Identification of Suitable Hydrologic Response Unit Thresholds for Soil and Water Assessment Tool Streamflow Modelling

2021 ◽  
Vol 31 (4) ◽  
pp. 696-710
Author(s):  
Liupeng Jiang ◽  
Jinghai Zhu ◽  
Wei Chen ◽  
Yuanman Hu ◽  
Jing Yao ◽  
...  
2021 ◽  
Vol 886 (1) ◽  
pp. 012097
Author(s):  
Wahyuni ◽  
Andang Suryana Soma ◽  
Usman Arsyad ◽  
Riska Sariyani ◽  
Baharuddin Mappangaja

Abstract Erosion and sedimentation are problems that often occur in watershed ecosystems. The SWAT model (Soil and Water Assessment Tool) can be used to determine the output of a watershed’s performance. Jenelata sub-watershed area is one of the largest sub-watersheds of the Jeneberang watershed with 22.800 ha. This study aims to determine the spatial distribution of the hydrologic response unit (HRU) and analyze the rate of erosion and sedimentation in the Jenelata sub-watershed. The results showed that most HRUs are in secondary dryland forests with 447 HRU (19.09%). The level of erosion in the very light category, namely 5.74 ton/ha/year (37.53%) and light 34.71 ton/ha/year (27.76%), was in the villages of Moncongloe, Tana Karaeng, Sicini, Paladindang, Towata, Parang Lampoa, Manuju, and Buakkang. Meanwhile, moderate erosion was 104.07 ton/ha/year (23.92%), high 289.65 ton/ha/year (9.59%), and very high 553.74 ton/ha/year (1.20%) located in the villages of Pattallikang, Mangempang, Bontomanai, Bissoloro, Rannaloe, Jenebatu, and Sapaya. The largest sedimentation is 133.18 ton/ha/year in sub-watershed17, located in Bissoloro and Rannaloe villages.


2020 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 220-230
Author(s):  
Mohamad Wawan Sujarwo ◽  
Indarto Indarto ◽  
Marga Mandala

DAS bajulmati merupakan DAS kecil (± 173.4 km2) yang berada di wilayah timur pulau Jawa. DAS bajulmati memiliki iklim yang spesifik yaitu relatif kering dengan musim kemarau yang panjang (8-9 bulan selama setahun). Meskipun kondisi iklim yang kurang mendukung, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani landang. Adanya perluasan lahan pertanian non irigasi/ladang mengakibatkan tutupan vegetasi semakin berkurang. Oleh karena itu, evaluasi DAS bajulmati diperlukan untuk mengetahui dampak perluasan lahan pertanian terhadap laju aliran dan sedimentasi dengan kondisi iklim yang cukup spesifik (kering). Salah satu model evaluasi pengelolaan DAS terhadap perubahan lahan adalah model SWAT (Soil and Water Assessment Tool). SWAT dapat menggambarkan proses hidrologi (erosi dan sedimentasi) unit lahan. data DEM resolusi (10x10 m) sebagai masukan utama untuk proses delinasi DAS. Data tanah, tutupan lahan, dan kontur digunakan untuk menentukan unit lahan/hydrolocal response unit (HRU) DAS. Data curah hujan dan iklim (suhu, kelembaban rata-rata, intensitas matahari, kecepatan angin) diperoleh dari stasiun yang tersebar di wilayah DAS. Semua data diintegrasikan ke dalam SWAT untuk menghitung proses hidrologi, erosi dan sedimentasi. Debit yang diamati digunakan untuk mengkalibrasi keluaran debit hasil SWAT di outlet DAS. Hasil kalibrasi debit menunjukkan nilai Nash-Sutcliffe Efficiency sebesar 0,53 dan validasi sebesar 0,5 serta koefisien determinasi sebesar 0,58 dan 0,78 (memuaskan) dan model dapat digunakan untuk ilustrasi proses hidrologi dalam DAS bajulmati. Analisis tingkat erosi SWAT menunjukkan bahwa 34,46; 39,19; dan 17,83 menunjukkan tingkat erosi sangat ringan sampai kategori sedang. Oleh karena itu, DAS Bajulmati masih dalam kategori aman karena rata-rata erosi berat dan sangat berat dibawah 10%. Nilai sedimentasi tertinggi pada HRU 512 dan SubDAS 23. Wilayah tersebut merupakan wilayah perkebunan dengan tingkat kemiringan diatas 40%.


