Panggung
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

343
(FIVE YEARS 84)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Panggung

2502-3640, 0854-3429

Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Iip Sarip Hidayana ◽  
Rufus Goang Swaradesy

Masyarakat adat merupakan salah satu kelompok masyarakat yang masih kuat menjaga sistem nilai tradisional dalam berbagai aspek kehidupan. Hal tersebut menjadikan masyarakat adat memiliki kekhasan nilai –nilai budaya. Salah satu kekhasan tersebut dapat ditemukan di masyarakat adat Kete’Kesu’ Toraja Utara dalam keragaman permainan rakyat. Permainan rakyat lahir dari upacara ritual masyarakat adat sebagai upaya penanaman karakter bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi permainan rakyat yang ada di masyarakat adat Kete’ Kesu’ untuk selanjutnya dicari makna nilai yang terkandung dalam permainan rakyat tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan dan melakukan wawancara tokoh adat dan anggota masyarakat Kete’Kesu’. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan paradigma teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya sejumlah permainan rakyat di Kete’ Kesu’ yakni Kalungkung tedong, Mapasilaga tedong, Ma’Timba, Palok’, dan Pali’. Adapun makna dari permainan rakyat yang ada di masyarakat adat Ke’te’ Kesu’ tersebut dapat digunakan untuk penguatan nilai-nilai karakter di masyarakat.Kata Kunci: Masyarakat Adat, Permainan Rakyat Kete’Kesu’, Teori Fungsionalisme Malinoswki


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
I Wayan Sudana ◽  
Isnawati Mohamad
Keyword(s):  

Seni kerajinan eceng gondok Gorontalo berpeluang besar untuk dikembangkan, tetapi upayaupayapengembangannya kurang berhasil maksimal karena dilakukan secara spekulatif tanpadidasari karakteristiknya. Penelitian ini bertujuan merumuskan konsep pengembangan senikerajinan eceng gondok Gorontalo berdasarkan karakteristiknya. Penelitian menggunakanmetode kualitatif model studi kasus dengan grounded theory. Data dikumpulkan melaluiwawancara, observasi, pengujian, dan studi pustaka. Data dianalisis secara interaktif melalui:seleksi dan pengkodean, kategorisasi data, display data serta pembahasan, dan penarikankesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa konsep pengembangan seni kerajinan ecenggondok Gorontalo berdasarkan karakteristiknya dilakukan melalui diversifikasi dan inovasiteknologi produksi, produk, dan distribusi, sesuai kemajuan teknologi dan dinamika pasar.Daya prediksi konsep tersebut dirumuskan dalam bentuk pernyataan kausal dan peluangpenerapannya disajikan dalam bentuk langkah-langkah kerja sistematis. Konsep pengembangantersebut dapat digunakan sebagai penuntun dalam pengembangan seni kerajinan eceng gondokGorontalo di masa depan atau seni kerajinan lainnya yang sejenis.Kata Kunci: Kerajinan Eceng Gondok, Karakteristik, Konsep Pengembangan, Diversifikasi, Inovasi.


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Ni Ketut Dewi Yulianti ◽  
Ni Komang Sekar Marhaeni
Keyword(s):  

Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami nilai-nilai estetika pertunjukan wayang kulit Cenk Blonk dalam lakon “Tidak Cukup Hanya Cinta”, serta nilai-nilai karakter yang dikandung dalam pertunjukan tersebut. Hal ini sangat signifikan dan perlu untuk diteliti, mengingat saat ini banyak terjadi kemerosotan karakter anak bangsa dan juga permasalahan kebangsaan, seperti bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dan pendekatan berdasarkan estetika pewayangan dengan menganalisis tayangan wayang kulit Cenk Blonk dengan lakon “Tidak Cukup Hanya Cinta” di youtube juga melakukan wawancara dengan dalang Cenk Blonk, Jro Mangku Dalang Wayan Nardayana untuk mengkaji ulang hasil analisis awal terhadap nilai karakter dalam pertunjukan wayang kulit Cenk Blonk dalam lakon “Tidak Cukup Hanya Cinta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pertunjukan Wayang Kulit Cenk Blong dengan lakon “Tidak Cukup Hanya Cinta” Dalang Nardayana telah memenuhi kriteria micara dalam konsep estetika catur. Micara artinya bahwa seorang dalang harus mempunyai kemampuan dalam menyusun kata-kata serta piawai dalam menyusun dialog wayang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lakon ini mengandung nilai estetika yang sangat tinggi dalam hal ginem atau dialog tokoh wayang yang terlihat dalam penggunaan bahasa figuratif atau gaya bahasa anadiplosis, antitesis, asonansi, metafora dan simile. Nilai-nilai karakter yang disuguhkan dalam lakon tersebut adalah nilai karakter jujur, toleransi, komunikatif, cinta damai dan tanggung jawabKata Kunci: Estetika Pertunjukan Wayang, Nilai-Nilai Karakter, Wayang Kulit Cenk Blonk


