scholarly journals FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA DALAM PENCEGAHAN HIV AIDS DI SMA N 7 KOTA PEKANBARU TAHUN 2018

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 63-68
Author(s):  
Dona Martilova

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) attracted the attention of the health community for the first time in 1981 after the discovery of cases such as Pneumocystis Carinii Pneumonia and Kaposi's Sarcoma. After going through the research process it turns out that HIV (Human Immunodeficiency Virus) is the virus that causes these cases. HIV is a group of Retroviruses that attack the human immune system, while the collection of certain clinical conditions that are the end result of HIV infection is called AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) (S.A. Price, 2006). According to (BKKBN, 2010), approximately 50% of people with AIDS in Indonesia are adolescent age groups. During adolescence often arises a sense of wanting to try this is important for adolescent reproductive health. Behavior of wanting to try new things if encouraged by sexual stimulation can bring adolescents into premarital sex with one of the consequences of transmission of venereal diseases including HIV / AIDS (Kumalasari, I, Andhyantoro, 2012). The purpose of this study was to determine the factors that influence adolescent knowledge in preventing HIV and AIDS in SMA N 7 Pekanbaru City. This research is an analytic research with Cross Sectional approach where the independent variables are Age, Attitude, Source of Information while the dependent variable is Youth Knowledge. The sampling technique was stratified with 83 respondents. The results of the study were calculated using the Chi Square statistical test results with a value of α 5% obtained results Age (p value 0.017 and OR 3.4), Attitude (p value 0.003 and OR 4.3), Information Sources (p values ​​0, 003 and OR 3.9) . Then Ho is rejected and Ha is accepted where there is a relationship between Age, Attitude, source of information with Youth Knowledge in HIV AIDS prevention. It is necessary to increase health promotion by involving cross-sectors to the community, especially school adolescents by providing counseling about HIV AIDS, including prevention of sexually transmitted diseases in order to reduce the transmission of HIV AIDS

2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Rahmah Fitrianingsih ◽  
Yulia Irvani Dewi ◽  
Rismadefi Woferst

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang mudah menular dan mematikan juga merusak sistem kekebalan tubuh.Kelompok yang rentan adalah IRT. Hal ini disebabkan perilaku pencegahan yang masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk  menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 100 orang responden yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan teknik cluster sampling.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Chi Square untuk variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian analisis univariat menunjukkan mayoritas IRT berada dalam rentang usia 26-35 tahun (37%), beragama Islam (94%), pekerjaan wiraswasta (46%), istri yang tidak melakukan pemeriksaan HIV/AIDS (88%), dan suami yang tidak melakukan pemeriksaan HIV/AIDS (95%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p value 0.023) dan pendidikan ( p value 0.004) terhadap perilaku pencegahan. Variabel yang tidak berhubungan adalah sikap (p value 0.199), ekonomi (p value 0.641) dan lama menikah (p value 0.275) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan IRT lebih peduli terhadap kesehatannya dengan melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS.


2022 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Ryan Saputra Saputra ◽  
Ros Sumarny ◽  
Hesty Utami R ◽  
Nyayu Tri Yeni Aryani

