scholarly journals KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN KARANG DI DAERAH RATAAN DAN TUBIR PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI LEGON BOYO, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA

2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 81-90
Author(s):  
Suryo Putro Ritedi Utomo ◽  
Supriharyono ◽  
Churun Ain

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui keanekaragamanjenis ikan karang di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang ikan karangdi daerah rataan terumbu (reef flat) pada kedalaman 2-5 meter, maupun di daerah lereng terumbu (reef slope) pada kedalaman 6-11 meter, Legon Boyo kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu (1) pengambilan data persentase penutupan karang, (2) pengamatan langsung ikan karang dengan metode sensus visual atau Visual Census Technique (VCT) belt transect dalam monitoring/penilaian sumberdaya ikan karang,(3) pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi habitat terumbu karang di Legon Boyo di kategorikan baik karena berada dalam kisaran 50% - 70%.Sebanyak 20 jenis ikan karang dari 10 famili ditemukan di perairan Legon Boyo, Karimunjawa yaitu: Acanthruridae, Apogonidae, Chaetodontidae, Gobidae, Mulidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae, Scaridae, Siganidae. Struktur komunitasnya termasuk dalam kategori baik dengan nilai H’ berkisar antara 2,183 – 2,425.

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
I Putu Irpan Aditanaya ◽  
Elok Faiqoh ◽  
I Gusti Bagus Sila Dharma

Lamun berperan bagi kehidupan ikan, yaitu sebagai tempat mencari makan (feeding ground), memijah (spawning ground), pembesaran (nursery ground), dan tempat berlindung. Keberadaan lamun memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap kelimpahan ikan, dimana keragaman dan kelimpahan ikan lebih banyak ditemukan berasosiasi dengan lamun dibandingkan pada substrat kosong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerapatan lamun dan kelimpahan ikan yang penting dilakukan guna mempertahankan keberlangsungan hidup ikan dalam jangka panjang di perairan Selatan Bali. Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Tanjung Benoa dengan empat titik stasiun yang dimulai dari Pantai Tanjung Benoa hingga Pantai Nusa Dua, yang memiliki karakteristik pantainya berpasir putih, berombak besar karena berhadapan dengan Samudra Hindia. Pengambilan data lamun menggunakan metode transek kuadran dan pengambilaan sampel ikan diperoleh menggunakan metode visual sensus di dalam transek 50 x 5 meter. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kerapatan lamun, kelimpahan ikan, regresi linear, dan uji statistik korelasi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi padang lamun kondisi padang lamun di perairan selatan bali dapat dikategorikan sangat rapat. Untuk kelimpahan total ikan pada perairan berkisar pada 0.18 – 0.28 individu/m2 dengan jenis yang ditemukan yakni Apogonidae, Nemipteridae, Pinguipedidae, Fistularidae, Cepolidae, Labridae, Diodontidae, Pomacentridae, Scorpaenidae, Chaetodontidae dan kelimpahan tertinggi yakni pada famili Apogonidae. Variabel terikat (kelimpahan ikan) mampu dijelaskan oleh variabel bebas (kepadatan lamun) dan kerapatan lamun dapat menggambarkan pengaruhnya terhadap kelimpahan ikan. Hasil uji analisis regresi antara kelimpahan ikan dengan  kerapatan lamun juga menandakan tingkat korelasi yang cukup kuat terjadi antara dua variabel yang di hubungkan.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 307-313
Author(s):  
Ardi Ristiyanto ◽  
Ali Djunaedi ◽  
Chrisna Adhi Suryono