2018 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Santosa Sandy Putra ◽  
Soewarno Soewarno ◽  
Dwi Kristianto

Pengelolaan sedimentasi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung hulu adalah salah satu kunci keberhasilan rencana pembangunan Waduk Ciawi. Sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dapat ditampung menggunakan konstruksi mini sabodam. Kapasitas tampung yang kecil dari mini sabodam membuat struktur tersebut ramah lingkungan dan mudah dibangun. Namun demikian, letak dari mini sabodam perlu direncanakan agar dapat berfungsi secara maksimal (menampung sedimen yang akan masuk ke calon Waduk Ciawi). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi volume sedimen yang akan tertahan serta lokasi usulan pembangunan mini sabodam di DAS Ciliwung Hulu. Analisis potensi sedimen dilakukan dengan pemodelan numeris SWAT (Soil and Water Assessment Tool) dan didasarkan pada karakteristik tanah, kelerengan,  dan tutupan lahan yang ada. Kawasan DAS Ciliwung hulu diklasifikasikan ke dalam beberapa HRU (Hydrological Response Unit). Masing-masing HRU merepresentasikan respon kawasan tersebut terhadap kejadian hujan. Model yang telah divalidasi kemudian digunakan untuk mengukur laju sedimentasi pada lokasi usulan mini sabodam. Penelitian ini menghasilkan tata letak, kapasitas tampung minimum, dan pola pemeliharaan (pengerukan sedimen) yang harus dilakukan agar mini sabodam dapat terus berfungsi dengan baik. Hasil akhir penelitian ini merupakan rekomendasi penting bagi penyusunan rencana induk pengendalian sedimentasi Calon Waduk Ciawi.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 34
Author(s):  
Maryam Afifa ◽  
Afla Dina ◽  
Elvi Roza Syofyan ◽  
Wisafri -

Batang Arau is one of the rivers that flows in the city of Padang, the upstream part of the Batang Arau watershed starting from the Lubuk Paraku river which is in the northeast of Padang City, with a water catchment area of 2,504 hectares which is Dr. Muhammad Hatta, Nature Reserve Area Barisan I and Arau downstream. The Batang Arau watershed has decreased its primary forest area due to the large number of additional settlements. The increase in residential area resulted in the land that was previously not waterproof. The mainstay discharge always increases in the rainy season and decreases in the dry season. The mainstay discharge in the Batang Arau watershed is calculated using the Fj Mock method. The Batang Arau watershed also knows the mainstay discharge that occurred in 2010, 2012 and 2018 using the Soil and Water Assessment Tool (SWAT) model. The analysis was obtained from four processes, namely delineation of the watershed, the formation of the Hydrologic Response Unit (HRU), the formation of climatological data, and the simulation process. For the HRU analysis of the Batang Arau watershed, it was obtained 7 sub-watersheds, the dominant HRU, namely primary dryland forest, was 74.68%.


2020 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 218-227
Author(s):  
Mohamad Wawan Sujarwo ◽  
Indarto Indarto ◽  
Marga Mandala

