IDENTIFIKASI ANEMON DI DAERAH TERUMBU KARANG PERAIRAN KASWARI, TAMAN NASIONAL WAKATOBI

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147
Author(s):  
. Amirudin ◽  
Ratna Diyah Palupi ◽  
. Subhan

Anemon merupakan salah satu hewan laut dari filum Cnidaria atau Coelenterata yang sering dimanfaatkan sebagai penghias akuarium dan sumber makanan bagi masyarakat pesisir Wakatobi. Berdasarkan literature, anemon telah berhasil di identifikasi sebanyak 12 jenis tersebar di seluruh dunia, 10 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan anemon pada daerah terumbu karang di perairan Desa Kasuari, Wakatobi. Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Februari – Maret 2020. Metode pengumpulan data menggunakan metode belt transect yaitu dengan luas 200m² dengan 3 kali ulangan untuk mewakili area reef flat dan reef slope. Jenis anemon yang ditemukan di perairan Desa Kaswari yaitu Heteractis crispa dan Heteractis malu. Kelimpahan anemon di perairan Desa Kaswari pada stasiun Reef Flat adalah 0,045 individu/m² sedangkan pada stasiun Reef Slope adalah 0,065 individu/m². Hasil Uji-T diperoleh nilai t-hitung (-2.000) ≤ t-tabel (2.776). Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata individu anemon pada daerah reef flat dan reef slope meskipun berada pada zona terumbu karang yang berbeda.Kata Kunci: Kelimpahan anemon, Terumbu karang, Kaswari.

2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 81-90
Author(s):  
Suryo Putro Ritedi Utomo ◽  
Supriharyono ◽  
Churun Ain

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui keanekaragamanjenis ikan karang di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang ikan karangdi daerah rataan terumbu (reef flat) pada kedalaman 2-5 meter, maupun di daerah lereng terumbu (reef slope) pada kedalaman 6-11 meter, Legon Boyo kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu (1) pengambilan data persentase penutupan karang, (2) pengamatan langsung ikan karang dengan metode sensus visual atau Visual Census Technique (VCT) belt transect dalam monitoring/penilaian sumberdaya ikan karang,(3) pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi habitat terumbu karang di Legon Boyo di kategorikan baik karena berada dalam kisaran 50% - 70%.Sebanyak 20 jenis ikan karang dari 10 famili ditemukan di perairan Legon Boyo, Karimunjawa yaitu: Acanthruridae, Apogonidae, Chaetodontidae, Gobidae, Mulidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae, Scaridae, Siganidae. Struktur komunitasnya termasuk dalam kategori baik dengan nilai H’ berkisar antara 2,183 – 2,425.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 127
Author(s):  
Sahril Syam ◽  
Baru Sadarun ◽  
Ratna Diyah Palupi

Karang famili Fungiidae merupakan karang yang masuk ordo Scleractinia yang hidup soliter dan bebas tidak melekat pada substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis karang famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan    Januari 2019. Stasiun pengambilan data terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih stasiun berdasarkan keberadaan karang famili Fungiidae di daerah reef flat dan reef slope. Pengambilan data kelimpahan karang Fungiidae menggunakan metode Belt transect, dengan panjang transect 70 x 2 m. Hasil penelitian keanekaragaman famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu terdiri dari 8 genus, 22 spesies, dan 1300 individu dengan genus fungia yang medominasi hasil penelitian. Kelimpahan yang didapatkan pada daerah reef flat tertinggi pada stasiun I (2.39 individu/m2) kemudian disusul stasiun III (2.25 individu/m2) dan yang terendah stasiun II  (1.83 individu/m2). Daerah reef slope tertinggi didapatkan pada stasiun II (1.70 individu/m2) kemudian disusul stasiun I (1.67 individu/m2) dan terendah stasiun III (1.00 individu/m2). Rata-rata kelimpahan famili Fungiidae sebesar 2,16 individu/m2 pada daerah reef flat dan reef slope sebesar 1,45 individu/m2. Keanekaragaman dan kelimpahan famili Fungiidae dominan di zona reef flat dibandingkan reef slope.Kata kunci : Keanekaragaman, Kelimpahan, Karang Fungiidae, Reef flat, Reef slope


2021 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 313
Author(s):  
Wa Ode Husmayani ◽  
Baru Sadarun ◽  
Ratna Diyah Palupi