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
M. Arif Anas ◽  
Andar Indra Sastra ◽  
Mirnawati Mirnawati ◽  
Marzam Marzam
Keyword(s):  

Tujuan artikel ini adalah untuk mengungkap Rekam Jejak Estetika Sufi Dalam Konsep Seni Pertunjukan Salawaik Dulang Di Minangkabau. Rekam jejak (track record) adalah semua hal yang dilakukan seseorang pada di masa lalu dan dapat di jadikan teladan sampai sekarang. Semua hal dalam konteks ini bersentuhan dengan estetika sufi dan hubungannya dengan seni pertunjukan Salawaik Dulang. Dalam tradisi sufi, estetika lebih jauh dikaitkan dengan metafisika dan jalan kerohanian – spirutulitas – yang ditempuh melalui metode tasauf. Spiritualitas adalah hidup dengan kesadaran bahwa Tuhan senantiasa di dekat kita. Kesadaran itu menumbuhkan dorongan bagi seluruh tindakan manusia; termasuk dalam dunia seni pertunjukan – salawaik dulang. Secara musikal, dulang sebagai media pengantur tempo, ritme dan sekaligus berfungsi sebagai musiknya. Pendendangan syair yang diiringi oleh tabuhan dulang tersebut dilakukan dua kelompok (grup) salawat dulang; keduanya bertarung secara estetik dalam pertunjukan salawaik dulang. Metode kualitatif yang didasari pengamatan terlibat digunakan dalam pengumpulan data penelitian melalui: penyelidikan (observasi), wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Hasil; Rangkaian syair dinarasikan tukang salawaik dulang; mulai dari kotbah sampai lagu cancan merepresentasikan ajaran tarekat, karena bersifat filosofis; Pertunjukan salawat dulang telah menjadi salah satu bentuk ekspresi yang merepresentasikan ajaran tasauf bagi penganut ajaran tarekat Syatariyah di Minangkabau.Kata Kunci: Kerajinan Eceng Gondok, Karakteristik, Konsep Pengembangan, Diversifikasi, Inovasi.


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Komarudin Kudiya ◽  
Husen Hendriyana ◽  
Eko Mursito Budi

Industri batik tradisional di Indonesia, sebagian besar masih menggunakan teknik pewarnaan menggunakan sinar matahari langsung, sedangkan di musim penghujan perajin secara rutin masih harus tetap memproduksi kain batik untuk memenuhi target dari berbagai penanan. Artikel ini bertujuan menguatkan keberlangsungan industri kecil dan mengah perajin batik di musim penghujan, maka diperlukan langkah strategis dalam menghadirkan solusi yang lebih efektif. Metode yang digunakan dari penelitian ini yaitu Participation Action Research (PAR) dengan paradigma practice-led reseach dan pendekatan strategi kreatif industry design. Kelompok perajin home industry batik sebagai populasi, dan Batik Komar sebagai sampel pada penelitian ini. Instrumen penelitian melalui beberapa elemen dan prinsip desain, teknologi dan industri. Adapun prosedur penelitian melalui tahapan design thinking. Hasil penelitian ini yaitu produk kain batik dengan teknik pewarnaan sinar ultraviolet melalui mesin fotonik. Mesin fotonik batik merupakan salah satu solusi strategis dalam mengatasi langkanya sinar matahari pada musim penghujan sebagai energi penguat proses pewarnaan batik. Dengan kata lain, Mesin fotonik batik sangat membantu akselerasi kapasitas produksi batik yang menggunakan pewarna jenis indigosol. KataKunci: Pewarnaan Batik; Fotonik Batik; Musim Penghujan; Fotokimia; Sinar Ultraviolet


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Made Tiartini Mudarahayu ◽  
I Nyoman Sedana ◽  
Anak Agung Gede Rai Remawa ◽  
I Ketut Sariada

Di balik keberagaman bentuk busana dalam lukisan Wayang Kamasan, terdapat pakem dan kreativitas bagi pelukis gaya Kamasan, mengingat bahwa kesenian ini merupakan kesenian klasik dan komunal di Bali. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika bentuk dari Thomas Munro yang menyatakan bahwa satu benda seni memiliki pengorganisasian unsur dan detail yang ditujukan untuk menyampaikan imajinasi dan pesan dari sebuah objek, adegan, situasi dalam benda seni tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa motif busana figur dalam seni lukis Wayang Kamasan dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: (1) Bagian kepala (utama), terdiri atas motif yang menggambarkan identitas utama dari figur yang ingin disampaikan, contohnya: motif buana lukar pada figur Bima. (2) Bagian badan (madya), terdiri dari motif pendukung identitas figur, contohnya: motif gelang kana pada figur Tualen. (3) Bagian kaki (nista), terdiri atas motif kain yang mendukung identitas figur, seperti motif poleng pada figur Bima. Motif yang menjadi pakem dan tidak dapat diubah polanya adalah motif utama, sedangkan sebagian dari motif isian bersumber dari kreativitas masingmasing seniman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ruang eksplorasi yang luas bagi kreativitas seniman lukis Wayang Kamasan.Kata Kunci: Estetika Bentuk, Motif Busana, Lukisan Wayang Kamasan, Pakem, Kreativitas


