Ayumi Jurnal Budaya Bahasa dan Sastra
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

56
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Dr. Soetomo University

2580-2984, 2406-8268

2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 156-174
Author(s):  
Isnin Ainie ◽  
Rizka Nadia Ingrida

Pada umumnya, jenis leksikon yang paling banyak dikuasai anak adalah leksikon jenis meishi atau nomina. Dalam hal ini anak yang tergolong pada tahap praoperasional, yakni usia kisaran 2-7 tahun, memiliki kemampuan untuk menambah pembendaharaan kosakata dengan sangat signifikan. Mereka menggunakan beberapa strategi dalam penguasaan makna baru. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang strategi penguasaan makna leksikon meishi oleh Yotsuba, tokoh dalam komik berjudul Yotsubato! yang berusia lima tahun, Adapun leksikon meishi yang dimaksud adalah meishi kategori gutaitekina mono (kata benda konkret). Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dan teori yang digunakan adalah teori strategi penguasaan makna oleh Gollinkof (dalam Dardjowidjojo, 2008:262-263). Hasil dari penelitian  terhadap 10 volume komik Yotsubato! terdapat 30 data meishi kategori gutaiteki na mono, dengan enam strategi yang digunakan Yotsuba dalam menguasai makna, yaitu strategi nama baru-kategori tak bernama (11 data), strategi referensi (10 data), strategi peluasan (4 data), strategi konvensionalitas (2 data), strategi cakupan objek (2 data), dan strategi cakupan kategorial (1 data). Dengan demikian, diketahui  bahwa strategi nama baru-kategori tak bernama merupakan strategi utama bagi Yotsuba dalam menguasai leksikon meishi kategori kata benda konkret (gutaiteki na mono).


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 140-155
Author(s):  
Mutia Damayanti ◽  
Nabiella Salsabil ◽  
Rakhma Nur Azzahrani ◽  
Titus Rossale

Artikel ini menganalisis tentang penggunaan modalitas te mo ii dan te mo kamawanai dalam percakapan bahasa Jepang. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan modalitas kinshi-kyoka yakni te mo ii dan te mo kamawanai beserta perbandingan fungsi kedua modalitas tersebut. Peneliti memperoleh data berupa wacana dialog pada drama Jepang, dan kanal YouTube bertema pendidikan bahasa Jepang. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan fungsi modalitas kinshi-kyoka berpermarkah te mo ii dan te mo kamawanai. Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan dan persamaan modalitas te mo ii dan temo kamawanai, peneliti menggunakan teknik substitusi. Berdasarkan hasil analisis data, modalitas te mo ii dan te mo kamawanai mempunyai perbedaan yang terletak pada padanan maknanya, tetapi mempunyai penggunaan yang sama yaitu untuk meminta atau memberi izin. Dalam penggunaannya, modalitas te mo ii dan te mo kamawanai dapat saling bersubstitusi dalam konteks perizinan.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 127-139
Author(s):  
Aditya Himawan ◽  
Novi Andari

Kanyouku adalah frasa yang hanya memiliki makna idiom saja, dan makna tersebut tidak dapat diketahui meskipun makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut dapat dipahami. Fokus penelitian ini tentang penggolongan kanyouku penggunaan kata kuchi di dalam website kotobank.jp ke dalam klasifikasi makna kanyouku. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data digunakan taking note method.  Data yang ditemukan sebanyak 35 data yang merupakan data empiris. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa berdasarkan 5 klasifikasi makna kanyouku, pada kankaku, kanjou wo arawasu kanyouku  (感覚・感情を表す慣用句) ditemukan 4 data. Karada, seikaku, taido wo arawasu kanyouku (体・性格・態度を表す慣用句) ditemukan 16 data. Joutai, teido, kachi wo arawasu kanyouku (状態・程度・価値を表す慣用句) tidak ditemukan data yang terkait dengan klasifikasi kanyouku ini. Koui, dousa, koudou wo arawasu kanyouku (好意・動作・行動を表す慣用句) ditemukan 15 data. Shakai, bunka, seikatsu wo arawasu kanyouku 社会・文化・生活を表す慣用句) tidak ditemukan data yang terkait dengan klasifikasi kanyouku ini. Makna kanyouku yang terdapat dalam sumber data menyatakan hal terkait dengan kehidupan sosial bermasyarakat yang di dalamnya terdapat individu dengan berbagai karakter, emosi, aktivitas atau gerakan yang dilakukan oleh anggota masyarakat baik secara individu maupun kelompok kecil di dalamnya. Secara tidak langsung, penggunaan idiom digunakan dalam percakapan sebagai bentuk sindiran yang tidak langsung.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 108-126
Author(s):  
Theresa Sunjaya ◽  
Desy Irmayanti

Penelitian ini membahas klasifikasi jenis kelas utama tanda tanda nonverbal pada video iklan Jepang PayPay. Tanda nonverbal merupakan tanda yang berupa gambar atau isyarat. Pada video iklan, tanda-tanda nonverbal didesain dengan tujuan untuk menyiratkan promosi produk yang ditunjukkan. Tanda-tanda nonverbal yang terdapat pada iklan telah dianalisis jenis-jenis kelas utama tandanya melalui sudut pandang semiotika Peirce. Hasil dari penelitian adalah iklan PayPay mempunyai kelas-kelas utama tanda yang banyak menurut fondasi filsafat Firstness. Pada iklan PayPay, terdapat lima jenis kelas utama tanda yang direalisasikan oleh 38 tanda. Persentase kelas utama tanda pada tanda-tanda tersebut lebih mengarah pada Qualisign.