Spons merupakan hewan multiseluler paling primitif yang hidup diberbagai tipe perairan mulai dari tawar, payau, dan laut. Biota ini hidup di dasar perairan dan biasanya menempel pada substrat keras seperti batu atau karang dan berkompetisi dengan organisme penempel lainnya untuk memperoleh ruang dan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kepadatan spons berdasarkan tutupan karang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 – Juli 2021, di Perairan Sombu Taman Nasional Wakatobi. Pengambilan data spons dilakukan dengan menggunakan metode belt transect dengan panjang line transect 50 m dengan lebar 4 m pada kedalaman 3 m (reef flat) dan 7 m (reef slope) pada masing-masing stasiun. Data diambil bersama dengan tutupan karang menggunakan metode line intercept transect (LIT) dengan panjang line transect 50 m pada kedalaman yang sama dengan data spons. Hasil penelitian didapatkan bahwa keanekagaraman hayati spons yang ditemukan dilokasi penelitian yaitu sebanyak 2 kelas, 19 famili dan 23 genus. Yakni  keanekaragaman jenis spons tertinggi yaitu pada stasiun I sebesar 20 genus, serta kepadatan spons tertinggi sebesar 0,18 individu/m2 terdapat pada genus   Spheciospongia sp., kepadatan spons tertinggi berdasarkan stasiun terdapat pada stasiun I zona reef slope yaitu dengan nilai 0,32 individu/m². Persentase tutupan karang pada stasiun I dan II masuk dalam kondisi baik, sedangkan pada stasiun III masuk dalam kondisi sedang. Keanekaragaman dan kepadatan spons dipengaruhi adanya keberadaan terumbu karang, sehingga keberadaan tutupan karang yang tinggi menyebabkan melimpahnya pertumbuhan spons.Kata Kunci : Keanekaragaman, Kepadatan, Spons, Terumbu Karang 


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
. Nurhayati ◽  
La Ode Muhammad Yasir Haya ◽  
Ratna Diyah Palupi

Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut yang menjanjikan di bidang farmakologis.  Selain itu, bentuknya yang menarik dan warnanya yang indah dapat dijadikan sebagai karang hias aquarium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan, dan potensi karang lunak. Pengambilan data karang lunak dilakukan pada Bulan Maret 2019 di Perairan Desa Buton. Metode pengambilan data karang lunak dilakukan pada 3 stasiun yang berlokasi di zona reef flat dan reef slope. Data karang lunak diperoleh dengan metode belt transect dengan luas area pengamatan 120 m2. Potensi karang lunak dianalisis secara deskriptif dengan mencocokkan jenis soft coral yang ditemukan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman karang lunak yang ditemukan terdiri dari 6 famili, 10 genera, 14 jenis, dan 192 individu. Genera yang dominan ditemukan meliputi Sarcophyton, Sinularia, Isis, dan Klyxum. Kepadatan karang lunak yang diperoleh berkisar 0,342-0,683 ind./m2 dengan kepadatan tertinggi terdapat di zona reef slope Semua jenis karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian berpotensi di bidang farmakologis dan karang hias. Potensi terbesar adalah sebagai anti tumor, anti bakteri, dan karang hias aquarium. Diperlukan penelitian lebih lanjut potensi karang lunak khususnya dari aspek mikrobiologi untuk melihat senyawa bioaktifnya.Kata Kunci: karang lunak, keanekaragaman, kepadatan, potensi, Perairan Desa Buton


2020 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Sitti Rahmawati Rahman ◽  
Baru Sadarun ◽  
. Rahmadani
Keyword(s):  

Spons merupakan hewan yang memberikan sumbangan penting terhadap komunitas benthic laut. Keberadaannya mampu menjadi bioindikator kualitas perairan laut karena sifatnya yang menetap. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 dan bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan mengetahui struktur komunitas spons yang meliputi indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi yang ada di Perairan Lalanu. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Belt transect dengan panjang 70m dan lebar 2m sehingga luas pengamatan 140m2 pengambilan data dilakukan 2 kali pengulangan. Jenis spons yang ditemukan di Perairan Lalanu 16 jenis, dimana komposisi jenis tertinggi terdapat pada spesies Petrosia sp., baik di daerah reef flat maupun daerah reef slope. Struktur kominitas spons pada Perairan Lalanu di daerah reef flat dan reef slope didapatkan hasil dengan kategori yang sama. Dimana indeks keanekaragaman dengan kategori sedang, indeks keseragaman dengan kategori tinggi dan indeks dominansi dengan kategori rendah.Kata kunci : Komposisi Jenis, Perairan Lalanu, Spons, Struktur Komunitas


PeerJ ◽  
2015 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. e1280 ◽  
Author(s):  
Atsushi Nanami

