Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

29
(FIVE YEARS 27)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

2715-5692, 2548-7248

2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 66-92
Author(s):  
Ruslan ◽  
Rasyidah Zainuddin

Keragaman pemahamanan keagamaan merupakan bagian dari realitas sosial yang diakibatkan oleh perbedaan metode dalam menafsirkan teks-teks suci agama. Salah satu konsep dalam Islam yang selalu menuai kontroversi interpretasi adalah istilah ‘Bid’ah” yang kemudian berujung pada lahirnya beragam perilaku beragama di kalangan umat muslim sendiri. Artikel ini mengkaji secara konsepsional mengkaji variasi interpretasi terhadap istilah ‘Bid’ah’ sebagai awal mula munculnya variasi beragama di kalangan umat muslim khususnya di Indonesia. Artikel ini menggunakan kajian literatur teks keagamaan Islam yaitu A-Qur’an dan Hadits terkait konsep Bid’ah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan paradigma berpikir dalam memahami dan menginterpretasi teks-teks suci agama berdampak terhadap perilaku beragama. Unsur-unsur perbedaan paradigma tersebut antara lain: aspek historis ayat dan hadits, aspek sosial dan budaya (lokalitas), aspek linguistik


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47-65
Author(s):  
Maula Sari ◽  
Dwi Elok Fardah

Indonesia sebagai negara penganut agama Islam terbanyak juga banyak melahirkan para penafsir al-Qur’an. terhitung ada puluhan penafsir al-Qur’an yang karyanya sudah ditemukan, bahkan sudah lama dipelajari di bumi Nusantara. Keistimewaan dari tafsir karya ulama Nusantara adalah salah satunya ditulis dengan bahasa di mana mufasir itu hidup. Salah satu ulama Nusantara yang ikut andil dalam menafsirkan al-Qur’an adalah KH. Bisri Musthofa dengan karyanya Tafsir Al-Ibriz. Tulisan ini akan mengambil surah Al-Ikhlas dalam kitab Al-Ibriz. Kitab tafsir ini tidak mempunyai kecenderungan dalam corak adab ijtima’i, ilmi dan mistis. Meskipun kemungkinan besar corak-corak lain juga terdapat dalam tafsir ini, namun ketiga corak ini yang mempunyai keunikan tersendiri dalam menggambarkan kitab tafsir tersebut. Dalam menafsirkan surah al-Ikhlas, Bisri Musthofa tidak mencantumkan sumber rujukan, bisa disimpulkan bahwasanya dalam menjelaskan surah al-Ikhlas Bisri Musthofa berpendapat dengan pemikirannya atau mungkin penjelasannya dari gurunya.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 21-46
Author(s):  
Muhammad Zulkarnain Mubhar ◽  
Imam Zarkasyi Mubhar

Understanding the Koran requires knowledge of methodology to make it easier to ground the purposes of divine revelation to humans. There are many methods of interpreting the Qur'an, but all of these methods have not been able to meet the needs and demands of the times, so we need a new method that is scientific in nature and can answer the challenges of the times and human problems. The methodological method that is in line with scientific research methods and does not contradict the objectives of the Qur'an and prophetic treatises is the maud} u> 'y method or thematic method, where this method can be used in all scientific disciplines to find answers. The Qur'an about it is comprehensive, comprehensive, and can be scientifically justified


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 93-113
Author(s):  
H Rajab

Abstract   One of the conditions for the validity of a hadith is that it is protected from 'illah. However, what is meant by 'illah in the hadiths and how to know if a hadith contains' illah or not, does not seem to have received much attention from hadith scholars, so the issue of' illah is still being debated among scholars and hadith researchers. This study intends to explain this problem. The research method is literature study using descriptive analysis. From the research conducted, it is known that 'illah does not get as much attention from the scholars of hadith, as it does for the validity of other hadiths. It is also known that the scholars use the word ‘illah’ in the sense of the language, namely something that enters something else, then causes what it enters to change. 'Illah is usually interpreted as a disease, because if the disease enters the body, the body will become weak, the same as' illah if it is entered into a hadith, it will change the quality of the hadith to become weak. The way to find out the existence of 'illah in this hadith is by doing mu'āraḍah, which is the matching of the concepts that are the main content of every hadith object so that the interconnection and harmony between the concepts and other shari'a arguments are maintained, namely with the explicit instructions of the Koran, other traditions, historical knowledge and common sense reasoning. Abstrak   salah satu syarat kesahihan suatu hadis adalah bahwa hadis itu terhindar dari ‘illah. Namun apakah yang dimaksud dengan ‘illah pada hadis dan bagiamana cara mengetahui suatu hadis mengandung ‘illah atau tidak, tampaknya belum mendapat perhatian yang besar dari ulama hadis, sehingga masalah ‘illah ini masih terus diperdebatkan di kalangan ulama dan peneliti hadis. Penelitian ini bermaksud menjelaskan masalah tersebut. Metode penelitian bersifat studi kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ‘illah tidak mendapatkan perhatian yang besar dari para ulama hadis, seperti perhatian pada syarat-syarat kesahihan hadis lainnya. Juga diketahui bahwa para ulama menggunakan kata ‘illah pada pengertian bahasanya, yaitu sesuatu yang masuk kepada sesuatu yang lain, lalu menyebabkan yang dimasukinya itu menjadi berubah. ‘Illah biasa dimaknai sebagai penyakit, karena jika penyakit masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan berubah menjadi lemah sama dengan ‘illah jika masuk ke dalam suatu hadis, maka akan mengubah kualitas dari hadis itu menjadi lemah. Cara untuk mengetahui adanya ‘illah dalam hadis ini adalah dengan melakukan mu‘āraḍah, yaitu pencocokan konsep yang menjadi muatan pokok setiap matan hadis agar tetap terpelihara kebertautan dan keselarasan antarkonsep dengan dalil syariat yang lain, yaitu dengan petunjuk eksplisit al-Quran, hadis yang lain, pengetahuan kesejarahan dan penalaran akal sehat.  