ABSTRAK : Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai tempat pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground), dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui korelasi antara kelimpahan kepiting dengan kerapatan mangrove di ekosistem mangrove Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode kualitatif dan penentuan lokasi sampling menggunakan purposive sampling method. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun yaitu A (Mangrove dekat muara), B (Tracking mangrove), C (Mangrove dekat Tambak). Sampel diambil dari plot sampling 5 m x 5 m dengan tiga kali pengulangan dan tiga waktu pengulangan di setiap stasiunnya. Hasil penelitian ini ditemukan 7 jenis kepiting yang termasuk ke dalam 4 famili, diantaranya adalah Ocypodidae (Uca vocans dan Uca coarctata), Grapsidae (Metoporgapsus latifrons dan Episesarma lafondi), Varunidae (Metaplax elegans dan Pseudograpsus albus) dan Sesarmidae (Parasesarma rutilimanum). Korelasi antara kelimpahan kepiting dengan kerapatan mangrove menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kerapatan mangrove maka semakin tinggi juga nilai kelimpahan kepiting. Nilai kelimpahan kepiting tertinggi terdapat di stasiun A (27633 ind/ha) dan kelimpahan terendah terdapat pada stasiun B (3833 ind/ha). ABSTRACT : Mangrove forests have ecological functions as a spawning ground, nursery ground, and feeding ground. The purpose of this study is to determine the correlation of an abundance of crabs with the density of mangroves in the mangrove ecosystems of Bedono Village, Sayung District, Demak Regency. This research was descriptive explorative with sampling using qualitative methods and determining sampling locations using a purposive sampling method. The research location is divided into three stations, namely A (Mangrove near the estuary), B (Tracking mangrove), C (Mangrove near the Pond). Samples were taken from a sampling plot of 5 m x 5 m with three repetitions and three repetitions of each station. The results of this study found 7 types of crabs belonging to 4 families, including Ocypodidae (Uca vocans and Uca coarctata), Grapsidae (Metoporgapsus latifrons and Episesarma lafondi), Varunidae (Metaplax elegans and Pseudograpsus albus) and Sesarmidae (Parasesarma rutilimanum). The correlation of the abundance of crabs with mangrove density shows that the higher the value of mangrove density, the higher the abundance of crabs. The highest value of crab abundance was found in station A (27633 ind/ha) and the lowest abundance was found at station B (3833 ind/ha).


Jurnal PEPADU ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 497-501
Author(s):  
Ibadur Rahman ◽  
Baiq Hilda Astriana ◽  
Nanda Diniarti ◽  
Saptono Waspodo Waspodo ◽  
Ayu Adhita Damayanti

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peranan penting sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat pemijahan (spawning ground) dan tempat asuhan (nursery ground) berbagai jenis biota. Dewasa ini ekosistem lamun terus menerus mendapatkan tekanan yang mengancam kelestariannya (Bengen, 2004), baik diakibatkan fenomena alam atau karena aktivitas manusia. Mengingat peranan vital yang dimiliki ekosistem lamun, maka diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pendataan (monitoring) ekosistem lamun, dengan melibatkan masyarakat sekitar yang sehari-harinya berinteraksi dengan ekosistem lamun. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu berupa penyuluhan, pengenalan jenis-jenis lamun, manfaat serta ancamannya, dan simulasi pendataan status ekosistem lamun dengan berpedoman pada standar internasional yang ditetapkan oleh Seagrass Watch. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias berperan aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun, karena ekosistem ini memiliki peranan yang besar terhadap kelangsungan hidup berbagai biota laut yang menjadi bahan konsumsi mereka sehari-hari


SAINTIFIK ◽  
2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 127-134
Author(s):  
Sutriani Kaliu ◽  
Ramad Arya Fitra

