Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

109
(FIVE YEARS 109)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Pusat Survei Geologi

2549-4759, 0853-9634

2021 ◽  
Vol 22 (4) ◽  
pp. 231
Author(s):  
Hidayat Hidayat ◽  
Marjiyono Marjiyono ◽  
Zulilmatul S Praromadani ◽  
Januar H.Setiawan ◽  
G.M. Lucki Junursyah ◽  
...  

A study using gravity methods in the Banyumas Basin, located in the southern part of Central Java, Indonesia had been conducted to generate a map for regional geological features in sub-volcanic basin related to petroleum system. This study used the first and second-order of Trend Surface Analysis (TSA) to separate gravity anomaly into regional and residual components. Matrix inversion is applied to obtain constants values for both the first and second-order of TSA. To interpret geological features related to oil and gas study, residual components are used for gravity anomaly. Residual anomaly is also compared for both first and second order of TSA with a regional geological map to validate the result. Residual anomaly from the second order of TSA showed a very comparable result to geological features, as shown in the regional geological map, compared to those of the first order of TSA. These results also showed a strong contrast of some important geological features such as the Gabon-Nusakambangan Formation outcrop, Karangbolong outcrop, and the eastern part of the south Serayu mountain arc. This study also displayed two potential subbasins i.e Citanduy and Majenang sub-Basin that might be a possible setting in which source rocks of the Banyumas Basin were deposited. From this study, it can be concluded that TSA showed a reliable result of separating gravity anomaly data set into regional and residual components.Keywords: Gravity anomaly, Banyumas Basin, petroleum system, trend surface analysis (TSA).


2021 ◽  
Vol 22 (4) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Asep Harja ◽  
Farham Rezqi Ma'arif M ◽  
Maryo Dwi Nanda ◽  
Davala Attirmizzy Duvanovsky ◽  
Zhilal Ikhwana Shafa

Gunung Malabar merupakan gunung tertinggi pada gugus pegunungan yang mengitari Cekungan Bandung Purba. Kawasan ini tersusun oleh berbagai pegunungan kecil, yaitu Gunung Haruman, Gunung Puntang dan dataran tinggi Pangalengan. Vegetasi di kawasan Gunung Malabar masih cukup lebat dan kawasan ini juga sering mengalami hujan dengan intensitas yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Gunung Malabar sebagai recharge area dan catchment area yang ideal dengan area cukup luas. Artikel ini mengulas hasil penelitian hidrologi menggunakan metode geofisika untuk mengkaji pengaruh kawasan Gunung Malabar terhadap sistem hidrologi Cekungan Bandung Purba. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Resistivitas-DC dan Very Low Frequency. Selain itu, pengukuran sifat fisik dan kimia air juga dilakukan untuk mendapatkan nilai kualitas baku mutu air permukaan berdasarkan parameter TDS, pH, dan EC. Pengukuran Resistivitas-DC dilakukan di dua wilayah yaitu di Lereng Utara Gunung Malabar, diperoleh rentang nilai resistivitas air tanah sekitar (1.4-70)Ωm, sedangkan di lereng barat Gunung Malabar, diperoleh rentang nilai resistivitas air tanah sekitar (20-150)Ωm. Kombinasi metode Resistivitas-DC dengan VLF di lereng barat Gunung Malabar menunjukkan bahwa recharge area dari sistem hidrologi di Gunung Malabar terbentuk pada zona lapisan dangkal (sekitar 15 m) dan menengah (sampai dengan 40 m). Selain itu, studi ini juga menunjukkan kualitas air tanah di kawasan Gunung Malabar. Hasil yang diperoleh dari pengukuran sifat fisik dan kimia air yaitu diperoleh rentang untuk parameter TDS dengan nilai (20-70) ppm, pH dengan rentang 6.20-8.48, dan EC dalam rentang (43-130)KataKunci : Cekungan Bandung, Gunung Malabar, Resistivitas-DC, Very Low Frequency, sifat fisik dan kimia air.