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-20
Author(s):  
Siar Nimah ◽  
Firdaus ◽  
Amir Hamzah

Pembelajaran ilmu tajwid penting dilakukan sebagai dasar mengukur kemampuan membaca Al-Qur’an. Idealnya, seorang yang mahir dalam ilmu tajwid, maka kemampuan membaca Al-Qur’annya pun baik, begitu sebaliknya. Penelitian ini mengambil populasi pada mahasiswa prodi IAT IAIM Sinjai dengan 38 sampel dari angkatan 2017, 2018, dan 2019. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan perspektif korelasional. Pengumpulan datanya dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Data yang ada kemudian dianalisa dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS 21. Hasilnya, terdapat korelasi yang signifikan antara variabel independen (pemahamn ilmu tajwid) dan variabel dependen (kemampuan membaca Al-Qur’an), dengan tingkat korelasi sedang atau cukup. Kesimpulan ini sesungguhnya memberikan alarm bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik selalu berbanding lurus dengan penguasaan keilmuan tajwid.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 80-98
Author(s):  
Basri Basri

Tulisan ini mengulas pandangan Farid Esack mengenai makna Tauhid dalam al-Qur’an. Dengan adanya problem kemanusiaan yang dihadapi oleh rakyat Afrika Selatan seperti rasialisme, patriarkhi, dan kapitalisme, Farid Esack kemudian merefleksikan kondisi-kondisi obyektif masyarakat Afrika Selatan tersebut baru kemudian melihat hamparan teks Al-Qur`an hingga ditemukan makna-maknanya yang baru dari teks tersebut, di antaranya ayat-ayat yang berkaitan dengan tauhid. Tulisan ini akan memaparkan terlebih dahulu konteks kehidupan Farid Esack, kemudian menjelaskan penafsiran Farid Esack mengenai ayat-ayat tauhid, dan terakhir menguraikan signifikansi interpretasi Farid Esack sebagai landasan dalam melakukan aksi pembebasan.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 51-79
Author(s):  
Khaerulasfar Khaerulasfar
Keyword(s):  

Artikel ini adalah studi tentang penafsiran al-Sya’ra>wi> yang membahas mengenai analisis moderasi dalam Tafsi>r al-Sya’ra>wi>. Pokok permasalahan adalah bagaimana analisis penafsiran al-Sya’ra>wi> tentang moderasi, masalah ini dilihat dengan pendekatan tafsir dan dibahas dengan metode kualitatif dengan content analysis (analisis isi). Al-Sya’ra>wi> dalam tafsirnya menjelaskan tentang moderasi dari sisi iman dan aqidah. Semua kubu ini ditolak mentah-mentah oleh al-Sya’ra>wi> dengan mengemukakan dalil aqli dan naqli.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Muzakkir Muhammad