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 14 jenis liana, 44 spesies epifit dan 1 jenis sikas. Hutan mangrove sebagai salah tempat pengasuhan (nursery ground), pemijahan (spawning ground) dan mencari makan (feeding ground). Kabupaten Kolaka adalah satu daerah yang memiliki hutan mangrove yang terletak dipesisir pantai yang dapat menunjang perekonomian masyarakat nelayan dan keberagaman fauna yang terletak dikecamatan Pomala. Penelitian ini bertujuan melihat komposisi vegetasi mangrove dan identifikasi fauna secara vertikal sebagai acuan dalam menambah informasi (database) mengenai komposisi vegetasi mangrove yang ada di kabupaten Kolaka. Penelitian dilaksanakan dipesisir pantai kecamatan Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data vegetasi mangrove pada lokasih penelitian menggunakan metode plot yang masing-masing lokasi diletakan lima titik sampling, tiap plotnya berukuran 10 x 10 m2 dan disetiap plot dibagi lagi menjadi 4 sub plot organisme berukuran 5 x 5 m2 untuk mempermudah perhitungan fauna vertikal pada mangrove, keberadaan fauna yang berasosisasi di mangrove mewakili setiap pengaruh di ditempatkannya plot dan pengukuran fisikokimia lingkungan. Hasil penelitian ditemukan 4 spesies yaitu Rhizophora mucronate Lamk.  Sonneratia casiolaris (L) Engl  Sonneratia Alba J.E Smith dan  Avesinnia marina (Forsk) Vierh. Terdapat 15 spesies fauna serta parameter lingkungan yang mendukung pertumbuhan mangrove dan hidup berkembangnya  fauna.  Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 14 jenis liana, 44 spesies epifit dan 1 jenis sikas. Hutan mangrove sebagai salah tempat pengasuhan (nursery ground), pemijahan (spawning ground) dan mencari makan (feeding ground). Kabupaten Kolaka adalah satu daerah yang memiliki hutan mangrove yang terletak dipesisir pantai yang dapat menunjang perekonomian masyarakat nelayan dan keberagaman fauna yang terletak dikecamatan Pomala. Penelitian ini bertujuan melihat komposisi vegetasi mangrove dan identifikasi fauna secara vertikal sebagai acuan dalam menambah informasi (database) mengenai komposisi vegetasi mangrove yang ada di kabupaten Kolaka. Penelitian dilaksanakan dipesisir pantai kecamatan Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data vegetasi mangrove pada lokasih penelitian menggunakan metode plot yang masing-masing lokasi diletakan lima titik sampling, tiap plotnya berukuran 10 x 10 m2 dan disetiap plot dibagi lagi menjadi 4 sub plot organisme berukuran 5 x 5 m2 untuk mempermudah perhitungan fauna vertikal pada mangrove, keberadaan fauna yang berasosisasi di mangrove mewakili setiap pengaruh di ditempatkannya plot dan pengukuran fisikokimia lingkungan. Hasil penelitian ditemukan 4 spesies yaitu Rhizophora mucronate Lamk.  Sonneratia casiolaris (L) Engl  Sonneratia Alba J.E Smith dan  Avesinnia marina (Forsk) Vierh. Terdapat 15 spesies fauna serta parameter lingkungan yang mendukung pertumbuhan mangrove dan hidup berkembangnya  fauna. 


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 127
Author(s):  
Sahril Syam ◽  
Baru Sadarun ◽  
Ratna Diyah Palupi

Karang famili Fungiidae merupakan karang yang masuk ordo Scleractinia yang hidup soliter dan bebas tidak melekat pada substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis karang famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan    Januari 2019. Stasiun pengambilan data terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih stasiun berdasarkan keberadaan karang famili Fungiidae di daerah reef flat dan reef slope. Pengambilan data kelimpahan karang Fungiidae menggunakan metode Belt transect, dengan panjang transect 70 x 2 m. Hasil penelitian keanekaragaman famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu terdiri dari 8 genus, 22 spesies, dan 1300 individu dengan genus fungia yang medominasi hasil penelitian. Kelimpahan yang didapatkan pada daerah reef flat tertinggi pada stasiun I (2.39 individu/m2) kemudian disusul stasiun III (2.25 individu/m2) dan yang terendah stasiun II  (1.83 individu/m2). Daerah reef slope tertinggi didapatkan pada stasiun II (1.70 individu/m2) kemudian disusul stasiun I (1.67 individu/m2) dan terendah stasiun III (1.00 individu/m2). Rata-rata kelimpahan famili Fungiidae sebesar 2,16 individu/m2 pada daerah reef flat dan reef slope sebesar 1,45 individu/m2. Keanekaragaman dan kelimpahan famili Fungiidae dominan di zona reef flat dibandingkan reef slope.Kata kunci : Keanekaragaman, Kelimpahan, Karang Fungiidae, Reef flat, Reef slope


