Agriprima Journal of Applied Agricultural Sciences
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

99
(FIVE YEARS 59)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Politeknik Negeri Jember

2549-2942, 2549-2934

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 138-150
Author(s):  
Erlianus ◽  
Radian ◽  
Tri Haris Ramadhan
Keyword(s):  

Ketersediaan air mempengaruhi faktor pertumbuhan tanaman padi yaitu fisiologi, morfologi, pola pertumbuhan dan hasil padi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon beberapa varietas padi sawah dengan tinggi muka air yang berbeda dan mendapatkan varietas padi sawah yang terbaik dan tinggi muka air yang sesuai terhadap hasil tanaman padi sawah. Penelitian lapang ini dilaksanakan di Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, sejak bulan Februari sampai  Juni  2020. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dengan pola Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari 2 faktor dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor  pertama adalah varietas padi (V) sebanyak 4 taraf yaitu varietas Cilosari, Ciherang, Inpari 39 dan Inpago 8 dan faktor kedua adalah tinggi muka air (A) sebanyak 5 taraf yaitu -5 cm, 0 cm, 5 cm, 10 cm dan 15 cm.  Pengamatan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, umur berbunga, jumlah gabah isi per malai, panjang malai, persentase gabah isi per malai, bobot 1.000 butir dan bobot gabah kering panen per rumpun. Hasil penelitian menunjukkan varietas dan tinggi muka air sangat berpengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum Varietas Cilosari, Inpari 39 dan Inpago 8 memberikan bobot gabah tertinggi yaitu masing-masing sebesar 36,93, 32,40 dan 31,89 g per rumpun.  Perlakuan tinggi muka air 5 cm memberikan bobot gabah tertinggi sebesar 37,92 g per rumpun.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 97-106
Author(s):  
Nasrullah ◽  
Memen Surahman ◽  
Abdul Qadir
Keyword(s):  

Benih kedelai memiliki daya simpan yang rendah karena penurunan kualitas benih selama penyimpanan berlangsung lebih cepat dibandingkan benih tanaman lain. Kedelai setelah dipanen akan mengalami penurunan benih baik secara kualitatif maupun karena beberapa faktor eksternal. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa saat sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar memiliki daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali. Pengemasan benih merupakan tindakan penyediaan lingkungan mikro yang optimal agar benih tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan selama penyimpanan. Penyimpanan benih kedelai dilakukan di Gudang Pusat Perbenihan, Leuwikopo IPB mulai April 2018 hingga Juli 2018. Penelitian ini mempelajari pengaruh jenis kemasan dalam mempertahankan umur simpan benih selama penyimpanan. Jenis kemasan tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih dan kadar air, tetapi berpengaruh terhadap potensi tumbuh maksimal dan bobot kering kecambah normal, menggunakan benih yang dikemas menggunakan jerigen plastik dan plastik kedap udara memiliki potensi tumbuh maksimal yang lebih tinggi dibandingkan kertas semen. dan kantong plastik selama umur simpan 4 bulan. Benih yang disimpan selama 1 tahun dalam 4 kemasan mengalami penurunan viabilitas yang drastis, meskipun disimpan pada suhu 17-19° C dan RH 53-55%.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 86-96
Author(s):  
Lutfi Pramukyana ◽  
Didik Puji Restanto ◽  
Ketut Anom Wijaya

