ISLAMIKA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

39
(FIVE YEARS 39)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

2686-5653, 1858-0386

ISLAMIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Aulanni'am Ni'am

Pengembangan pemaknaan terhadap Al-Qur’an sangat penting bagi perkembangan khazanah keilmuan Al-Qur’an dan tafsir dalam dunia Islam. Perlu diketahui bahwa pengembangan makna bukan berarti menghapus makna awal sebuah ayat atau kata dalam al-Qur’an. Akan tetapi pengembangan ini merupakan upaya melengkapi literasi di bidang Al-Qur’an dan Tafsir. Tulisan ini akan menjabarkan pengembangan makna tafassahu fi al-majalis yang tertuang dalam Q.S. Al-Mujadilah (58): 11 dengan menggunakan pendekatan ma’na cum maghza yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin. Sesuai dengan misi dari munculnya pendekatan tersebut, tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan penafsiran al-Qur’an di dunia Islam, di Indonesia khususnya.


ISLAMIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Nana Meily Nurdiansyah ◽  
Hudriyah Hudriyah ◽  
Robi’atul Hadawiyah

artikel ini berfokus pada konsepsi empirisme dari beberapa tokoh yang menyatakan bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman (inderawi/pengamatan). Menurut Robinson Dave dalam buku Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer bahwa empirisisme menyatakan baik geometri maupun logika takkan memberi tahu Anda sesuatu mengenai dunia nyata. Tidak ada cara ajaib untuk melampaui batas apa yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, cium, dan sentuh. Jadi menurut pandangan kaum empiris, akal tidak bisa memberi kita pengetahuan tentang realitas tanpa adanya pengalaman inderawi. Adapun kajian dari teori ini adalah tentang kisah nabi Musa di mana nabi Khidir memberikan beberapa pengetahuan untuk diamati sebagai pengalaman yang dialami oleh anak Imran ini.


ISLAMIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Suhaeni Suhaeni

Tasamuh (toleransi) adalah sikap saling menghormati, menghargai dan terbuka atas setiap perbedaan dan bersikap menerima terhadap perbedaan tersebut, baik perbedaan agama,  suku, ras, golongan dan lain-lain. Dalam ajaran Islam toleransi merupakan perbuatan akhlak terpuji (Akhlak al karimah). Kejayaan seseorang, masyarakat atau bangsa ditentukan oleh keluhuran akhlaknya. Dengan demikian Islam sangat menekankan ajaran pokoknya pada pembentukan kepribadian akhlak mulia dan salah satu bagian pentingnya adalah sikap toleran dan terbuka terhadap berbagai perbedaan dalam realitas sosial dihadapannya. Al Qur’an secara tegas memberikan penekanan bahwa keragaman atau perbedaan merupakan sesuatu yang given (sunnatullah). Oleh sebab itu secara fitrah manusia harus menerima keragaman tersebut sebagai sebuah realitas. Dalam Islam menghargai dan menghormati keragamana tidak saja merupakan masalah Ibadan yang bersifat mua’amalah, namun juga bagian dari akhlak mulia. Pembentukan akhlak mulia merupakan bagian penting dari bangunan masyarkat Islam dimana Rasulullah SAW menjadi contoh tauladan paling baik sebagaimana Al Qur’an menyebutnya sebagai “Ithe Living Qur’an” (kaana khuluquhu al Qur’an) atau Rasulullah SAW adalah Al Qur’an berjalan. Dan Rasulullah mengatakan bahwa “sesungguhnya aku di utus ke dunia hanya untuk menyempurnakan akhlak”.


ISLAMIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
Author(s):  
Septian Arief Budiman
Keyword(s):  

Pandemi COVID 19 telah banyak merubah sistem kehidupan manusia dari berbagai aspek termasuk aspek pendidikan dan sosial, sebagai organisasi terkecil di lingkungan sosial keluarga memiliki peran penting dalam aspek pendidikan mitigasi pandemi COVID 19 dan saling menguatkan dalam menghadapi pandemi, hal yang terjadi berbanding terbalik dengan teori kasus perceraian dan kehancuran keluarga meningkat pada setiap kota dan kabupaten di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teori para tokoh dan praktek lapangan lalu dihubungkan dengan pandangan Al-Quran dan Hadits dalam mengatasi fenomena tersebut, juga untuk mencari dalil naqli tentang peran keluarga dalam pendidikan mitigasi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua metode yaitu metode penelitian dengan pendekatan kualitatif pustaka (book Research) dan metodologi tafsir dengan menggunakan metode maudhu`i dengan mencari penjelasan Al-Quran dalam menjawab setiap tema yang dituju.Adapun hasil dari penelitian ini ialah penjelasan secara terperinci Al-Quran dan Hadits tentang peran keluarga dan pendidikan mitigasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat muslim sebagai panduan kehidupan di masa pandemi COVID 19.