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Asep Saepudin Saepudin ◽  
Ela Yulaeliah

This paper aims to determine the causes of changes in the Jaipong kendang motifs and analyze its motifs in Campursari. This writing uses the method of descriptive analysis. The entry of the Jaipong kendang in Campursari led to various changes from the original kendang. The conclusions obtained were changes in the multiple motifs of Jaipong kendang as a result of adjusting the Jaipong kendang to the Campursari performance. The Campursari players, who are predominantly Javanese and have traditional values, cannot be separated when they play the Jaipong kendang. The sense of tradition of the artists in playing the Javanese kendang, of course, indirectly channeled in the Jaipong kendang. The result is that new motifs of Jaipong kendang are the result of the artists’ creativity. Jaipong kendang motifs contained in Campursari, in general, are mincid motifs. It is found in almost every song accompanied by the Jaipong kendang. The other motifs are in the form of codes or accents made by artists as a unique feature in every Campursari song. Keywords: tepak, jaipong, mincid, campursari  ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadi perubahan motif kendang jaipong serta menganalisis motif-motif kendang jaipong dalam Campursari. Metode deskriptif analisis digunakan dalam penulisan ini. Masuknya kendang jaipong dalam Campursari, menimbulkan berbagai perubahan dari kendang aslinya. Hasil kesimpulan diperoleh bahwa terjadinya perubahan beragam motif kendang jaipong sebagai akibat disesuaikannya kendang jaipong dengan sajian Campursari. Pemain Campursari yang mayoritas orang Jawa dan telah memiliki nilai tradisi, tidak lepas begitu saja ketika mereka memainkan kendang jaipong. Rasa tradisi para seniman dalam bermain kendang Jawa, tentunya secara tidak langsung tersalurkan di dalam kendang jaipong. Hasilnya adalah motif-motif baru kendang jaipong hasil kreativitas para seniman. Motif-motif kendang jaipong yang terdapat di dalam Campursari secara umum adalah motif mincid. Motif mincid ini terdapat hampir di setiap lagu yang diiringi kendang jaipong. Adapun motif lainnya adalah berupa kode atau aksen-aksen hasil karya seniman sebagai ciri khusus dalam setiap lagu Campursari.   Kata kunci: tepak, jaipong, mincid, campursari


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Hendy Yuliansyah

Angklung salah satu alat musik kebanggan Indonesia yang mempunyai nada, irama dan cara memainkan yang khas. Angklung, refleksi budaya dan jiwa yang memiliki makna yang dalam. Keunikan angklung pada karakter desain, cara memainkan dan fleksibelitas dengan karakter budaya dan musik modern, sebagai bukti kekuatan nilai tradisi yang kuat yang terwujud dengan komitmen yang kuat. Nilai kebendaan angklung melahirkan nilai non kebendaan, dan itu adalah spiritualitas. Dengan menggunakan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, dengan pendekatan antropologi, nilai spiritualitas itu ditemukan melalui kolaborasi antar pemain yang menggunakan hati dan jiwa mereka agar dapat bekerja sama secara optimal. maka spiritualitas dalam angklung tercipta melalui konsep berpikir keingintahuan dan rasional.Kata kunci: Angklung, Desain, Irama, Nada, Spiritualitas


Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Reiza D. Dienaputra ◽  
Agusmanon Yunaidi ◽  
Susi Yuliawati

Panggung ◽  
2021 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Teddy Marius Soikun ◽  
Ag. Asri Ag. Ibrahim

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor ‘daya tarik’ dalam desain karakter animasi lokal. ‘Daya tarik’ adalah salah satu dari 12 prinsip desain animasi dan sering dianggap ambigu. Untuk mencapai ‘daya tarik’, salah satu metode yang digunakan adalah Viewer’s Impression Words (VIW) yang merupakan modifikasi dari Kansei Words (KW). Metode ini menggabungkan teori formalistik dan semiotik visual untuk mencapai Viewer’s Impression Words (VIW), bagian penting dari Kansei Engineering. Hasil penelitian daripada ujikaji ini, dapat disimpulkan bahawa metod ini mampu untuk membantu peserta ujikaji memilih kata VIW yang sesuai seterusnya ke arah aktiviti selanjutnya iaitu proses prinsip longgar. Metode ini dilihat sebagai teknik baru untuk memperbaiki proses dalam memperoleh VIW atau Kansei Words untuk digunakan dalam latihan pengukuran untuk menemukan pengaruh (emosi) dalam memahami ‘daya tarik.’ Ini untuk mencapai prinsip longgar dalam desain karakter animasi lokal.Kata kunci: Kata Impressi Penonton, Desain Berasaskan Pengguna, Desain Karakter


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document