Diroyah Jurnal Studi Ilmu Hadis
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

47
(FIVE YEARS 14)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sunan Gunung Djati State Islamic University Of Bandung

2540-9069, 2540-9050

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 31-44
Author(s):  
Eko Zulfikar
Keyword(s):  

Tulisan ini mengungkap bagaimana tindakan preventif atas penyebaran Covid-19 berdasarkan hadis Nabi. metode yang digunakan adalah tematik. Sementara untuk memahami kandungan hadis yang berkaitan, tulisan ini secara spesifik mengkaji ma’āni al-ḥadīth dengan pendekatan interkontekstualitas. Hasil pembahasan secara tematik mengindikasikan bahwa, Islam memberi rambu-rambu tindakan preventif atas segala macam bencana atau penyakit, jauh sebelum Covid-19 muncul. Penjelasan hadis Nabi terkait tindakan preventif atas penyebaran Covid-19 antara lain; memberlakukan berdiam di rumah, social distancing (pembatasan sosial), memperbanyak sedekah, memelihara wudhu, menjaga imunitas tubuh serta memohon pertolongan kepada Allah Swt. Upaya-upaya ini merupakan ikhtiar yang harus dilakukan secara intensif dan kolektif oleh setiap warga, agar penyebaran Covid-19 segera terhentikan


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 58-68
Author(s):  
Wahyudin Darmalaksana

Syarah hadis pendekatan kontemporer telah berlangsung pesat di pendidikan tinggi Islam di Indonesia, namun panduan penelitian akademik belum ditemukan. Tujuan penelitian ini adalah membahas penelitian hadis metode syarah pendekatan kontemporer untuk panduan skripsi, tesis, dan disertasi. Metode penelitian ini menggunakan jenis kualitatif melalui studi pustaka dengan analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukan urgensi syarah hadis, signifikansi penyusunan proposal metode syarah hadis, pencarian model penelitian syarah hadis pendekatan kontemporer interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner, dan mendesaknya penyusunan panduan penelitian syarah hadis kontemporer untuk skripsi, tesis, dan disertasi.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 45-57
Author(s):  
Mila Melyani

Memahami sebuah hadis tidak harus terpaku dengan keilmuan yang tradisional, bisa juga menggunakan pendekatan keilmuan modern, seperti halnya hadis shahih mengenai kepemimpinan itu harus berada pada suku Quraish sangat problematis. Dalam satu sisi hadis shahih wajib diamalkan akan tetapi pihak lain hadis tersebut sangat sulit diterapkan dalam sistem pemerintahan zaman modern ini. diantara ulama yang berusaha memahami hadis kepemimpinan Quraish tersebut ialah Ibn Taimiyyah dan Ibnu Khaldūn , kedua tokoh tersebut merupakan ahli di bidang sosial politik yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda. Ibnu Taimiyyah dikenal juga sosok da’i yang tangguh serta memahami berbagai permasalahan pada masanya dengan ilmunya. arus pemikirannya terutama dalam berbagai permasalahan politik, kenegaraan dan pemerintahan, juga terkesan terjalin erat dengan konteks kebangsaan dan keagamaan.Ibnu Khaldūn memiliki keturunan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Wail Ibnu Hujr. Ibnu Khaldūn hidup dalam kondisi politik dan kesukuan yang rumit. Pada masa itu beliau berpindah-pindah antara Maroko, Andalusia dan Mesir adalah tempat beliau wafat. Ia merupakan sosok agung yang muncul ketika dunia Islam menjadi negaranegara kecil karena terpecah-belah. Ibnu Taimiyyah memahami makna hadis kepemimpinan Quraish dengan menggunakan metode Maṣlahah mursalah dan Ibnu Khaldūn menggunakan metode pendekatan Sosiologis.