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 91-107
Author(s):  
Daniel Susilo ◽  
Teguh Dwi Putranto ◽  
Erica Monica A. Garcia

The use of digital media to promote local culture has become a new breakthrough in exposing local culture to international countries. In addition to being able to be immediately recognized in other nations, digital media promotion is also less expensive and quicker to implement. This study aims to determine the perspective of Digital Media Studies in Japan Performing Arts. The method used in this research is Krippendorff content analysis on Instagram @performance.jpa by using Japanese dance indicators which include Kabuki, Kasa Odori, Bon Odori, Noh Mai, Onikenbai, Nanazumai, Wadaiko, Arauma, Nihon Buyo. The conclusion of this study shows that Japan Performing Arts introduces Japanese culture through the collaboration of western culture by promoting the Nihon Buyo dance.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 73-90
Author(s):  
Yohanes Arif Kuncoro ◽  
Listyaningsih Ningsih
Keyword(s):  

Filsafat eksistensialisme absurditas memandang hidup manusia tidak bermakna, sia-sia, namun bukan berarti manusia harus pasrah, melainkan harus melawan untuk mendapatkan eksistensi. Mereka yang melawan disebut manusia pemberontak. Novel Nejimaki Dori Kuronikuru karya Haruki Murakami menceritakan hal serupa tentang itu. Tokoh Toru Okada berusaha memberontak terhadap absurditas yang dialaminya dan menjadi manusia pemberontak. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan faktor-faktor pemicu pemberontakan Toru Okada dalam novel Nejimaki Dori Kuronikuru dan mendeskripsikan bentuk-bentuk inkarnasi manusia pemberontak pada diri tokoh tersebut. Manfaat penelitian ini berupa sumbangsih bagi apresiasi dunia kesusastraan Jepang dan dapat menjadi acuan dalam kajian filsafat eksistensialisme absurditas dalam karya sastra. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan filsafat eksistensialisme absurditas Albert Camus. Sumber data berupa novel berjudul Nejimaki Dori Kuronikuru jilid 1-3 karya Haruki Murakami yang dirilis pada rentang waktu 1994-1995. Data penelitian berupa narasi atau tindak tutur dalam novel yang berkaitan dengan teori filsafat eksistensialisme absurditas Albert Camus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Simpulan penelitian ini yakni, faktor-faktor yang memicu Toru Okada berupa akumulasi kondisi-kondisi absurd berupa kontradiksi dunia irasional dan naluri akan kejelasan, keterbatasan nalar manusia dengan temuan bahwa kontradiksi dunia irasional dan naluri akan kejelasan menjadi penyebab paling dominan dengan menyumbangkan data terbanyak. Selain itu, Toru Okada dapat dikatakan menyandang predikat sebagai inkarnasi manusia pemberontak. Hal tersebut dikarenakan ia telah memberontak secara metafisik maupun historis. Saran penelitian selanjutnya, novel ini dapat diteliti dengan teori psikologi abnormal, karena terdapat banyak tokoh seperti Kanou bersaudara, Kasahara Mei dan Kumiko Okada yang memiliki kelainan kepribadian. Kata kunci: absurditas; eksistensialisme; inkarnasi; manusia pemberontak


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1-19
Author(s):  
Ulfah Sutiyarti ◽  
Haris Supratno ◽  
Tengsoe Tjahjono ◽  
Yulia Hapsari

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasrat kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam J-Dorama Bokura wa Kiseki de Dekite iru karya sutradara Hoshino Kazunari dan Kono Keita (2018). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah skizoanalisis Deleuze dan Guattari. Penelitian ini menggunakan metode analisis teks berupa deskripsi adegan dalam film dan kutipan dialog antartokoh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik metode analisis teks dengan mengambil bentuk kutipan percakapan dalam drama. Data diperoleh dari data percakapan pelaku utama dari drama Jepang dengan judul Bokura wa Kiseki de Dekite iru yang mengidentifikasikan hasrat kepribadian berdasarkan kajian skizoanalisis Deleuze dan Guattari. Kutipan percakapan pada drama yang diambil adalah kutipan yang mengandung unsur-unsur hasrat kepribadian berdasarkan kajian teori Deleuze dan Guattari. Langkah selanjutnya adalah menganalisis kutipan percakapan dari drama tersebut untuk mendeskripsikan hasrat kepribadian apa saja yang ditemukan dalam drama Bokura wa Kiseki de Dekite iru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama dalam drama ini menunjukkan hasrat kepribadaian sesuai dengan yang dideskripsikan oleh Deleuze dan Guattari yaitu, 1) hasrat manusia sebagai manusia kreatif dan bereksperimen, 2) hasrat manusia yang bergerak menolak untuk mematuhi dan tunduk pada kode-kode sosial, 3) hasrat manusia menciptakan koneksi baru, membuka pengalaman, permulaan baru, dan memungkinkan berpikir secara berbeda. Kata kunci: hasrat kepribadian; J-Dorama; skizoanalisis Deleuze dan Guattari