Sorgum merupakan salah satu tanaman yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia namun dalam areal yang masih terbatas karena lahan pertanian yang subur dan produktif semakin menyempit. Kebanyakan lahan subur dan produktif tersebut pada umumnya lebih intensif ditanami padi dan terjadinya alih fungsi lahan subur untuk pembangunan industri, perumahan dan lain-lain. Salah satu upaya untuk mengembangkan komoditas sorgum adalah dengan memanfaatkan lahan marginal dekat pantai yang memiliki permasalahan yaitu memiliki tingkat salinitas yang tinggi. Permasalahan salinitas dapat dikendalikan dengan pemanfaatan unsur kalsium untuk menjaga agar tanaman sorgum dapat tumbuh secara optimum. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan potensi lahan salin dan mengetahui dosis kalsium yang terbaik untuk menekan pengaruh dari cekaman salinitas untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sorgum. Percobaan ini dilakukan di rumah plastik buatan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdapat 2 faktor yang mana faktor pertama adalah tingkat salinitas yaitu 100 mM, 150 mM, 200 mM dan 250 mM. Faktor kedua adalah perbedaan konsentrasi Kalsium Klorida (CaCl2) yaitu 0 mM, 10 mM, 20 mM dan 30 mM. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Varietas yang digunakan adalah Super 1. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, panjang akar, umur berbunga, umur panen, bobot biji per malai, kandungan klorofil, kadar air relatif daun dan kandungan prolin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan S0C1 (Cekaman salin 100 mM + Kalsium 10 mM) memberikan hasil terbaik pada variabel tinggi tanaman dan panjang akar. Kombinasi perlakuan S0C2 (Cekaman salin 100 mM + Kalsium 20 mM) memberikan hasil terbaik pada variabel bobot biji per malai, klorofil dan kadar air relatif.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 122-130
Author(s):  
Fatiani Manik ◽  
Bina Beru Karo ◽  
Rina Christina Hutabarat ◽  
Darkam Musaddad
Keyword(s):  

Penggunaan pupuk organik sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis dan konsentrasi pupuk organik cair (POC) terhadap pertumbuhan dan hasil brokoli (Brassica oleracea). Penelitian dilaksanakan di IP2TP Berastagi pada bulan Mei sampai dengan September 2020. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 kali ulangan dan 10 perlakuan.  Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut: A: tanpa POC (Kontrol), B: POC kotciplus 10 ml/L, C: POC kotciplus 20 ml/L D: POC kotciplus 30 ml/L, E: POC kipait 10 ml/L, F: POC kipait 20 ml/L, G: POC kipait 30 ml/L, H:  POC limbah buah 10 ml/L, I: POC limbah buah 20 ml/L, J:  POC limbah buah 30 ml/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC yang terbaik adalah POC kotciplus. POC kotciplus 20 ml/L, dan POC kotciplus 30 ml/L menunjukkan diameter kanopi terlebar yaitu masing-masing (52,35 cm dan 51,71 cm). Pemberian POC kotciplus 30 ml/L mampu meningkatkan hasil brokoli dilihat dari diameter bunga, bobot bunga per tanaman, bobot kuntum dan bobot bunga per plot.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 160-171
Author(s):  
Sri Lestari ◽  
Fajar Kurniawan

Pemutuan gabah dan beras sangat diperlukan guna mengetahui kualitas gabah dan beras yang dihasilkan serta untuk menentukan nilai jual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis mutu fisik gabah dan beras serta menilai mutu gabah menurut SNI 1987 dan mutu beras menurut SNI 6128-2015. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah gabah kering giling (GKG) varietas IPB 3S dan beras varietas padi Ciherang. Masing-masing sampel yang digunakan sebanyak 100 gram dengan 4 kali ulangan. Parameter pengukuran mutu fisik gabah meliputi kadar air, gabah hampa, butir rusak (kuning), butir mengapur (gabah muda) serta gabah merah. Sedangkan parameter pengukuran mutu fisik beras meliputi kadar air, persentase beras kepala, butir patah, butir menir, butir merah, butir kuning (rusak), butir kapur, benda asing dan butir gabah. Hasil penelitianmenunjukkan bahwagabah varietas IPB 3S memiliki kadar air sebesar 14.55%, gabah hampa 1.64%,  butir mengapur (gabah muda) sebesar 3.12%, butir rusak (kuning) sebesar 4.46% dan butir merah sebesar 0%. Sedangkan komponen mutu fisik beras varietas padi Ciherang memiliki kadar air sebesar 14.3%, butir kepala sebesar 66.73%, butir patah sebesar 24.18%, butir menir sebesar 7.21%, butir mengapur sebesar 1.51%, butir kuning (rusak) sebesar 0.21%, butir merah sebesar 0.01%, benda asing 0% serta butir gabah 0%. Pemutuan gabah varietas IPB 3S berada pada kategori gabah Mutu II, sedangkan beras varietas padi Ciherang tidak sesuai dengan SNI beras dikarenakan tingginya persentase  beras menir.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 131-137
Author(s):  
Imro'ah Ikarini ◽  
Harwanto ◽  
Yunimar
Keyword(s):  