DAS bajulmati merupakan DAS kecil (± 173.4 km2) yang berada di wilayah timur pulau Jawa. DAS bajulmati memiliki iklim yang spesifik yaitu relatif kering dengan musim kemarau yang panjang (8-9 bulan selama setahun). Meskipun kondisi iklim yang kurang mendukung, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani landang. Adanya perluasan lahan pertanian non irigasi/ladang mengakibatkan tutupan vegetasi semakin berkurang. Oleh karena itu, evaluasi DAS bajulmati diperlukan untuk mengetahui dampak perluasan lahan pertanian terhadap laju aliran dan sedimentasi dengan kondisi iklim yang cukup spesifik (kering). Salah satu model evaluasi pengelolaan DAS terhadap perubahan lahan adalah model SWAT (Soil and Water Assessment Tool). SWAT dapat menggambarkan proses hidrologi (erosi dan sedimentasi) unit lahan. data DEM resolusi (10x10 m) sebagai masukan utama untuk proses delinasi DAS. Data tanah, tutupan lahan, dan kontur digunakan untuk menentukan unit lahan/hydrolocal response unit (HRU) DAS. Data curah hujan dan iklim (suhu, kelembaban rata-rata, intensitas matahari, kecepatan angin) diperoleh dari stasiun yang tersebar di wilayah DAS. Semua data diintegrasikan ke dalam SWAT untuk menghitung proses hidrologi, erosi dan sedimentasi. Debit yang diamati digunakan untuk mengkalibrasi keluaran debit hasil SWAT di outlet DAS. Hasil kalibrasi debit menunjukkan nilai Nash-Sutcliffe Efficiency sebesar 0,53 dan validasi sebesar 0,5 serta koefisien determinasi sebesar 0,58 dan 0,78 (memuaskan) dan model dapat digunakan untuk ilustrasi proses hidrologi dalam DAS bajulmati. Analisis tingkat erosi SWAT menunjukkan bahwa 34,46; 39,19; dan 17,83 menunjukkan tingkat erosi sangat ringan sampai kategori sedang. Oleh karena itu, DAS Bajulmati masih dalam kategori aman karena rata-rata erosi berat dan sangat berat dibawah 10%. Nilai sedimentasi tertinggi pada HRU 512 dan SubDAS 23. Wilayah tersebut merupakan wilayah perkebunan dengan tingkat kemiringan diatas 40%.


2020 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Annisa Fitriana Definnas ◽  
Rozy Fairuzza Reyandal ◽  
Elvi Roza Syofyan ◽  
Wisafri -

Batang Kuranji is one of six rivers that flow in the city of Padang, and is the main source of water for residents of Padang City to meet the raw water which is then processed into clean water and the needs of Mt. Nago irrigation water. The increase in population causes the population to move to a higher area (green zone). Batang Kuranji watershed has experienced a reduction in the area of forest land due to changes in land use activities by the population movement. As a result, land that was not watertight at first became watertight, the mainstay discharge or expected discharge is always available, always increasing during the rainy season and decreasing during the dry season. This study was conducted to determine the extent of land use change in the Batang Kuranji watershed, also to determine the main discharge that occurred in 2009, 2011, and 2017 using the Soil and Water Assessment Tool (SWAT) model. The analysis consists of four processes, namely watershed delineation, formation of a Hydrologic Response Unit (HRU), formation of climatological data, and finally the simulation process. HRU analysis results obtained by Batang Kuranji watershed into 9 sub-watersheds, the dominant HRU is protection forest by 62%, soil type with depth (solum) level A and B, runoff coefficient of 0.3 and NS value obtained by 0.6. This shows that the SWAT model can predict the hydrological process in the upstream Batang Kuranji watershed. The most influential land use on surface runoff is land use for settlement.


2016 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 175-188 ◽  
Author(s):  
Mohsen Salarpour ◽  
Milad Jajarmizadeh ◽  
Sobri Harun ◽  
Rozi Abdullah

2005 ◽  
Author(s):  
Vibhava Srivastava ◽  
Sreekala Bajwa ◽  
and Indrajeet Chaubey

2014 ◽  
Vol 43 (1) ◽  
pp. 18-25 ◽  
Author(s):  
Jalel Aouissi ◽  
Sihem Benabdallah ◽  
Zohra Lili Chabaâne ◽  
Christophe Cudennec

2010 ◽  
Vol 44 (18) ◽  
pp. 7138-7144 ◽  
Author(s):  
Tze Ling Ng ◽  
J. Wayland Eheart ◽  
Ximing Cai ◽  
Fernando Miguez

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document