HIV-AIDS (Human Immunodeficiency Virus-Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi limfosit yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan yang disebabkan infeksi oleh HIV. Pengidap HIV memerlukan pengobatan dengan ARV (Antiretrovirus) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS dan untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya, dalam terapi pengobatan pasien. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran karakterisitik (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, stadium penyakit) menganalisis pengaruh pemberian konseling Apoteker terhadap aspek pengetahuan, kepatuhan, kualitas hidup pasien dan efektivitas terapi ARV pada mengetahui pengaruh kepatuhan pasien dalam ART terhadap peningkatan kualitas hidup pasien HIV-AIDS di RS. Bhayangkara TK I R. Said Sukanto. Penelitian ini menggunakan metode quasi-eksperimental yang dilakukan secara prospektif. Penelitian ini dilakukan pada pasien HIV yang berobat di klinik rawat jalan RS Bhayangkara Tk I R. Said Sukanto. Pembagian kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan rumus sampling sederhana. Pengambilan data dan observasi dilakukan selama 6 (enam bulan) dari bulan Oktober 2019-Maret 2020. Aspek pengetahuan dan kualitas hidup diambil dengan menggunakan kuesioner, aspek kepatuhan diambil melalui obervasi data kunjungan pasien dan sisa obat sedangkan efektifitas terapi ARV diambil berdasarkan pemeriksaan CD4 pasien. Aspek pengetahuan diambil pada kunjungan pertama dan kedua, aspek kepatuhan diambil data tiap bulan, sedangkan aspek kualitas hidup dan efektifitas terapi diambil awal kunjungan dan 6 bulan kemudian. Hasil dari penelitian ini berdasarkan demografi kategori jenis kelamin yang paling dominan yaitu laki-laki sebanyak 46 responden (76,76%). Kategori usia yang paling dominan yaitu dengan rentang usia 30 tahun – 39 tahun sebanyak 29 responden (48,33%). Kategori Pendidikan yang paling dominan yaitu kategori SMA sebanyak 31 (51,67%). Status merital yang paling dominan yaitu kelompok menikah dengan total 34 (56,67%). Kepatuhan dalam terapi ODHA mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup pasien HIV-AIDS dengan nilai korelasi hasil uji Chi Sqaure 0,933 sebesar 0.373 > p value 0.01.


2020 ◽  
Author(s):  
VISIA LUH GITA

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan salah satu sorotan dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Ibu hamil dengan HIV akan berisiko menularkan kepada bayinya. Tes HIV merupakan gerbang pembuka status HIV yang sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kenapa ibu hamil banyak yang tidak melakukan test HIV/AIDS pada masa kehamilannya , ini tentunya merupakan tantangan terberat bagi pemerintah khususnya petugas kesehatan, untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik anatara pemerintah, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Fahruddin Kurdi

Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan kelompok yang sangat beresiko tertular dan menularkan HIV/AIDS. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi hambatan pencegahan penularan HIV/AIDS oleh PSK di Lokalisasi Klubuk Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Klubuk Kabupaten Jombang pada tahun 2016, dengan kriteria telah bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial selama minimal 1 (satu) tahun di Lokalisasi. Jumlah partisipan yang diambil adalah 5 (lima) PSK yang berumur 19-38 tahun pada saat pengambilan data dari 130 (seratus tiga puluh) orang Pekerja Seks di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pekerja Seks Komersial mengakui bahwa mereka paham bahwa pemakaian kondom dapat mencegah penularan, tetapi ketika beraktivitas seksual kondom tidak selalu mereka gunakan. Kekerasan fisik dan psikologis kadang mereka dapatkan. Bargaining power mereka masih lemah dalam negosiasi pemakaian kondom dengan pelanggannya. Dukungan dalam upaya pencegahan HIV/AIDS mereka dapat dari kelompok sebaya dan petugas. Perlu kerjasama lintas sektoral dan dinas terkait untuk memberikan intervensi pada komunitas Pekerja Seks Komersial ini sehingga peningkatan kasus HIV/AIDS di Jombang dapat ditekan.


Author(s):  
Christian W. McMillen

HIV/AIDS had been percolating in central Africa since the early twentieth century, but it appeared in its now recognizable form in the spring of 1981. Doctors in America spotted a strange increase in rare infections and Kaposi’s sarcoma, especially in sexually active gay men. In 1982, it was named acquired immune deficiency syndrome (AIDS). ‘HIV/AIDS’ explains that soon afterward the virus was identified as the human immunodeficiency virus (HIV), a complex retrovirus with several different identities. HIV makes its way into the body via infected fluids and can affect all members of society. There is no vaccine, but HIV/AIDS is now treatable, although access to drugs is uneven.


Ophthalmology ◽  
1997 ◽  
Vol 104 (11) ◽  
pp. 1853-1856 ◽  
Author(s):  
Gian Marco Ruggli ◽  
Rainer Weber ◽  
Elmar Peter Messmer ◽  
Ramon L. Font ◽  
Carl Moll ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document