2021 ◽  
Vol 22 (4) ◽  
pp. 209
Author(s):  
A. Soehaimi ◽  
S.R Sinung Baskoro ◽  
Eko Soebowo ◽  
Ma'mur Ma'mur ◽  
Yayan Sopyan
Keyword(s):  

Kilang minyak Pertamina dan PLTU Indonesia Power milik pemerintah di Kota Cilacap berada di wilayah dengan percepatan tanah puncak (PGA) = 0,4-0,5 g, percepatan pseudo spectral  (PSA Ss)  = 0,9-1 g dan (PSA S1) = 0,4-0,5g pada situs batuan SB, 2% probabilitas dalam 50 tahun (SNI 1726:2019). Penilaian potensi bencana gempabumi di kota ini pada kelas situs SC memiliki nilai SDS= 0,67g dan SD1= 0,43 g, sedangkan SDS = 0,73g dan SD1= 0,50 g pada kelas situs SD. Sesuai dengan ketentuan SNI 1726:2019, struktur gedung dan non gedung katagori risiko I, II, III dan IV pada  kelas situs SC dan SD tersebut di atas berkatagori desain seismik D. Gaya geser desain seismik pada dasar silos tangki minyak adalah Qd = (0,24~ 0,34)*10496,4 x 103 =(2.309,21~2.519,14) x 103 (N). Potensi landaan tsunami dengan runup high berkisar antara 2,5-6 m. Bangunan gedung dan non gedung yang tidak sesuai dengan katagori desain seismik, dapat dilakukan penguatan atau retrofitting sesuai ketentuan. Untuk memperkecil gaya geser desain seismik pada dasar silos, dapat dilakukan dengan rekayasa keteknikan pada fondasi. Untuk meminimalisir bahaya tsunami dapat dibuat tembok penahan atau ditanam pemecah gelombang tsunami (sea wave tsunami breaker) di sekitar kilang minyak dan PLTU yang berhadapan langsung dengan laut. Jalur evakuasi tsunami berupa jalan lebar dengan arah selatan-utara dan bangunan bertingkat penyelamatan tsunami di sepanjang jalan di kota ini sebaiknya dibuat, khususnya di wilayah sekitar kilang minyak dan PLTU.Katakunci: Katagori risiko, katagori desain seismik, runup high, tsunami.


2021 ◽  
Vol 22 (4) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Arif Prabowo ◽  
Sam Permanadewi ◽  
Hanang Samodra

Batuan gunungapi (lava) di daerah Banyuwangi dan sekitarnya merupakan litologi penyusun Formasi Batuampar dan Merubetiri yang berumur Oligo-Miosen, serta terdapat pada batuan gunungapi Kuarter. Sebaran batuan gunungapi tua mendominasi daerah pantai selatan, sedangkan yang lebih muda (Kuarter) terdapat di bagian utara daerah penelitian. Hasil analisis geokimia 8 (delapan) sampel batuan gunungapi umumnya berjenis basal yang berasal dari seri magma toleit, bersifat metaluminous dan berasal dari kedalaman antara 52,26-169,41 km. Data dan informasi ilmiah analisis geokimia dapat digunakan untuk penelitian, pendidikan dan kegiatan geowisata berdasarkan pemahaman geologi yang lengkap.Katakunci: Banyuwangi, batuan gunungapi, geokimia, lavaKata kunci : Banyuwangi, Batuan Gunungapi, Lava, Geokimia 


2021 ◽  
Vol 22 (4) ◽  
pp. 189
Author(s):  
Mutiara Selvina ◽  
Aldian Fahrialam ◽  
Leonardo Anthony Wijaya ◽  
Aulia Rahmah Karunianti ◽  
I Wayan Wardana
Keyword(s):  

Zeolit adalah sekelompok mineral aluminosilikat yang memiliki beberapa jenis mineral sebagai anggotanya. Karakteristik khusus zeolit membuat mineral ini memiliki kemampuan adsorpsi dan presipitasi permukaan yang dapat digunakan untuk membuat deterjen ramah lingkungan. Zeolit dapat berperan dalam mengganti senyawa fosfat yang biasanya digunakan sebagai agen buffer pada deterjen. Karakteristik zeolit di Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta ditentukan oleh beberapa analisis, termasuk analisis X-Ray Difraksi (XRD) X-Ray Fluoresensi (XRF), dan kapasitas pertukaran kation (CEC). Hasil identifikasinya termasuk mineral zeolit yang menyusun sampel, yaitu klinoptilolit dan mordenit; senyawa oksida utama adalah SiO2 dan Al2O3; dan memiliki kapasitas pertukaran kation yang bervariasi antara 26,50 cmol(+)/kg hingga 50,17 cmol(+)/kg. Deterjen yang dibuat dengan campuran zeolit kemudian dianalisis kualitas dan tingkat ramah lingkungannya dengan uji toksisitas, organoleptik, dan stabilitas busa. Hasil pengujian menemukan bahwa semakin tinggi konsentrasi zeolit dalam deterjen, kelangsungan hidup ikan meningkat sebesar 297,29 %. Penambahan zeolit juga mempengaruhi stabilitas busa deterjen dan bentuk fisik deterjen yang dihasilkan. Dengan demikian, dengan penambahan zeolit, deterjen yang dihasilkan menjadi lebih ramah lingkungan dan memiliki kualitas pembersihan yang lebih baik.Katakunci: Builder agent, deterjen, Gedangsari, zeolit.


