The Diurnal and Nocturnal Aspects of Urban Heat Island During the four Seasons—Case of Casablanca

Author(s):  
L. El Ghazouani ◽  
M. Mansour ◽  
A. Lachir ◽  
M. Faouzi Smiej ◽  
N. Laaroussi
Author(s):  
Zhaoyang Li ◽  
Miaomiao Xie ◽  
Huihui Wang ◽  
Bin Chen ◽  
Rongrong Wu ◽  
...  

Air pollution and the urban heat island (UHI) effect are two serious problems in many cities and have become increasingly serious with accelerated urbanization. The relationship between fine particulate matter (PM2.5) and the UHI effect has become a research topic of major interest to help avoid the vicious cycle of the UHI effect and air pollution, but recent studies still focus on correlation analysis, lacking attention to the spatiotemporal heterogeneity of their relationship. Combining remote sensing and in situ data, this study analyzed the spatiotemporal heterogeneity of the interaction between the UHI effect and PM2.5 in Beijing over four seasons by using a coupling coordination degree model, and the characteristics of spatiotemporal heterogeneity were analyzed from both biophysical and socioeconomic aspects. The modified normalized difference water index (MNDWI) and normalized difference vegetation index (NDVI) were selected as the indices from a biophysical perspective. Urban functional areas derived from points of interest (POIs) were used to represent the area’s socioeconomic background. The results showed that the relationship between PM2.5 and the UHI effect has spatiotemporal heterogeneity. The areas exhibiting high degrees of coupling coordination were most widely distributed in spring, and the highest degree of coupling coordination appeared in summer. The four seasons of high coupling coordination areas occurred over four seasons, covering more than 58.3% of Beijing’s area, mainly concentrated in business-related functional areas. Areas where the positive interaction between the UHI effect and air pollution was weak tended to have a higher proportion of vegetation. The results of this work are of theoretical and management value for mitigating the threat of rapid urbanization to human health.


2020 ◽  
Vol 29 (3) ◽  
pp. 355-365
Author(s):  
Salwa Naif ◽  
Monim Al-Jiboor ◽  
Najlaa Hadi

Based on daily minimum and maximum air temperature observations for three years: 2008, 2013 and 2019, measured by automatic weather stations located at two sites of Baghdad city were used to compute nocturnal and daytime urban heat island (UHI). First station fixed in campus of the Mustansiriyah University is considered as urban area, and another station followed to Iraqi meteorological organization installed at the International Baghdad Airport was chosen as the rural site. Daily, seasonal and annual averages of nocturnal and daytime UHIs were presented to study the variability and trends. The results show the evolution of a nocturnal UHI, whose high mean values were recorded in four seasons with largest value found in summer of 2019. Annual trend in nocturnal UHI intensities was found to be larger than that of daytime. Thus, this study propose that maintenance and increase urban parks and planting shading tall trees to mitigate UHI intensity in Baghdad city.


2020 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Dewi Miska Indrawati ◽  
Suharyadi Suharyadi ◽  
Prima Widayani

Kota Mataram adalahpusat dan ibukota dari provinsi Nusa Tenggara Barat yang tentunya menjadi pusat semua aktivitas masyarakat disekitar daerah tersebut sehingga menyebabkan peningkatan urbanisasi. Semakin meningkatnya peningkatan urbanisasi yan terjadi di perkotaan akan menyebabkan perubahan penutup lahan, dari awalnya daerah bervegetasi berubah menjadi lahan terbangun. Oleh karena itu, akan memicu peningkatan suhu dan menyebabkan adanya fenomena UHI dikota Mataram.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan kerapatan vegetasi dengan kondisi suhu permukaan yang ada diwilayah penelitian dan memetakan fenomena UHI di Kota Mataram. Citra Landsat 8 OLI tahun 2018 yang digunakan terlebih dahulu dikoreksi radiometrik dan geometrik. Metode untuk memperoleh data kerapatan vegetasi menggunakan transformasi NDVI, LST menggunakan metode Split Window Algorithm (SWA) dan identifikasi fenomena urban heat island. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan kerapatan vegetasi mempunyai korelasi dengan nilai LST. Hasil korelasi dari analisis pearson yang didapatkan antara kerapatan vegetasi terhadap suhu permukaan menghasilkan nilai -0,744. Fenomena UHIterjadi di pusat Kota Mataram dapat dilihat dengan adanya nilai UHI yaitu 0-100C. Semakin besar nilai UHI, semakin tinggi perbedaan LSTnya.


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 641
Author(s):  
Nafisatul Baroroh ◽  
Pangi Pangi

Secara fisik, perkembangan perkotaan dapat terlihat dari perubahan penduduknya yang semakin bertambah dan semakin padat. Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 2000 yaitu sebesar 490.214 jiwa dan meningkat ±23.957 jiwa di tahun 2016. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan demi menunjang aktifitas penduduk yang seringkali mengakibatkan benturan kepentingan sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Hal itu disebabkan oleh semakin terdesaknya alokasi lahan untuk vegetasi. Perubahan lahan vegetasi yang tergantikan oleh jalan, bangunan dan struktur lain akan lebih banyak menyerap panas matahari dan memantulkannya, sehingga menyebabkan suhu permukaan di kota naik. Akibatnya semakin banyak titik-titik panas yang terbentuk sehingga menyebabkan perubahan unsur-unsur cuaca dan iklim sebagai pemicu terjadinya Urban Heat Island (UHI). Sesuai dengan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan penutup lahan dan kerapatan vegetasi terhadap Urban Heat Island di Kota Surakarta. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan pengolahan data spasial. Berdasarkan hasil dari analisis menunjukkan bahwa jenis penutup lahan yang mendominasi adalah permukiman dan lahan terbangun, serta kelas kerapatan vegetasi didominasi oleh vegetasi jarang. Kemudian untuk distribusi suhu permukaan di Kota Surakarta secara keseluruhan tahun 1994, 2000 dan 2017 nilainya berubah, dimana rentang suhunya berkisar antara 21 C – 24 C (terendah) sampai dengan 34 C – 37 C (tertinggi). Perubahan suhu yang terjadi inilah mengindikasikan terjadinya fenomena Urban Heat Island di Kota Surakarta. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disumpulkan bahwa terdapat perubahan jenis penutup lahan dan juga kelas kerapatan vegetasi yang terjadi terhadap Urban Heat Island di Kota Surakarta.


2017 ◽  
Vol 16 (9) ◽  
pp. 2097-2111 ◽  
Author(s):  
Mohanadoss Ponraj ◽  
Yee Yong Lee ◽  
Mohd Fadhil Md Din ◽  
Zainura Zainon Noor ◽  
Kenzo Iwao ◽  
...  

Author(s):  
Yukun WANG ◽  
Akiko NISHIMURA ◽  
Yuji SUGIHARA ◽  
Guoyun ZHOU ◽  
Yukiko HISADA ◽  
...  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document