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 20-32
Author(s):  
Ni Wayan Meidariani

Tulisan ini membahas tentang makna verba miru dalam bahasa Jepang yang dituliskan dengan kanji 観る、診る、看る dan 視る. Keempat kanji tersebut dibaca miru dan memiliki makna yang berbeda berdasarkan konteks penggunaan dalam kalimat.  Berdasarkan fenomena inilah tulisan ini mengkaji makna verba miru dengan kanji 観る、診る、看る dan視るyang tergolong dalam homofon dengan menggunakan teori Natural Semantic Metalanguage (NSM) yang dikembangkan oleh Anna Wierzbicka (1996). Analisis NSM oleh Wierzbicka dilakukan dengan teknik parafrase untuk menemukan makna dasar verba miru sehingga diketahui perbedaannya. Data berupa korpus yaitu kalimat bahasa Jepang yang menggunakan verba miru di dalamnya yang diperoleh dari sumber berita online melalui pencarian google. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa verba miru ‘melihat’ dalam bahasa Jepang yang ditulis dalam 4 variasi kanji yang berbeda mengandung unsur makna 1) melihat dan merasakan, 2) melihat dan mengetahui, 3) melihat dan melakukan tindakan upaya penyembuhan. Melalui analisis ini dapat diketahui perbedaan verba miru dengan 4 variasi kanji yang berbeda berdasarkan pelaku dan efek yang ditimbulkan dari pengalaman subjek. Kata kunci: makna; semantik; verba miru    


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 49-72
Author(s):  
Dwi Anggoro Hadiutomo
Keyword(s):  

Penelitian terkait bahasa tidak hanya dapat dilakukan dengan mengambil objek bahasa di masa kini saja. Penelitian dengan objek bahasa di masa lalu juga sangat menarik untuk dilakukan, dan hingga saat ini masih sangat jarang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai kajian penggunaan bahasa Jepang di masa lalu dengan menjadikan dua karya sastra, yakni Seinen yang merupakan karya Mori Ogai dari zaman Meiji dan Rashoumon yang merupakan karya Akutagawa Ryunosuke dari zaman Taisho sebagai sumber data. Kedua sastrawan tersebut merupakan sastrawan terkemuka pada masanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pola ungkapan dake dan nomi digunakan pada masa lalu. Hasilnya akan sangat berguna untuk mengidentifikasi perkembangannya hingga pemakaiannya saat ini. Penelitian dengan teori linguistik bandingan historis yang dipadukan dengan teori tata bahasa terkini tentang pola ungkapan dake dan nomi seperti ini dapat dilakukan terhadap karya yang dihasilkan oleh masyarakat pengguna bahasa pada masa lalu dalam kurun waktu tertentu. Metode penelitian yang diterapkan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik bagi unsur langsung untuk melihat dengan detail struktur penggunaan kedua pola ungkapan. Analisis penggunaan kedua pola ungkapan dalam kalimat-kalimat di kedua karya sastra tersebut dapat ditemukan dan dipahami bagaimana keduanya digunakan dalam struktur kalimat di masa tersebut. Sebagai hasilnya, kedua karya sastra tersebut lebih banyak menggunakan pola ungkapan dake dan nomi dalam gaya penulisan tidak formal. Kata kunci: dake; karya sastra; nomi; Rashoumon; Seinen    


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 33-48
Author(s):  
Rahadiyan Duwi Nugroho ◽  
Zid Zid Akhmad Fatoni

Penelitian ini membahas tentang tema dan amanat dalam lagu Anata (あなた)  yang dipopulerkan oleh L`Arc~en~Ciel (Laruku). Dalam menentukan tema, peneliti menggunakan teori Nurgiyantoro dan Shipley. Selanjutnya, dalam menentukan amanat, peneliti menggunakan teori Nurgiyantoro dan Sudjiman. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi tema dan amanat dalam lirik lagu Anata (あなた)  tersebut. Manfaat penelitian ini yakni, diharapkan memberi wawasan pembaca tentang tema dan amanat yang muncul dalam lirik lagu Anata dan menjadi referensi penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan data berupa lirik dalam 7 bait lagu Anata. Hasil penelitian ini yakni, tema lagu Anata (あなた) adalah perjuangan dan cinta yang tergolong dalam tema tingkatan sosial menurut Shipley, karena pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan dan mengharapkan kehadiran orang lain seperti para penggemar (fans) atau keluarga serta pasangan hidup untuk tetap bertahan dan mengembangkan diri. Lalu, amanat dalam lagu ini adalah hendaknya seseorang senantiasa tidak putus asa melainkan terus berjuang mengatasi masalah hingga selesai. Kata kunci: amanat; L`Arc~en~Ciel; lagu Anata; lirik; tema  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document