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Ade Jamarudin ◽  
Ofa Ch Pudin

Ijarah is a contract on the transfer of goods or services with rewards instead. Ijarah based transactions with the displacement benefit (rights to), not transfer of ownership (property rights), there ijara financing translates as buying and selling services (wages hired), that take advantage of human power, there is also a translate lease, which take advantage of goods. Application ijarah growing financial institutions in the current Shari'ah is happening on the leasing company (financial institution based on Islamic teachings, as well as Islamic banking is one of the products in Islamic finance. Application ijarah emerging financial institutions shari'ah 'ah at the moment that is happening on the leasing company (financial institution based on Islamic teachings, as well as Islamic banking is one of the Islamic financing products). This research is a library research (library research) and field research (field research), and is descriptive, analytic and comparative. Data sources used in this study are sourced from primary and secondary data. Ijarah transactions are based on the transfer of benefits (use rights), not the transfer of ownership (ownership rights), some translate ijarah financing as the sale and purchase of services (wage wages), i.e., taking the benefits of human labor


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 38-46
Author(s):  
Ahmad Haromaini

Tafsir merupakan produk teks dari sumber teks al-Qur’an. Kehadiran tafsir sangat dibutuhkan dalam menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Namun apakah penafsiran yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan kaidah penafsiran? Lalu apakah setiap ulama tafsir menuliskan kaidah penafsiran sebelum menafsirkan al-Qur’an di kitab tafsirnya? Ulama kontemporer seperti Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi sebelum memulai penafsiran al-Qur’an, terlebih dulu menjelaskan beberapa kaidah penafsiran  yang harus dipenuhi bagi mereka yang ingin menafsirkan al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mengolah data dari kitab Tafsir Mahasin al-Ta’wil karya Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi sebagai data primer dan kitab-kitab tafsir lain sebagai data sekunder. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kaidah penafsiran oleh Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi dibagi menjadi qawa’id fi makhaidz tafsir dan kaidah memilih tafsir yang shahih dan yang paling shahih. Kaidah yang pertama Al-Qasimi didasari dari kaidah-kaidah penafsiran yang ditulis Jalal al-Din al-Suyuti dalam kitab al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 12-28
Author(s):  
Abdul Basyit

Lembaga pendidikan bentuk organisasi tersusun relatif tetap terdiri atas pola-pola tingkah laku, peranan-peranan dan relasi-relasi terarah dalam mengikat individu yang mempunyai otoritas formal dan sangsi hukum, dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Terdapat empat lembaga pendidikan yang digunakan Rasulullah SAW dalam mengajarkan al-Qur’an dan As-sunah, yaitu: Dar al-Arqam, kuttab, Suffah dan masjid. Pendidikan Islam di Indonesia pada mulanya dilaksanakan secara informal, melalui kontak-kontak pribadi antara mubaligh dengan masyarakat sekitar, dalam proses perdagangan. Lembaga pendidikan Islam formal di Indonesia saat ini; (1) Pondok pesantren, (2) madrasah, (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah), serta (3) Perguruan Tinggi. Lembaga pendidikan Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangasa dan bernegara. Kultur pendidian yang berkualitas akan mengahasilkan SDM yang berkualitas sehingga memiliki daya saing yang tinggi


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Ahmad Haromaini

AbstrakSebagai makhluq pengganti (khalifah) manusia dihadirkan membawa tugas yang memiliki kedudukan yang sangat mulia. Tugas tersebut sebenarnya pernah ditawarkan kepada beberapa makhluq walau pada akhirnya terdapat penolakkan mengingat beban tugas yang akan diterima dirasa begitu berat dengan konsekuensi yang sangat besar. Manusia dengan segala kekurangannya menerima titah Tuhan tersebut. Namun demikian pada tataran aplikasinya ada beberapa manusia yang ternyata kemudian menjadi penganut hingga pembangkang bahkan memiliki sikap yang hipokrit yang dinilai oleh agama sebagai wujud yang sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Tulisan ini berusaha mengeksplorasi lebih tematik kepada tiga tipologi manusia dalam hubungannya kepada Tuhan. Di antara mereka ada yang beriman, mengingkari (kafir) da nada pula yang munafik.