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 21-30
Author(s):  
Sri H. Lestari ◽  
Atropal Asparina

This paper discusses the concept of science in hadith. In appropriation with the spirit of integration-interconnection, although it is not a very new issue appearing nowadays, the encounters between sciences and scriptural texts always invite such curiousity in hadith studies. One of the popular works dealing with sciences in hadith is “al-I`jāz al-‘Ilmī fī al-Sunnah al-Nabawiyyah,” written by an Egyptian geologist, Zaghlūl al-Najjār. This paper examines the topic using analytical-descriptive to the data gathered. This article focuses on answering the question on who, what, and how sciences dialogues with hadith in this book which must be influenced by his social and intellectual background. It also pervades scientific concepts and natural phenomena which is recorded in hadith. Therefore, this mini-research is written to perceive how the author explains Sunnah which presents along with his knowledge of natural sciences. Besides, this study also deals to uncover the implications of the author’s scientific approach to the status and validity of the hadith used in his work. This study shows that al-Najjār explains a hadith using the thematic method and directly includes the hadith text that is to be explained. He also supported his explanation with the Qur’anic verses. He explains the hadīth using various forms of scientific data using research reference sources from East and West.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Ihsan Humaedi

This article will discuss the hadith narratives of a person who is considered an expert bid'ah and Imam al-Bukha> ri> load it into the book al-S}ah}i>h}. Using the literature study, this article found that among the hereditary experts contained in S{ah{i>h} al-Bukha>ri is the one named 'Abd al-H{ami>d bin ‘Abd al-Rah}ma>n al-H{imma>ni> indicated includes the Murji'ah group and the scholars differing in their views on the status of the heresy experts, some of them claiming to reject the heresy of the heresy because the requirements of the hadith s}ah}i>h} are not fulfilled that is in the 'adl aspect. Some other scholars see that it can be accepted by bid'ah expert transmission with a condition; rawi do not include people who are considered to lie and transmission does not have a motive for heresy. Then this paper will discuss the transmitter named 'Abd al-H{ami>d bin 'Abd al-Rah}ma>n al-H{imma>ni and his transmission in the book al-S}ah}i>h} accordingly with the concept of assessment of heresy experts.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Dilan Imam Adilan
Keyword(s):  

Ilmu Hadis merupakan bagian dari studi Islam  memiliki kompleksitas persoalan tinggi. Tidak hanya berbicara tentang aspek aqidah, akhlaq, fiqih atau muamalah. Ilmu Hadis juga membahas tentang aspek lain diluar persoalan keislaman. Salah satunya persoalan gender dalam hal ini hadis, yang dinilai memiliki muatan “missoginisme”[1].Maka upaya para Ulama terutama generasi awal yaitu para sahabat mengoreksi dan melakukan kritik.Fokus permasalahan terletak pada kasus hadis sutrah (batas shalat), pada jalur periwayatan Abu Dzar Al Ghifari dan Abu Hurairah juga hadis bantahan dari Siti Aisyah RA. Pertama, hadis pada riwayat Abu Dzar dan Abu Hurairah menunjukan bahwa wanita merupakan bagian dari  penyebab yang membatalkan batas shalat selain dari anjing hitam, dan keledai. Kedua, hadis dari Urwah bin Zubair menjelaskan bantahan Aisyah dengan matan,“Apakah wanita itu sudah seperti binatang buruknya?”, kemudian ini disebut sebagai analisis Naqd al Mutun. Upaya kritik matan (naqd al Mutn) Aisyah RA terhadap beberapa riwayat ini. Menghasilkan beberapa kesimpulan; bahwa secara etik-moral tidak mungkin Rasulullah SAW menyatakan bahwa wanita setara dengan anjing, dan keledai. Dan secara tegas Aisyah melakukan kritik terhadap beberapa jalur periwayatan terkait “makna” dan urgensitas hadis tersebut        Lalu, para ulama juga memunculkan beberapa argumentasi terkait kasus hadis sutrah (missoginis) tersebut. Dengan analisa komparatif dan library research menggunakan kitab-kitab takhrij, dan syarah. Maka akan ditemukan bagaimana para ulama mencoba mengketengahi persoalan ini.        Kata kunci : Aisyah RA, Naqd al Mutn, Hadis Sutrah, Ulama Jumhur       [1]Misoginis sebagaimana diutarakan Nasarudin Umar dalam desertasi, “Argumen Kesetaraan Gender perspektif Al Qur’an” yaitu sebuah nilai/usaha yang berupaya mendeskritkan perempuan mengenai konsep gender dalam tata-nilai norma kehidupan.(Lihat, Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif Alquran Jakarta;Dian Rakyat).hlm.45. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document