2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 177
Author(s):  
Abdul Fauzan Fathan Al-Hakim ◽  
Yan Rizal

Daerah Majalengka merupakan satu daerah di Jawa Barat yang sangat menarik untuk dilakukan kajian geologi baik yang berkaitan dengan sedimentologi, tektonik maupun paleontologi. Salah satu objek yang menarik untuk dikaji ulang adalah Formasi Citalang, dimana uraian tentang formasi ini masih banyak terdapat perbedaan tentang satuan batuan penyusunnya, umur dan lingkungan pengendapannya. Disini kajian tentang formasi Citalang ditinjau dari sedimentologinya.Formasi Citalang di daerah penelitian Desa Sidamukti, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat tersusun atas 6 satuan batuan, yaitu: perselingan batupasir dan konglomerat sisipan tuf, perselingan batupasir dan batulempung, perselingan batupasir dan konglomerat, batupasir sisipan batulanau, perselingan batupasir dan konglomerat dengan sisipan batulanau, serta perselingan batupasir dan batulanau. Dari pengukuran penampang stratigrafi lintasan terpilih didapatkan 10 litofasies yang secara keseluruhan dijumpai dalam masing-masing satuan batuan, berupa: Fine Mud  (Fm), Fine Silt Mud (Fsm), Massive Sandstone (Sm), Horizontal Sandstone (Sh), Low Angle Cross Lamination Sandstone (Sl), Ripple Cross Lamination Sandstone (Sr), Trough Cross Bed Sandstone (St), Gravel Matrix Supported Graded Bedding (Gmg), Gravel Clast Supported Graded Bedding (Gcg), Gravel Clast Supported Massive (Gcm). Elemen arsitektural yang terbentuk pada sistem pengendapan Formasi Citalang adalah  Gravel Bar and Bedforms (GB), Sandy Bedform (SB), dan Sediment Gravity Flow (SG), yang diinterpretasikan terjadi pada lingkungan pengendapan fluvial berupa sungai teranyam.Katakunci: Formasi Citalang, elemen arsitektur, fluvial, litofasies, sungai teranyam.


2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 165
Author(s):  
M Ervan ◽  
Subagio Subagio

Potensi geologi daerah Banten dan sekitarnya dianalisis berdasarkan interpretasi anomali gayaberat, baik potensi positif (sumberdaya mineral) maupun potensi negatif (kebencanaan geologi). Data anomali gayaberat yang digunakan untuk analisis potensi tersebut berupa anomali Bouguer dan anomali sisa. Kedua pola anomali ini di beberapa lokasi mempunyai hubungan langsung yang dapat dianalisis keterikatannya, sehingga memberikan pemahaman tentang hubungan struktur geologinya. Beberapa contoh, seperti Cekungan Jakarta dan Cekungan Ujung Kulon (merupakan bagian dari potensi geologi yang positif) dapat dianalisis dari kedua anomali di atas. Contoh lainnya adalah struktur geologi sesar geser (merupakan bagian dari potensi geologi negatif) berarah hampir baratlaut-tenggara. Sesar ini dapat diamati dari pola anomali Bouguer dan pola anomali sisa. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa struktur geologi yang membentuk fenomena tersebut merupakan struktur dalam yang menerus hingga ke permukaanKatakunci: Anomali gayaberat, Cekungan Jakarta, Cekungan Ujung Kulon,  potensi negatif, potensi positif,   sesar geser.


2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 153
Author(s):  
Eko Bayu Purwasatriya ◽  
Akhmad Khahllil Gibran ◽  
Maulana Rizki Aditama ◽  
Gentur Waluyu