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 313
Author(s):  
Wa Ode Husmayani ◽  
Baru Sadarun ◽  
Ratna Diyah Palupi

Spons merupakan hewan multiseluler paling primitif yang hidup diberbagai tipe perairan mulai dari tawar, payau, dan laut. Biota ini hidup di dasar perairan dan biasanya menempel pada substrat keras seperti batu atau karang dan berkompetisi dengan organisme penempel lainnya untuk memperoleh ruang dan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kepadatan spons berdasarkan tutupan karang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 – Juli 2021, di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi. Pengambilan data spons dilakukan dengan menggunakan metode belt transect dengan panjang line transect 50 m dengan lebar 4 m pada kedalaman 3 m (reef flat) dan 7 m (reef slope) pada masing-masing stasiun. Data diambil bersama dengan tutupan karang menggunakan metode line intercept transect (LIT) dengan panjang line transect 50 m pada kedalaman yang sama dengan data spons. Hasil penelitian didapatkan bahwa keanekagaraman hayati spons yang ditemukan dilokasi penelitian yaitu sebanyak 2 kelas, 19 famili dan 23 genus. Yakni  keanekaragaman jenis spons tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar 20 genus, serta kepadatan spons tertinggi sebesar 0,18 individu/m2 terdapat pada genus   Spheciospongia sp., kepadatan spons tertinggi berdasarkan stasiun terdapat pada stasiun I zona reef slope yaitu dengan nilai 0,32 individu/m². Persentase tutupan karang pada stasiun I dan II masuk dalam kondisi baik, sedangkan pada stasiun III masuk dalam kondisi sedang. Keanekaragaman dan kepadatan spons dipengaruhi adanya keberadaan terumbu karang, sehingga keberadaan tutupan karang yang tinggi menyebabkan melimpahnya pertumbuhan spons.Kata Kunci : Keanekaragaman, Kepadatan, Spons, Terumbu Karang 


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
. Amirudin ◽  
Ratna Diyah Palupi ◽  
. Subhan

Anemon merupakan salah satu hewan laut dari filum Cnidaria atau Coelenterata yang sering dimanfaatkan sebagai penghias akuarium dan sumber makanan bagi masyarakat pesisir Wakatobi. Berdasarkan literature, anemon telah berhasil di identifikasi sebanyak 12 jenis tersebar di seluruh dunia, 10 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan anemon pada daerah terumbu karang di perairan Desa Kasuari, Wakatobi. Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Februari – Maret 2020. Metode pengumpulan data menggunakan metode belt transect yaitu dengan luas 200m² dengan 3 kali ulangan untuk mewakili area reef flat dan reef slope. Jenis anemon yang ditemukan di perairan Desa Kaswari yaitu Heteractis crispa dan Heteractis malu. Kelimpahan anemon di perairan Desa Kaswari pada stasiun Reef Flat adalah 0,045 individu/m² sedangkan pada stasiun Reef Slope adalah 0,065 individu/m². Hasil Uji-T diperoleh nilai t-hitung (-2.000) ≤ t-tabel (2.776). Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata individu anemon pada daerah reef flat dan reef slope meskipun berada pada zona terumbu karang yang berbeda.Kata Kunci: Kelimpahan anemon, Terumbu karang, Kaswari.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Didik Santoso ◽  
M. Yamin ◽  
Muh. Makhrus

