword(s):  

Penelitian terkait bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan mengambil objek bahasa di masa kini saja. Penelitian dengan objek bahasa di masa lalu juga sangat menarik untuk dilakukan, dan hingga saat ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kajian penggunaan bahasa Jepang di masa lalu dengan menjadikan dua karya sastra, yakni Seinen yang merupakan karya Mori Ogai dari zaman Meiji dan Rashoumon yang merupakan karya Akutagawa Ryunosuke dari zaman Taisho sebagai sumber data. Kedua sastrawan tersebut merupakan sastrawan terkemuka pada masanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pola ungkapan dake dan nomi digunakan pada masa lalu. Hasilnya akan sangat berguna untuk mengidentifikasi perkembangannya hingga pemakaiannya saat ini. Penelitian dengan teori linguistik bandingan historis yang dipadukan dengan teori tata bahasa terkini tentang pola ungkapan dake dan nomi seperti ini dapat dilakukan terhadap karya yang dihasilkan oleh masyarakat pengguna bahasa pada masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik bagi unsur langsung untuk melihat dengan detail struktur penggunaan kedua pola ungkapan. Analisis penggunaan kedua pola ungkapan dalam kalimat-kalimat di kedua karya sastra tersebut dapat ditemukan dan dipahami bagaimana keduanya digunakan dalam struktur kalimat di masa tersebut. Sebagai hasilnya, kedua karya sastra tersebut lebih banyak menggunakan pola ungkapan dake dan nomi dalam gaya penulisan tidak formal. Kata kunci: dake; karya sastra; nomi; Rashoumon; Seinen    

2017 ◽  
Vol 71 (2) ◽  
Author(s):  
John Timothy Wixted

AbstractMori Ōgai 森鷗外 (1862–1922) stands at the fountainhead of modern Japanese literature. He is most famous for his prose writings: the groundbreaking short story,


2003 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 107-126
Author(s):  
Thomas Lamarre

Résumé L'empire des figures. Aux frontières de l'écriture japonaise Ce texte explore les rapports entre écriture et culture nationale. Contrairement à la théorie utilitaire qui domine nos sciences linguistiques en ce qui concerne les caractères chinois dans l'écriture japonaise, nous suivons les théories de Karatani, Lyotard et Derrida, afin d'évoquer l'« étoilement » du signe, et dans des registres différents : son et marque, parler et voir, discours et figure. Pourtant, même si on arrivait à situer un tel étoilement hors du logocentricisme de l'Occident, l'étoilement comme tel n'est pas nécessairement déconstructif ou déconstruit. Il peut à son tour offrir un régime productif de surcodage japonais. Les écrits de Tanizaki Jun'ichirô et Mori Ôgai nous permettent de démontrer et d'analyser de tels effets. Mots clés : Lamarre, études coloniales, écriture, identité nationale, Japon


2017 ◽  
pp. 9-24
Author(s):  
Madalena Natsuko Hashimoto Cordaro
Keyword(s):  

Pensar numa leitura das obras literárias de Sôseki que explore aspectos eróticos parece, num primeiro sentido, um contrasenso, já que em nenhum aspecto se revelam as punções claramente assim expressadas, ao contrário do que ocorre na escrita de seu contemporâneo Mori Ôgai (especialmente em Vita sexualis). De fato, a nova ordem social do período Meiji coloca no ostracismo as formas abertas dos relacionamentos da paixão que haviam sido até então sobejamente cultivados, seja no conceito de irogonomi do período Heian (794-1192), seja em sua retomada paródica como kôshoku centrada em Edo (1603-1878). A angústia da domesticação dos relacionamentos amorosos baseados numa monogamia impingida encontra-se no âmago de alguns protagonistas dos romances de Sôseki, e é sobre eles que se pretende refletir no presente estudo.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document