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Muhamad Mas'ud

AbstrakHukum Islam merupakan fenomena yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan yang terjadi dalam dinamika masyarakat, khususnya masyarakat Islam. Hukum Islam yang kita ketahui dewasa ini merupakan hasil suatu proses perkembangan yang terus menerus selama tersiarnya Islam dalam masa puluhan abad yang silam. Dalam perkembangannya hukum Islam berhadapan dengan dinamika social budaya manusia yang terus bergerak, dan itu menuntut terhadap pembahruan konsep dan formulasi hukum Islam, untuk merespon dinamika social budaya itulah diperlukakan pemaknaan yang lebih baik terhadap Maqâshid al-Syarî’ah. Pada dasarnya seluruh aturan hukum Islam bertujuan untuk kemaslahatan manusia, yaitu pemeliharaan Agama, Jiwa, Keturunan, Harta, dan akal serta pemeliharaan terhadap lingkungan. Selaras dengan perkembangan zaman maka konsep Maqâshid al-Syarî’ah perlu diperluas dengan pemeliharaan lingkungan dan pemeliharaan persatuan, karena dua konsep itu sangat penting bagi kehidupan manusia dalam skala makro. Maka dengan demikian syariat tidaklah dikatakan syariat jika tidak memiliki tujuan dari implementasinya, yang hadir sebagai respon solutif terhadap problematika aktual zaman.


ISLAMIKA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
Author(s):  
Faiz Fikri Al Fahmi

Masyarakat Betawi Batu ceper Kota Tangerang memiliki perbedaan dan keunikan dalam menghormati para habib dan kiai, Dimana status habib bagi seseorang dipandangnya mulia, melebihi kemuliaan seorang kiai yang tidak berstatus habib. Masyarakat Betawi Batu Ceper seakan-akan menilai bahwa habib lebih tinggi dari seorang ustadz walau secara keilmuan lebih matang seorang kiai dari pada habib. Tujuan penelitian ini adalah, (1) mengetahui sejarah habib di Betawi, (2) mengetahui peran habib dalam penyebaran Islam di Betawi, (3) mengetahui pola kehidupan beragama masyarakat Betawi, (4) mengetahui pandangan, sikap dan kecenderungan orang Betawi terhadap habaib, dan (5) mengetahui apa penyebab ketokohan habib di kalangan masyarakat Betawi. Penelitian ini menggunakan data-data atau sumber-sumber yang ada hubungannya dengan penelitian tesis ini, data tersebut antara lain meliputi: observasi partisifatif, yaitu dengan mengunjungi tempat penelitian dan sekaligus mengikuti atau berpartisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan majelis taklim yang diselenggarakan untuk mengamati fenomena habaib dalam pandangan masyarakat Betawi. Dan juga sumber lisan dengan cara wawancara dengan tokoh, ulama, dan masyarakat setempat dan selanjutnya menggunakan sumber tertulis melalui dokumen pribadi dan juga buku-buku yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu orang Arab di Betawi awalnya bertujuan untuk mencari kemakmuran dengan cara berdagang. Selanjutnya mereka menyebarkan Islam di kalangan masyarakat Betawi. Peran habaib sangat besar pengaruhnya dalam proses Islamisasi di Betawi. Masyarakat Betawi sangat kental akan ajaran Islamnya, mereka umumnya mencintai dan menaru sikap penghormatan yang tinggi terhadap para tokoh agama. mereka mempunyai nilai penghargaan yang tinggi kepada ulama karena kapasitas keilmuannya sangat mumpuni. terlebih ulama yang hadir dari kalangan habib. Karena dianggapnya sebagai tali keturunan yang murni dari sang pembawa ajaran Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document