Gunung Malabar merupakan gunung tertinggi pada gugus pegunungan yang mengitari Cekungan Bandung Purba. Kawasan ini tersusun oleh berbagai pegunungan kecil, yaitu Gunung Haruman, Gunung Puntang dan dataran tinggi Pangalengan. Vegetasi di kawasan Gunung Malabar masih cukup lebat dan kawasan ini juga sering mengalami hujan dengan intensitas yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Gunung Malabar sebagai recharge area dan catchment area yang ideal dengan area cukup luas. Artikel ini mengulas hasil penelitian hidrologi menggunakan metode geofisika untuk mengkaji pengaruh kawasan Gunung Malabar terhadap sistem hidrologi Cekungan Bandung Purba. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Resistivitas-DC dan Very Low Frequency. Selain itu, pengukuran sifat fisik dan kimia air juga dilakukan untuk mendapatkan nilai kualitas baku mutu air permukaan berdasarkan parameter TDS, pH, dan EC. Pengukuran Resistivitas-DC dilakukan di dua wilayah yaitu di Lereng Utara Gunung Malabar, diperoleh rentang nilai resistivitas air tanah sekitar (1.4-70)Ωm, sedangkan di lereng barat Gunung Malabar, diperoleh rentang nilai resistivitas air tanah sekitar (20-150)Ωm. Kombinasi metode Resistivitas-DC dengan VLF di lereng barat Gunung Malabar menunjukkan bahwa recharge area dari sistem hidrologi di Gunung Malabar terbentuk pada zona lapisan dangkal (sekitar 15 m) dan menengah (sampai dengan 40 m). Selain itu, studi ini juga menunjukkan kualitas air tanah di kawasan Gunung Malabar. Hasil yang diperoleh dari pengukuran sifat fisik dan kimia air yaitu diperoleh rentang untuk parameter TDS dengan nilai (20-70) ppm, pH dengan rentang 6.20-8.48, dan EC dalam rentang (43-130)KataKunci : Cekungan Bandung, Gunung Malabar, Resistivitas-DC, Very Low Frequency, sifat fisik dan kimia air.