Perjalanan panjang yang telah dilalui Al-Qur’an merupakan perjalanan yang setidaknya dapat melahirkan pertanyaan dan keraguan tersendiri, sehingga sebelum itu terjadi Al-Qur’an lebih dahulu menutup secara rapat ruang keraguan dalam diri ummat islam terhadap Al-Qur’an melalui Firman Allah dalamsurah al-H{ijr  ayat 9 sebagai jaminan bahwa Al-Qur’an selalu dan akan selalu terjaga. Penelitian ini menggunakan penelitian liberary researc dengan pendekatan sejarah menggunakan diktat diktat sejarah dan kitab-kitab tafsir dalam mengkaji lebih lanjut sejarah jam’u Al-Qur’an. Kata jam’ sebagaimana disebutkan dalam al-Mu’jam al-Wasi>t} berarti ‘d}amma ba’d}uh ila> ba’d}ih’ (menggabungkan sebahagian ke sebahagian yang lain), yang memiliki makna jam’uhu bi alhifzi dan jam’uhu bi alkitabah yang mana berlangsung di masa hidupnya dan turunnya Al-Qur’an. Dalam penyalinan kembali Al-Qur’an, Abu> Bakar menetapkan dua pedoman. Pertama, penulisan berdasarkankan kepada sumber tulisan Al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa Rasulullah saw. yang tersimpan di kediamannya. Kedua, penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para Sahabat penghafal Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan Al-Qur’an sehingga ia tidak menerima ayat yang akan dituliskannya sehingga disaksikan oleh dua orang saksi. Pekerjaan ini dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun yaitu pada tahun ke-13 Hijriah di bawah pengawasan Khalifah Abu> Bakar, ‘Umar bin Khat}t}a>b dan para tokoh Sahabat lainnya. Setelah sempurna, kemudian berdasarkan hasil musyawarah maka tulisan Al-Qur’an itu dinamakan Mus}h}af. Pemeliharaan al-Qur’an pasca Khalifah Us\man bin Affan. Dengan bercampurnya banyak suku selain bangsa arab, dan terjadi banyak kesalahan bacaan Al-Qur’an, maka diberilah tanda bacaan baik itu harakat maupun titik pada huruf  hijaiyah dalam Al-Qur’an. Yang memberikan harakat dalam al-Qur’an ialah Abu al-Aswad al-Du’aly, sedangkan yang memberikan titik ialah Nashr bin ‘Ashim dan Yahya bin Ya’mar


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 13-29
Author(s):  
Firdaus Firdaus
Keyword(s):  

Hadis menjelaskan tentang wabah dengan istilah thaa’uun. Istilah ini mencakup semua bentuk virus atau wabah yang dapat menular atau mewabah kepada setiap orang. Melalui kata thaa’uun, hadis-hadis Nabi Saw tentang virus corona dapat ditelusuri.  Ini menunjukkan bahwa di masa Nabi dan sahabat telah terjadi kondisi yang serupa dengan kondisi yang menimpa hampir semua negara saat ini. Menurut hadis Nabi Saw, salah satu cara menghindari atau memutus mata rantai merebak atau semakin meluasnya wabah itu adalah lockdown atau isolasi diri, termasuk stay home. Keluar rumah dibolehkan jika ada kepentingan tertentu dan mendesak, itupun harus hati-hati, menggunakan masker, dan menjaga jarak dengan orang lain atau social distancing. Illat gugurnya kewajibah shalat jum’at dan shalat berjama’ah adalah berkumpul dalam satu tempat saat Covid-19 dapat menular dan menyebar, karena hal ini dapat menambah dan dianggap dapat memperluas penyebaran wabah Covid-19 tersebut. Dan jika hal ini terjadi terus menerus, maka korban akan terus bertambah dan mata rantai penyebaran Covid-19 sangat sulit untuk dihentikan. Karena itu, seluruh ibadah yang melibatkan banyak orang dan berkumpul dalam suatu tempat harus dihindari, termasuk shalat jum’at, shalat wajib, tarwih, dan ‘Id secara berjama’ah. Pelaksanaan Ibadah ini, sebaiknya dilaksanakan di rumah masing-masing sampai terhentinya penyebaran Covid-19.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 30-50
Author(s):  
Umar Umar ◽  
Siar Nimah
Keyword(s):  

Globalisasi Abad 21 dan Revolusi Industri 4.0 menyebabkan terjadinya gelombang besar teknologi sebagai kemajuan ilmu pengetahuan dalam peradaban modern. Orientasi manusia makin takluk pada ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) modern yang bebas nilai bahkan menjauh dari eksistensi Tuhan dan ajaran Islam padahal epistemologis Iptek bersumber dari ajaran Islam. Tulisan ini bertujuan menggarisbawahi kembali khazanah Iptek modern yang sejalan dengan nilai-nilai Islam agar manusia sebagai pengembang, teknolog, dan ilmuan tak terjebak makin dalam pada lorong gelap sains dan teknologi yang jauh dari cahaya Islam. Melalui metode kajian kualitatif pendekatan library research ditelaah sumber otentik dari buku-buku, jurnal, artikel online maupun fakta empiris kemudian disimpulkan. Khazanah Iptek modern kini inovatif manusia makin berkembang secara dinamis dan terdapat kecenderungan pada pengikisan hakikat kemanusiaan dan keislaman. Gagasan ilmuan Islam dalam beberapa dekade telah memprakarsai revitalisasi ini sehingga penting paradigma ajaran Islam senantiasa ditempatkan lebih strategis di atas promosi dan gagasan Iptek dalam berbagai konteks kehidupan modern baik tantangan dan perubahannya termasuk implikasinya dalam pendidikan Islam.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document