Mudra Jurnal Seni Budaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

287
(FIVE YEARS 148)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Institut Seni Indonesia Denpasar

2541-0407, 0854-3461

2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 280-289
Author(s):  
Tati Narawati ◽  
Rivaldi Indra Hapidzin ◽  
Ayo Sunaryo ◽  
Agus Budiman
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan nilai keteladanan social dalam pantun Pajajaran Bogor yang terdapat pada potensi adat dan budaya Sunda yang berada di kota Sukabumi dalam Upacara adat malam bakti Purnamasari. Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap sebuah Kabuyutan yang tetap menjaga dan melestarikan nilai religiusitas upacara adat masyarakat Sunda, berbeda dengan upacara adat lainnya upacara Purnamasari ini masih tetap menjaga fungsi ritual tanpa adanya pergeseran fungsi ke dalam hiburan ataupun pertunjukan upaya mengungkap sejumlah jawaban masalah penelitan digunakan pendekatan disiplin ilmu etnografi dan performance studies untuk mengkaji teks dan konteks yang terdapat dalam upacara adat malam bakti Purnamasari. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa upacara adat malam Purnasari yang dilaksanakan oleh masayarakat Sukabumi memiliki nilai-nilai keteladanan sosial. Hasil penelitian ini memberikan sebuah kesimpulan tentang nilai keteladan sosial dalam Pantun Pajajaran Bogor dijadikan pijakan pelaksanaan para pelaku dalam kegiatan upacara adat malam bakti Purnamasari yang diterapkan oleh sebagai invividu masyarakat sekitar dalam kehidupan sehari-hari.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 350-358
Author(s):  
Hendro Martono ◽  
Tamata Nona Armanda
Keyword(s):  

Merebaknya pandemi virus Covid-19 yang mematikan mengancam kehidupan manusia seluruh dunia, rakyat kecil yang bekerja informal menghadapi pilihan sulit harus memilih antara bekerja demi kelangsungan hidup atau terinfeksi virus. Penelitian ini menjadikan mahasiswa Tari yang menjadi obyek penelitian dan sumber garapan tari, ada yang berkerja menjadi penari untuk acara pariwisata dan company gathering maupun menari untuk kepentingan kraton Yogyakarta . Selama ada pandemi semua kegiatan pariwisata lumpuh total, mahasiswa tidak mendapat pemasukan uang bila harus mengikuti anjuran pemerintah work from home. Mahasiswa yang biasanya mendapat penadapatan untuk menopang kebutuhan sehari hari, juga mengalami episode hitam, kebingungan tidak bisa mengungkapkan hasratnya sebagai penari, kecuali di sosial media. Isu kemanusiaan dalam menghadapi pandemi, dalam Bahasa Jawa Ora Obah Ora Mamah artinya tidak bekerja maka tidak bisa makan, menjadi tema koreografi. Gagasan tersebut diekspresikan ke media tari kontemporer menggunakan metode Proses Kreatif Koreografi Lingkungan dan pendekatan Intersubyektif. Didukung tata artistik yang membatasi ruang gerak penari berupa trap kayu, yang menjadi simbol terkungkung di ruang yang sempit. Musik tari diunduh dari Youtube yang dipilih sesuai dengan konsep Tik Tok di media sosial untuk menguatkan nuansa dramatik serta ekspresi tari. Perancangan tari terwujud dalam 2 bentuk koreografi tunggal lengkap dengan pendukung tata cahaya dan artistik yang direkam video dan foto berdurasi sekitar 6 menit untuk masing masing koreografi. Menggunakan TKT 5 Validasi prototipe/produk/karya seni skala studio.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 316-325
Author(s):  
Oscar Gordon Wong ◽  
Imelda Ann Achin