Abstrak: Kejadian bencana selalu menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi, karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya. Bencana gempa bumi yang terjadi disertai dengan tsunami mengakibatkan wilayah pesisir rusak. Di lain sisi, wilayah pesisir Indonesia termasuk padat dengan permukiman dan pembangunan.  Pulau Lombok merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana tsunami. Hal ini dikarenakan bagian selatan Pulau Lombok berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yang merupakan pertemuan dua lempeng benua yaitu lempeng Benua Asia dan lempeng Benua Australia. Kejadian tsunami di daerah Lunyuk Sumbawa bagian selatan pada tahun 1979 juga berdampak pada daerah-daerah selatan Pulau Lombok yaitu daerah kawasan teluk Tanjung Luar di Kecamatan Keruak dan daerah kawasan Teluk Awang di Lombok Tengah. Dalam rangka mengurangi bahaya tsunami, dan sekaligus untuk melindungi wilayah pesisir  dari ancaman abrasi, angin laut, penyusupan air  asin ke arah daratan, menyerap bahan  pencemar, serta mempertahankan produktivitas pantai dan  laut, perlu dilakukan pelestarian dan perlindungan hutan mangrove ataupun  hutan pantai.  Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. “Mangrove” adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Karena karakter pohon mangrove yang khas, ekosistem mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Disamping itu, ekosistem mangrove juga merupakan penghasil detritus dan merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground), serta daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Juga sebagai pemasok larva ikan, udang, dan sebagai tempat pariwisata. Kata Kunci: Mangrove, Mitigasi, Tsunami


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
. Nurhayati ◽  
La Ode Muhammad Yasir Haya ◽  
Ratna Diyah Palupi

Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut yang menjanjikan di bidang farmakologis.  Selain itu, bentuknya yang menarik dan warnanya yang indah dapat dijadikan sebagai karang hias aquarium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan, dan potensi karang lunak. Pengambilan data karang lunak dilakukan pada Bulan Maret 2019 di Perairan Desa Buton. Metode pengambilan data karang lunak dilakukan pada 3 stasiun yang berlokasi di zona reef flat dan reef slope. Data karang lunak diperoleh dengan metode belt transect dengan luas area pengamatan 120 m2. Potensi karang lunak dianalisis secara deskriptif dengan mencocokkan jenis soft coral yang ditemukan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman karang lunak yang ditemukan terdiri dari 6 famili, 10 genera, 14 jenis, dan 192 individu. Genera yang dominan ditemukan meliputi Sarcophyton, Sinularia, Isis, dan Klyxum. Kepadatan karang lunak yang diperoleh berkisar 0,342-0,683 ind./m2 dengan kepadatan tertinggi terdapat di zona reef slope Semua jenis karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian berpotensi di bidang farmakologis dan karang hias. Potensi terbesar adalah sebagai anti tumor, anti bakteri, dan karang hias aquarium. Diperlukan penelitian lebih lanjut potensi karang lunak khususnya dari aspek mikrobiologi untuk melihat senyawa bioaktifnya.Kata Kunci: karang lunak, keanekaragaman, kepadatan, potensi, Perairan Desa Buton


2020 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Sitti Rahmawati Rahman ◽  
Baru Sadarun ◽  
. Rahmadani
Keyword(s):  

Spons merupakan hewan yang memberikan sumbangan penting terhadap komunitas benthic laut. Keberadaannya mampu menjadi bioindikator kualitas perairan laut karena sifatnya yang menetap. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 dan bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan mengetahui struktur komunitas spons yang meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi yang ada di Perairan Lalanu. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Belt transect dengan panjang 70m dan lebar 2m sehingga luas pengamatan 140m2 pengambilan data dilakukan 2 kali pengulangan. Jenis spons yang ditemukan di Perairan Lalanu 16 jenis, dimana komposisi jenis tertinggi terdapat pada spesies Petrosia sp., baik di daerah reef flat maupun daerah reef slope. Struktur kominitas spons pada Perairan Lalanu di daerah reef flat dan reef slope didapatkan hasil dengan kategori yang sama. Dimana indeks keanekaragaman dengan kategori sedang, indeks keseragaman dengan kategori tinggi dan indeks dominansi dengan kategori rendah.Kata kunci : Komposisi Jenis, Perairan Lalanu, Spons, Struktur Komunitas


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document