RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

130
(FIVE YEARS 31)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Strategic Studies And Agriculture Policy

2477-0299, 2355-6226

Author(s):  
Popi Rejekiningrum ◽  
Budi Kartiwa

Pembangunan infrastruktur panen air (embung dan bangunan air lainnya) merupakan upaya mengatasi permasalahan penyediaan air irigasi di lahan pertanian di Indonesia. Sesuai Direktif Presiden RI pada acara Rakernas Pembangunan Pertanian di Hotel Bidakara, Jakarta tanggal 5 Januari 2017 dan Pekan Nasional Petani Nelayan ke-15, di Aceh tanggal 6 Mei 2017, Presiden mengamanatkan untuk membangun embung dan penampung air lainnya  sebanyak 30.000 unit. Direktif tersebut ditindaklanjuti dengan rencana diterbitkannya Inpres tentang percepatan pembangunan embung kecil dan bangunan penampung air lainnya tahun 2017. Pembangunan ditujunan untuk tanaman padi sangat bermanfaat dan menguntungkan karena tidak membutuhkan investasi besar.   Pembangunan infrastruktur panen air  dengan layanan seluas 4 juta ha akan diperoleh keuntungan kotor Rp 81,7 T, sehingga pendapatan bersih mencapai Rp. 59,1 T. Sedangkan untuk tanaman jagung diperoleh keuntungan kotor Rp 72,96 T dan pendapatan bersih mencapai Rp. 50,37 T. Demikian pula manfaatnya untuk bawang merah akan menghasilkan penerimaan kotor sebesar Rp. 324,25 T sehingga pendapatan bersih mencapai Rp. 301,67 T.


Author(s):  
Iim Mucharam ◽  
Ernan Rustiadi ◽  
Akhmad Fauzi ◽  
Harianto

Pertanian berkelanjutan merupakan komponen penting dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Pengukuran keberlanjutan pertanian mutlak dilakukan untuk lebih memahami kondisi saat ini, mengidentifikasi tren, menetapkan target, memantau kemajuan, dan membandingkan kinerja antar wilayah. Penelitian tentang keberlanjutan pertanian di Indonesia lebih banyak dilakukan pada level usaha tani atau lokal. Indonesia belum memiliki indikator pertanian berkelanjutan yang menjadi tolok ukur penilaian pertanian berkelanjutan pada level regional/provinsi/nasional. Hal ini disebabkan karena begitu kompleksnya penilaian yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang baik untuk penilaian pada level regional dan nasional. Indikator yang dapat diukur mengenai kelestarian lingkungan pertanian, dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan dari pertanian, merupakan alat penting untuk membantu menggerakkan dunia menuju masa depan pangan yang berkelanjutan. Indikator memungkinkan pembuat kebijakan, petani, bisnis, dan masyarakat sipil untuk lebih memahami kondisi saat ini, mengidentifikasi trend, menetapkan target, memantau kemajuan, dan membandingkan kinerja antar wilayah dan negara.


Author(s):  
Netti Tinaprilla ◽  
Santi Sulistya Nugraheni

Pertanian menggunakan berbagai sistem untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tanaman. Efisiensi lahan dapat ditingkatkan dengan teknologi dan pola tanam. Polikultur merupakan salah satu sistem tanam untuk meningkatkan produktivitas buah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani kentang dengan sistem monokultur dan tumpang sari yang berlokasi di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kentang dengan pola tanam tumpang sari memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya monokultur. Pendapatan total biaya yang diperoleh pada pola monokultur adalah Rp 105.563.346 dengan nilai R/C total biaya sebesar 2.24/ha dalam satu musim tanam. Sedangkan pada pola tanam tumpang sari dengan tanaman cabai total biaya yang diperoleh sebesar Rp 135.345.150 dengan nilai R/C dari total biaya sebesar 2.55/ha dalam satu musim tanam. Kesimpulannya adalah penanaman kentang dengan pola tanam tumpang sari lebih menguntungkan dari pada monokultur di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.