2019 is a phenomenal year for the development of the Malaysian animated film industry as it has successfully produced two superheroes animated films in total. However, the animated film industry in Malaysia is still not competitive at the international level. This can be seen from the 17 animated films that have been produced from 1998 to 2019, only two superheroes animated films managed to get the attention of the audience. This is due to the lack of knowledge of the concept and function of the hero character in animated films. Therefore, the main objective of this paper aims to demonstrate how the Hero’s Journey narrative structure can be applied in BoBoiBoy Movie 2 (2019). This research method involves the use of video analysis tools namely Kinovea and Motion Picture Analysis Worksheet to explain on how the Hero’s Journey of this film conveys the storytelling. The results of this study found that each semicircle Hero’s narrative structure has an important meaning across from one half-circle to the other half-circle. As a result, it explains the concept of peace and chaos as well as stasis and changes in the narrative structure of superhero animated films. This paper will provide information to researchers on the importance and use of the Hero’s Journey approach to analyze superhero animated films.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 359-365
Author(s):  
Okhaifi Prasetyo ◽  
Dyah Kumalasari

Pembelajaran sejarah mengintegrasikan beberapa unsur nyata yang terdapat di lingkungan untuk mencapai sebuah tujuan. Unsur tersebut bisa didapatkan melalui sebuah kearifan lokal yang ada pada masyarakat. Tujuan penulisan ini yaitu mengetahui nilai-nilai yang ada dalam Tradisi Peusijuek sebagai pembelajaran sejarah berbasis kearifan lokal. Menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan teknik pengumpulan data kepustakaan, observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa Kearifan lokal merupakan gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakat. Hal ini selaras dengan masyarakat Aceh yang percaya, bahwa tradisi Peusijuek  merupakan hasil kearifan lokal yang diajarkan nenek moyang mengenai budaya dan agama yang harus dijalankan secara berdampingan dengan segala kebaikan yang ada di dalamnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang muncul pada tradisi Peusijeuk sebagai pembelajaran sejarah yaitu meliputi nilai toleransi, nilai religius, nilai sosial dan nilai kerjasama.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 326-333
Author(s):  
Surayah Hj Bungsu ◽  
Humin Jusilin
Keyword(s):  

Sabah memiliki lebih dari 35 etnis atau ras yang mendasari keragaman adat dan budaya, sehingga menciptakan keunikan dan kompleksitas identitas, budaya, filosofi dan pemikiran masing-masing etnis. Masyarakat Brunei dalam penelitian ini terkenal dengan kue tradisionalnya dalam berbagai rupa, bentuk dan rasa yang diwariskan secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap nilai budaya etnis Brunei dalam pembuatan kue tradisional yang mencerminkan identitas etnis Brunei. Pengetahuan dan keterampilan lokal dari aspek pembuatan kue tradisional etnis Brunei merupakan bagian dari filosofi dan pemikiran kreatif yang secara tidak langsung menjadi identitas dan identitas budaya yang perlu dikaji. Lokasi penelitian ini melibatkan dua desa etnis Brunei yaitu di Kampung Lubuk dan Kampung Weston yang terletak di distrik Beaufort, Sabah. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan pendekatan yang diperkenalkan oleh Edmund Burke Feldman (1967). Pendekatan ini menyarankan empat tingkat analisis yaitu: Tingkat Deskriptif, Analisis Formal, Interpretasi dan Evaluasi. Setiap elemen seperti teknik pembuatan, bahan dan tampilan kue tradisional akan dibahas sesuai dengan tingkat yang diusulkan untuk menjelaskan nilai adat dan budaya etnis Brunei di Distrik Beaufort. Studi lapangan kualitatif ini menggunakan data penelitian berupa wawancara, observasi dan keterlibatan partisipatif oleh peneliti. Informan dipilih berdasarkan keahlian dan pengalaman mereka dalam membuat kue tradisional serta pengetahuan mereka tentang adat istiadat dan upacara budaya etnis Brunei. Penelitian ini menemukan bahwa pembuatan kue tradisional etnis Brunei menampilkan nilai-nilai budaya yang menjadi identitas etnis Brunei yang perlu dilestarikan.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 290-300
Author(s):  
Tessa Eka Darmayanti ◽  
Azizi Bahauddin