Teknologi Pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah produk jeruk dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah kulit jeruk menjadi minyak atsiri atau essential oil. Kulit jeruk mengandung minyak atsiri, telah banyak dimanfaatkan oleh industri kimia seperti parfum, sebagai penambah aroma jeruk pada minuman dan makanan. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi fisik dan kimia serta kandungan senyawa volatil pada minyak atsiri kulit jeruk purut dan jeruk siam pontianak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif menggunakan minyak atsiri kulit buah jeruk yang diperoleh dengan metode distilasi. Hasil uji GC-MS menunjukkan bahwa pada sampel minyak atsiri jeruk purut dapat teridentifikasi 9 senyawa dan minyak atsiri jeruk siam pontianak teridentifikasi 4 senyawa, dimana keduanya sama-sama mengandung senyawa limonin. Hasil rata-rata perhitungan rendemen minyak atsiri jeruk purut dan siam pontianak berturut-turut adalah 4,369% dan 3,161%. Minyak atsiri jeruk purut dan siam Pontianak, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda pada parameter putaran optik, warna fisik, serta uji organoleptik warna dan aroma.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 151-159
Author(s):  
Yohanis Amos Mustamu ◽  
Fredik O P Barias ◽  
Theresia Tan ◽  
Antonius Suparno ◽  
Yohanes S Budiyanto

Penelitian ini bertujuan untuk Menduga keragaan karakter kuantitatif 9 jenis sagu di Kampung Marau, Distrik Oridek, Kabupaten Biak Numfor, Menduga karakter yang dapat menunjukkan variasi antara genotipe, Menduga karater yang menunjukkan variasi terbesar dan memiliki korelasi yang kuat. Penelitian dilaksanakan Kampung Marau, Distrik Oridek Kabupaten Biak Numfor pada Bulan Maret 2020 sampai dengan Mei 2020. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif dengan teknik pengamatan secara langsung terhadap tanaman sagu. Variabel yang diamati terdiri dari jumlah anakan, jumlah daun dewasa, jumlah anak daun, panjang anak daun, lebar anak daun, luas anak daun, panjang tangkai daun/petiol, lebar petiol, lingkar batang, tinggi batang, dan diameter batang. Data yang diperoleh di analisis menggunakan  uji Z untuk, Analisis Komponen Utama (PCA), Analisis Biplot, analisis cluster. Hasil menunjukkan Terdapat tiga karakter yang menunjukan keragaan terbesar pada pada 9 jenis tanaman sagu di Kampung Marau. Terdapat 4 komponen utama yang menyebabkan keragaman pada genotipe sagu yang diamati. Karakter yang menunjukkan keragaman terbesar berdasarkan hasil biplot adalah tinggi batang dan panjang tulang daun. Terdapat tiga kluster utama berdasarkan tingkat kemiripan genotipe sagu asal Kampung Marau


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 169-179
Author(s):  
Yusriatul Mawaddah ◽  
Dyah Nuning Erawati ◽  
Mohammad Donianto ◽  
Wegi Meiza Ryana ◽  
Anis Ikanafi'ah
Keyword(s):  

Tanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews.) memiliki nilai ekspor yang tinggi karena Indonesia menempati peringkat ke-3 sebagai eksportir terbesar dunia setelah Madagaskar dan Perancis. Pengembangan bibit secara vegetatif dalam budidaya vanili yang memiliki beberapa kelemahan yaitu merusak tanaman induk dan rentan serangan penyakit busuk batang. Kelemahan perbanyakan vegetatif dapat diatasi dengan teknik kultur jaringan melalui penambahan sitokinin. Penelitian bertujuan untuk  1) menganalisis peran Kinetin terhadap penggandaan tunas eksplan vanili; 2) menganalisis peran BAP terhadap penggandaan tunas eksplan vanili dan 3) menganalisis interaksi peran Kinetin dan BAP terhadap penggandaan tunas eksplan vanili. Pelaksanaan penelitian pada bulan Juni-Desember 2020 bertempat di Laboraturium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah Kinetin pada taraf  0,0 mg/l, 1,0 mg/l dan 2,0 mg/l. Faktor kedua adalah BAP pada taraf 0,5 mg/l, 1,5 mg/l, dan 2,5 mg/l dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kinetin 1,0-2,0 mg/l berperan dalam mempengaruhi kecepatan bertunas eksplan dengan hasil tercepat pada 9-10 hari setelah inokulasi, 2) BAP berperan mendukung kemampuan eksplan menghasilkan jumlah tunas terbanyak pada umur8 msi pada konsentrasi BAP 1,5-2,5 mg/l dengan rerata jumlah tunas 4,24-5,00 tunas/eksplan. Konsentrasi BAP 0,5 mg/l mempengaruhi panjang tunas dengan rerata 2,46 cm pada umur eksplan 10 minggu setelah inokulasi.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 184-192
Author(s):  
Riani Ningsih ◽  
Slameto ◽  
Ketut Anom Wijaya

Kentang umumnya dapat tumbuh optimal di dataran tinggi, ketika kentang ditanam di dataran medium maka pertumbuhan tanaman akan terganggu. Hal ini dikarenakan pada dataran medium memiliki suhu yang relative tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui respon tanaman kentang jika ditanam pada suhu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman suhu tinggi pada fase bibit terhadap pertumbuhan dan hasil pada tanaman kentang yang dilaksanakan di Jember dengan ketinggian di atas 500 mdpl (suhu rerata 320C). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama perlakuan suhu yaitu, Suhu Kontrol 320C (T0), Suhu 250C 16 jam dan 350C, 8 jam selama 15 hari (T1), Suhu 420C selama 8 jam (T2). Faktor kedua perlakuan varietas yaitu, varietas atlantik (V1), dan varietas granola (V2). Sehingga terdapat 6 kombinasi perlakuan dengan ulangan 4 kali. Data dianalisis menggunakan uji lanjut jarak berganda duncan 5%. Hasil penelitian interaksi antara perlakuan cekaman suhu kontrol 320C dan varietas granola kembang menunjukkan hasil terbaik pada variabel pengamatan tinggi tanaman sebesar 36,31 cm, jumlah daun sebanyak 15,95 helai, dan kandungan karbohidrat sebesar 22,49 mg/g. Sedangkan interaksi antara perlakuan cekaman suhu kontrol 320C dan varietas atlantik menunjukkan hasil terbaik pada variabel pengamatan berat umbi sebesar 17,4 g.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 107-121
Author(s):  
Parawita Dewanti ◽  
Alifah Farida Sa’adah ◽  
Firdha Narulita Alfian

Akuaponik adalah integrasi dari sistem akuakultur dan hidroponik yang memanfaatkan kotoran ikan sebagai sumber hara tanaman. Input bagi tanaman hanya bergantung pada ketersediaan hara pada kolam ikan, sehingga kebutuhan hara terkadang masih kurang terpenuhi. Inovasi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan pemberian pupuk daun dan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui interaksi konsentrasi pupuk daun dan auksin yang terbaik pada tanaman pakcoy menggunakan sistem budidaya akuaponik rakit apung. Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi pupuk daun sebesar 1 g/L, 2 g/L, dan 3 g/L dan faktor kedua yaitu auksin auksin sebesar 0 ml/L, 1 ml/L, 2 ml/L, dan 3 ml/L. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata maka akan dilakukan uji beda Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun dan auksin berpengaruh nyata pada variabel bobot basah dan berpengaruh nyata pada variable tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering dan laju pertumbuhan. Perlakuan konsentrasi pupuk daun 1 g/L dan auksin 3 ml/L merupakan perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan hasil  hingga 54,55% dibandingkan dengan budidaya akuaponik tanpa pemberian pupuk daun dan zat pengatur tumbuh.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document