Author(s):  
Indah Sayugyaningsih ◽  
Suprehatin ◽  
Naufal Nur Mahdi

Pelaksanaan Asuransi Usahatani Padi (AUTP) merupakan program yang relatif baru di Indonesia yaitu sekitar tahun 2015. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi petani dalam program asuransi pertanian ini, akan tetapi sampai saat ini keikutsertaan petani dalam AUTP masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan AUTP dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi petani mengikuti AUTP di Kecamatan Kaliori, Rembang. Penelitian ini menggunakan data primer dari 70 petani (35 peserta mengikuti AUTP dan 35 tidak mengikuti AUTP) di tiga desa di Kecamatan Kaliori, Rembang. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa faktor internal maupun eksternal yang berpengaruh terhadap keikutsertaan petani dalam program AUTP adalah umur,  jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usahatani, pengalaman gagal panen, informasi AUTP dan kehadiran petani dalam sosialisasi AUTP.


Author(s):  
Bambang Dwi Dasanto ◽  
Sulistiyanti Sulistiyanti ◽  
Andria Anria ◽  
Rizaldi Boer

Salah satu dampak paling signifikan dari perubahan iklim adalah kenaikan permukaan laut. Wilayah pesisir Pangandaran yang terletak di Selatan Jawa Samudra Hindia secara langsung memiliki risiko banjir lebih tinggi akibat kenaikan permukaan laut (SLR) dibandingkan dengan wilayah pesisir di Utara Jawa. Dampak langsung dari kenaikan muka laut, pada umumnya, diukur berdasarkan besarnya kerusakan fisik maupun kerugian ekonomi. Dalam kajian ini, kerusakan fisik dinotasikan sebagai persentase penyusutan atau perubahan penggunaan/tutupan lahan yang terpapar oleh banjir air laut. Kerugian ekonomi didekati dengan biaya kerusakan tiap jenis penggunaan lahan yang terpapar oleh banjir air laut. Satuan biaya (unit cost) tiap jenis penggunaan/tutupan lahan yang terusakkan dapat diperoleh dari hasil survei kuesioner, diskusi kelompok mendalam (focus group discussion, FGD), dan riset terdahulu. Hasil analisis SLR menunjukkan bahwa sementara penurunan tanah mencapai lebih dari 85 ha. Sementara itu, kerugian permanen akibat SLR pada 2025 dan 2050 hampir sama yaitu sekitar 40 ha, meskipun SLR meningkat lebih dari 0,24 meter menjadi 0,50 meter (skenario rendah) atau dari 0,30 meter hingga 0,64 meter (skenario tinggi). Ini bisa dimengerti karena elevasi Pantai Pangandaran cukup tinggi. Selain kerugian fisik, jenis kerugian lain yang disebabkan oleh SLR rusak atau hilang sebagian dari penggunaan lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kerugian tertinggi terjadi di sektor permukiman dibandingkan dengan sektor pertanian, dan permukiman yang terkena dampak SLR lebih luas dengan meningkatnya periode proyeksi


Author(s):  
Mariyah ◽  
Rita Mariati ◽  
Agung Enggal Nugroho

Regenerasi petani dengan penguatan jiwa kewirausahaan dibutuhkan untuk menghadapi tantangan usaha yang semakin kompetitif. Penurunan jumlah generasi muda yang masuk ke dunia pertanian perlu diantisipasi melalui pendidikan formal bidang pertanian. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan minat generasi muda ke bidang pertanian dan faktor-faktor yang memengaruhi motivasinya berwirausaha dibidang pertanian. Penelitian dilakukan melalui survei terhadap mahasiswa baru Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dengan pertimbangan salah satu capaian pembelajaran yang direncanakan adalah wirausaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan minat ke bidang pertanian masih menunjukkan peningkatan berdasarkan trend jumlah mahasiswa, motivasi berasal dari keinginan sendiri, dan sebagian besar merupakan pilihan pertama program studi, serta memiliki keinginan untuk berwirausaha dibidang pertanian. Faktor yang dan memengaruhi motivasinya adalah pendidikan sebelumnya, latar belakang orangtua (jenis pekerjaan, usaha, kepemilikan lahan), serta pengalaman ke lokasi pertanian. Implikasi penelitian ini adalah perlunya penetapan prioritas pendidikan wirausaha pertanian, dukungan, dan komitmen dalam pendampingan dan pembinaan generasi muda agar mampu berwirausaha.