Kajian ini membahas salah satu kesenian khas dari kawasan pantai utara Jawa Tengah yaitu Laesan. Keistimewaan Laesan terlihat ketika penari pria menari dalam keadaan tidak sadar karena roh bidadari masuk ke dalam tubuhnya. Setiap sesi pada pertunjukan kesenian Laesan yang masing-masing memiliki makna tersendiri yang secara tidak langsung membentuk ruang-ruang yang bersifat intangible. Makna dan ruang tersebut terlahir dari persepsi yang berasal dari berbagai interaksi dan dialog semua pemain, komponen pendukung dan penonton. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif dengan pendekatan konsep fenomenologi yang berkaitan dengan keterlibatan panca indera manusia, memori dan imajinasi. Data dikumpulkan melalui berbagai pengalaman penulis, observasi dan wawancara untuk melengkapi analisis. Kajian ini bertujuan untuk memberikan cara pandang yang berbeda dalam melihat sebuah pertunjukan kesenian tradisional Laesan sebagai ruang kebudayaan yang menghimpun nilai-nilai kehidupan. Selain itu untuk menjaga keberlangsungan Laesan sebagai salah satu identitas bangsa.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 309-315
Author(s):  
Azizah Ibrahim ◽  
Humin Jusilin

Kebudayaan adalah keseluruhan jalan hidup masyarakat atau segala aspek pemikiran dan perilaku manusia yang diwarisi dari satu generasi ke generasi lainnya melalui proses belajar. Gambaran tentang adaptasi unsur budaya dalam seni lukis tahun 1940-an hingga 2020. Kutipan akan dilakukan pada lukisan modern oleh pelukis sebagai kajian diskusi dengan menjelaskan gambaran bentuk fisiknya, menganalisis aspek formalistik dan menafsirkan kedua aspek tersebut. Terakhir, pembahasan kali ini akan melihat pengaruh unsur budaya terhadap keseluruhan lukisan Kedah modern. Beberapa seniman telah dipilih untuk menonjolkan lukisan bentuk budaya lokal ke dalam ruang seni saat ini. Ada empat unsur utama yang diekspresikan dalam pembentukan seni rupa, di antaranya terkait dengan konsep yang digunakan seniman seperti teknik, unsur formalistik, dan gagasan karya secara keseluruhan. Keseluruhan kajian terkait citra budaya negara Kedah berpedoman pada konsep nilai, pranata sosial, kebutuhan, dan lingkungan yang menjadi dasar hubungan dengan nilai budaya. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teori Erwin Panofsky (1939). Pendekatan ini mengusulkan tiga tingkatan analisis: Prekonografi, ikonografi, dan ikonologi. Data yang diperoleh melalui hasil penelitian lisan, dokumen dan analisis karya yang secara signifikan akan melengkapi hubungan penelitian.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 405-413
Author(s):  
Linggua Sanjaya Usop ◽  
Tari Budayanti Usop

Kegiatan yang menghasilkan nilai filosofi tinggi pada batik masih belum maksimal oleh masyarakat pembuatnya yakni para perajin batik. Fenomena minimnya pengetahuan tentang jenis, motif, dan pakem penggunaanya oleh pengusaha batik lokal dalam pembuatan batik benang bintik di sentra-sentra batik merupakan masalah yang harus dipecahkan dari berbagai latar belakang, di antaranya secara sosial dan budaya. Solusi dan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan konsep kearifan lokal yang diterapkan kembali oleh para perajin batik di kalimantan tengah. Rumusan masalah penelitian antara lain: 1) apa faktor yang menyebabkan minimnya pengetahuan tentang pembuatan dan fungsi batik tradisi di kalimantan tengah?, 2) apa peran kearifan lokal masyarakat Dayak di kalimantan tengah untuk melestarikan batik benang bintik?, dan 3) bagaimana cara penerapan kearifan lokal masyarakat Dayak di kalimantan tengah?. Metode etnografi dipergunakan dalam penelitian ini. Teori kebudayaan superorganik dari Melville J. Herkovits dipergunakan untuk menemukan korelasi antara peran kearifan lokal dengan pelestarian batik benang bintik. Teknik pengambilan data yakni wawancara mendalam pada para perajin batik di kalimantan tengah, tokoh, dan pakar batik sebagai data primer; serta studi pustaka referensif sebagai data sekunder. Pendekatan antropologis dipergunakan sebagai instrumen analisis berdasarkan realitas sosial dan budaya. Penelitian ini menemukan bahwa peran kearifan lokal masyarakat Dayak dalam mengembangkan dan melestarikan batik benang bintik di Kalimantan Tengah dapat berjalan efektif melalui dukungan pendidikan pranata sosial seperti keluarga dan universitas secara intensif.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 386-395
Author(s):  
I Ketut Garwa