Formasi Halang merupakan formasi yang dikenal dengan struktur turbidit dan diendapkan pada lingkungan laut dalam. Penelitian tentang reservoir Formasi Halang telah ditulis oleh beberapa penulis sebelumnya menyebutkan bahwa porositas batupasir Formasi Halang cukup baik namun diragukan permeabilitasnya, sehingga permasalahan utama reservoir batupasir Formasi Halang di Cekungan Banyumas adalah permeabilitasnya. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengukuran penampang stratigrafi di lapangan, analisis dan interpretasi data laboratorium berupa data porositas, permeabilitas dan densitas, yang diintegrasikan dengan data sekunder hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasies proksimal dan medial Formasi Halang mempunyai potensi sebagai reservoir dan adanya rejim tektonik kompresi pada umur Plio-Plistosen membentuk kekar-kekar pada batupasir sehingga menambah permeabilitasnya. Data sidewall core sumur Karang Gedang-1 juga menunjukkan masih adanya permeabilitas yang bagus pada batupasir Formasi Halang di bawah permukaan. Data XRMI juga menunjukkan adanya rekahan terbuka sebagian pada kedalaman sekitar 13.000 – 14.000 kaki di bawah permukaan, sehingga kesimpulannya batupasir turbidit Formasi Halang mempunyai potensi sebagai reservoir hidrokarbon di Cekungan Banyumas.Katakunci: Batupasir, Cekungan Banyumas, Formasi Halang, Reservoir.


2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Imam Setiadi ◽  
Noorcahyo D. Aryanto ◽  
Nazar Nurdin
Keyword(s):  

Kepulauan Riau merupakan bagian dari jalur granit utama pembawa mineral dan timah, cebakan atau pengkayaan mineral diperkirakan terakumulasi sebagai endapan plaser Kuarter yang menempati lembah purba. Studi mengenai penyebaran batuan granit dan sedimen berdasarkan analisis data gayaberat di daerah ini belum pernah dilakukan. Pada eksplorasi sumberdaya mineral khususnya timah dan unsur tanah jarang, informasi mengenai keberadaan batuan granit penting dilakukan untuk mengetahui batuan sumber mineral tersebut. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola penyebaran batuan granit dan batuan sedimen yang terdapat pada daerah Pulau Bintan dan sekitarnya. Metode yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan analisis data gayaberat menggunakan analisis spektral dan bandpass filter, serta pemodelan 3D inversi. Hasil analisis spektral menunjukkan ketebalan batuan sedimen rata-rata diperkirakan sebesar 1,25 km, sedangkan hasil aplikasi bandpass filter menggunakan panjang gelombang cutoff dengan batas bawah 10.000 m dan batas atas 30.000 m digunakan untuk menentukan anomali regional dan residual. Hasil analisis kualitatif memperlihatkan bahwa batuan sedimen menempati bagian baratlaut, tenggara dan baratdaya daerah penelitian, sedangkan pola penyebaran batuan granit mempunyai arah relatif baratlaut-tenggara dan utara-selatan sesuai dengan penyebaran kecenderungan regional jalur granit. Hasil pemodelan inversi 3D gayaberat menunjukkan bahwa batuan granit mempunyai nilai rapat massa rata-rata sebesar 2,65 gr/cc dan batuan sedimen mempunyai nilai rapat massa sekitar 2,4 gr/cc. Batuan granit yang muncul berdasarkan model merupakan batolit dan pada bagian atas mengalami pelapukan, batuan granit yang tererosi selanjutnya terdendapkan yang mengisi lembah-lembah sebagai batuan sedimen yang kemungkinan membawa mineral-mineral ekonomis di daerah penelitianKatakunci:  Batuan granit dan sedimen, gayaberat, bandpass filter, pemodelan 3D, Pulau Bintan, Riau.


2021 ◽  
Vol 22 (3) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Muhammad Luthfi Faturrakhman ◽  
Jamal Jamal ◽  
Sigit Maryanto ◽  
Nela P. Rattyananda

Pengkajian aspek lingkungan pengendapan terhadap batuan sedimen klastika penyusun Formasi Tanjung di Gunungbatu menarik karena batuan tersingkap baik di lokasi ini. Batuan ini tersingkap di tebing dan selokan jalan, perlapisan batuan miring sedang hingga curam ke arah barat-baratlaut, tebal lapisan terukur mencapai 160 m. Batuan yang dijumpai di lintasan ini secara umum berupa batupasir yang berselingan dengan batulempung, dan sisipan batubara. Batuan pada awalnya merupakan hasil endapan sungai, khususnya wilayah limpasan. Lingkungan pengendapan berkembang menjadi wilayah limpah banjir, khususnya di cekungan banjir yang sering terganggu akibat banjir. Selanjutnya, lingkungan pengendapan batuan lebih menuju ke laut, meskipun masih berada di lingkungan fluvial hingga daerah rawa pada dataran delta, dengan pengaruh laut. Batuan sumber formasi ini terangkut dan terendapkan di cekungan pengendapan di bagian timur-tenggara.Katakunci: Formasi Tanjung, klastika, limpah banjir, rawa, sedimentologi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document