Author(s):  
Novinci Muharyani
Keyword(s):  

Perum Perhutani memiliki kelompok produk barang dan jasa unggulan, diantaranya adalah forest chemical product, salah satunya adalah minyak kayu putih. Proses penyulingan daun kayu putih memberikan rendemen minyak kurang lebih 0,8-1 % dimana selebihnya adalah berupa limbah biomassa daun kayu putih. Pemanfaatan limbah biomassa ini, hanya sebagian kecil digunakan kembali sebagai bahan bakar proses penyulingan dan selebihnya akan tertumpuk disekitar pabrik. Prospek pengolahan limbah biomassa daun kayu putih ini diantaranya adalah dengan mengelola secara intensif limbah menjadi kompos daun. Proses pembuatan kompos sendiri belum dilakukan oleh Perum Perhutani. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis prospek penanganan limbah daun kayu putih secara intensif menjadi kompos daun. Dari penelitian ini diketahui bahwa pengomposan limbah daun kayu putih dapat dilakukan dengan baik dalam waktu 60 hari (lebih singkat dibandingkan dekomposisi secara alami) dan biaya produksi pada skala percobaan adalah Rp. 346,- per kilogram kompos.


Author(s):  
Agus Siswono

Kementerian perindustrian sangat konsen dengan masalah lingkungan dapat dilihat dari kebijakan pengembangan industri yang ramah lingkungan (industri hijau), salah satu program reposisi kementerian untuk unit sekolah adalah penataan lingkungan sekolah menjadi green school. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat pengetahuan, sikap, dan intensi perilaku peduli lingkungan siswa SMK Kemenperin, menganalisis hubungan pengetahuan lingkungan hidup, sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi perilaku peduli terhadap lingkungan siswa SMK Kemenperin, dia Analisis dengan menggunakan program excell dan  Struktural Partial Least Square (PLS). Hasil analisis menunjukkan pengetahuan lingkungan hidup, sikap dan intensi perilaku peduli lingkungan  siswa SMK Kemenperin sangat baik oleh responden. Hasil analisis uji dengan Struktural Partial Least Square (PLS) diketahui bahwa variabel pengetahuan lingkungan hidup berpengaruh positif terhadap sikap tetapi tidak signifikan, sementara sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap intensi perilaku peduli lingkungan siswa SMK Kemenperin.


Author(s):  
Eko Ruddy Cahyadi

Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk produk olahan seperti tempe, tahu, dan kecap.  Permintaan kedelai mentah sebagai bahan baku cenderung meningkat melampaui kapasitas produksi dalam negeri. Tercatat hanya sekitar 65% produksi lokal untuk memenuhi pasar kedelai domestik dan selebihnya berasal dari impor. Oleh karena itu, kebijakan dan program yang tepat untuk  peningkatan produksi lokal sangat dibutuhkan. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan target produksi kedelai yang akan dicapai. Target ini akan menentukan alokasi sumberdaya dan program yang sesuai.. Dalam risalah ini dilakukan kajian penentuan target yang akuntabel dan realiastis melalui pendekatan peramalan kuantitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa metode peramalan weighted moving average untuk data produksi tahunan dan metode Holt's Winter (Multiplicative) untuk data produksi musiman adalah model peramalan terbaik dengan tingkat kesalahan terkecil. Kedua metode ini dapat diadopsi oleh Kementerian Pertanian dalam menentukan target produksi kedelai. Kisaran target produksi kedelai yang direkomendasikan untuk tahun 2019 adalah 971,489.45 ± 132,732.33 ton.


Author(s):  
Rizky Muhartono

Jakarta merupakan daerah dengan wilayah yang dilintasi 13 sungai. Namun demikian, pada sungai-sungai tersebut kerap dijumpai sampah. Salah satu penghasil sampah di sungai (diduga) berasal dari limbah domestik masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana masyarakat bantaran sungai peduli  dengan tidak membuang sampah ke sungai.  Salah satu tema penting yang dapat dilakukan sebagai konsep pemberdayaan masyarakat bantaran sungai adalah bersahabat dengan sungai. Program ini tidak bertujuan untuk mencegah banjir yang datang ke Jakarta tetapi konsep ini dimunculkan sebagai jawaban untuk melawan kebiasaan masyarakat bantaran sungai yang sudah terlanjur menganggapnya sebagai lahan milik pribadi sehingga dibolehkan membuang sampah di sungai. Memahami karakteristik masyarakat dan individu dengan mempertimbangkan unsur budaya dan norma setempat menjadi penting, sehingga hambatan program berupa rendahnya saling percaya dan minimnya inovasi dan kreativitas bisa diatasi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document