Konsep Karya Musik  Kolosal Ngider Bhuwana Sebuah Transformasi Ritual Ngrebeg Kuningan Di Kota Bangli, terinspirasi dari sebuah prosesi ritual Ngrebeg Kuningan. Prosesi ritual ini dilaksanakan di catus pata bertujuan untuk menetralisir alam semesta baik vertikal (niskala /gaib) maupun horizontal (sekala/nyata). Ada tiga ide garapan yang diwujudkan dari penciptaan karya ini antara lain: 1) Bagaimana proses penciptaan Karya Musik Kolosal Ngider Bhuwana sebagai transformasi ritual ngrebeg di Kota Bangli? 2) Bagaimana wujud Karya Musik Kolosal Ngider Bhuwana sebagai sebuah transformasi ritual ngrebeg di Kota Bangli? 3) Pesan-pesan apa yang dapat disampaikan melalui ide-ide kreatif ke dalam Karya Musik Kolosal Ngider Bhuwana?. Adapun konsep-konsep dalam perwujudan karya ini antara lain: 1) Wujud karya diimplementasikan melalui media ungkap gamelan, musikalitas teks karya, dan tata penyajiannya dalam bentuk karya kolosal eksperimental, 2) Penciptaan karya ini melalui proses interpretasi, transformasi dan restrukturisasi dari nada-nada  pengider bhuwana khususnya Panca Dewata, nilai/neptu/urip arah mata angin: timur, selatan, barat, utara dan tengah dan Teologi Hindu Saguna Brahma. 3) Karya ini mempergunakan metodologi penciptaan seni Panca Sthiti Ngawe Sani yaitu lima tahapan penciptaan karya seni antara lain: tahap inspirasi/ngawirasa, eksplorasi/ngawacak, konsepsi/ngarencana, eksekusi /ngewangun dan produksi/ngebah.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 396-404
Author(s):  
Muhammad afaf Hasyimy ◽  
Robby Hidajat

Artikel ini bertujuan mengkaji implikasi tata kelola produksi gerabah di Desa Pagelaran di Malang Jawa Timur. Tata kelola yang dimaksud adalah konsep, sistem, dan hasil produksi gerabah yang dilakukan oleh perajin di Desa Pagelaran. Mengkaji tata kelola tersebut, sebab adanya kecenderungan produksi gerabah semakin terdesak oleh benda-benda buatan pabrik. Hal ini secara perlahan dirasakan oleh para perajin sebagai ancaman. Pada tahun 2020, perajin gerabah di Desa Pagelaran mulai mengawali meningkatkan kualitas produk, yaitu dengan adanya paguyuban yang dipimpin oleh Yatmono (57 th). Upaya paguyuban masih mengalami hambatan, karena kebiasaan konvensional perajin, yaitu menggantungkan pada tengkulak. Sehingga upaya inovasi seringkali mengalami hambatan. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif yang difokuskan pada tata kelola produksi gerabah. Data menggunakan metode wawancara, observasi dan kajian dokumen. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi data (sumber) melalui wawancara narasumber kunci, dan analisis data menggunakan teori fungsi dan tata kelola produksi. Hasil kajian menunjukan ada kecenderungan yang dapat diperhatikan dari aspek, (1) tata kelola konvensional dan progresif, (2) perlakukan kualitas untuk produksi bersifat kualitas dan kuantitas, dan (3) tata kelola gerabah yang berdampak ekonomi. Upaya menciptakan produk yang mempunyai dampak perluasan bisnis, sehingga penghargaan terhadap produk gerabah tidak lagi dihitung sebagai kuantitas, tapi barang selalu diposisikan dalam ukuran kualitas.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document