The present study examined pair formation, spatial pattern of home range and spatial variation in density, size and social status of blotched foxfaceSiganus unimaculatus(family Siganidae) on an Okinawan coral reef. Of 32 pairs sampled for sexing, 31 (96.9%) were heterosexual and showed size-assortative pairing. Developed ovaries were found in April and July, whereas oocytes were immature in August, September and February. Heterosexual pairing was found in both reproductive and non-reproductive periods. Home range size tended to be positively related to fork length (FL). The degree of home range overlap for same size class pairs was smaller than that for different size class pairs. The intraspecific behavior when two pairs approached each other was categorized as ‘attack,’ ‘agonistic display’ and ‘no interactions,’ and the frequency of agonistic behaviors (“attack” or “agonistic display”) was significantly greater than “no interactions.” Underwater observations at a seagrass bed, a rocky reef flat and a sheltered reef slope revealed that the mean FL was significantly smaller at the sheltered reef slope (4–13 cm) than at the rocky reef flat (>13 cm). No individuals were found in the seagrass bed. Most individuals less than 6 cm FL were solitary, whereas most individuals over 7 cm FL were paired. Density was significantly greater on the sheltered reef slope than on the rocky reef flat.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 153
Author(s):  
. Lisna ◽  
La Ode Muhammad Yasir Haya ◽  
Ratna Diyah Palupi
Keyword(s):  

Terumbu karang merupakan ekosistem laut dangkal yang sangat produktif dan menjadi habitat berbagai biota laut termasuk Ikan famili Chaetodontidae. Ikan famili Chaetodontidae adalah salah satu ikan indikator pada ekosistem terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae, serta untuk mengetahui hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan kondisi terumbu karang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2019 berlokasi di Perairan Desa Buton, Provinsi Sulawesi Tengah. Data tutupan karang diperoleh dengan menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT), sedangkan data ikan Chaetodontidae diperoleh dengan menggunakan metode Underwater Visual Sensus, dengan luas transek 150 m2, dilakukan pada 2 titik stasiun di zona reef flat dan reef slope, dengan dua kali pengulangan. Hasil study menunjukkan bahwa rata-rata kondisi karang di lokasi penelitian termasuk dalam kategori sedang (44,63%). Kondisi tutupan karang di stasiun-I dikategorikan baik yaitu zona reef flat (73,03%) dan reef slope (74,08%), sedangkan stasiun-II masuk dalam kategori buruk yaitu 15,68% pada reef flat dan 15,75% pada reef slope. Ikan Chaetodontidae yang ditemukan berjumlah 68 individu, yang terdiri atas dua genus dan delapan spesies, antara lain; Chaetodon kleinii, C. lineolatus, C. lunula, C. lunulatus, C. octofasciatus, C. vagabundus, Heniochus chrysostomus, H. varius. Berdasarkan stasiun penelitian, kelimpahan ikan Chaetodontidae tertinggi ditemukan di stasiun-I. Sedangkan berdasarkan zonasi terumbu karang, kelimpahan ikan Chaetodontidae tertinggi ditemukan di zona reef slope. Hubungan kelimpahan ikan Chaetodontidae dengan persentase tutupan karang hidup pada zona reef flat dan reef slope adalah memiliki hubungan yang kuat dengan nilai r = 0,991 (reef flat) dan r = 0,967 (reef slope). Sebaliknya, berdasarkan stasiun penelitian keduanya memiliki hubungan yang lemah dengan nilai r = 0,586 (Stasiun-I) dan r = 0,189 (Stasiun-II).Kata Kunci: Desa Buton, Ikan Chaetodontidae, Kelimpahan, Terumbu Karang.


2018 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 209-219
Author(s):  
Ike Dori Candra ◽  
Vicentius P. Siregar ◽  
Syamsul B. Agus

Penelitian ini menggunakan citra satelit resolusi tinggi worldview-2 akuisisi 5 Oktober 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan citra satelit resolusi tinggi worldview-2 dalam memetakan zona geomorfologi dan habitat bentik perairan dangkal di Pulau Kotok Besar. Metode yang digunakan adalah metode klasifikasi Object Based Image Analysis (OBIA). Metode ini mampu mendefinisikan kelas-kelas objek berdasarkan aspek spektral dan spasial. Segmentasi citra menggunakan algoritma multiresolution segmentation dengan parameter skala yang berbeda untuk setiap level, baik level 1, level 2 dan level 3. Shape dan compactness juga disesuaikan untuk setiap level. Penentuan kelas pada level 1 menghasilkan tiga kelas yaitu daratan, perairan dangkal dan perairan dalam. Penentuan kelas pada level 2 untuk zona geomorfologi menghasilkan tiga kelas yaitu reef flat, reef crest dan reef slope. Klasifikasi habitat bentik pada level 3 menghasilkan 7 kelas dengan akurasi keseluruhan yaitu 66.40 %.


2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Friska Mampuk ◽  
Hanny Tioho ◽  
Janny D. Kusen

Fungiidae known as a solitaire coral, attachment and also free living and has capability of individual move for migrate.  Their mobility allows them to expand the area, providing a hard substrate for coral recruitment and shelter for other invertebrates.  The objective of this study was to examine the density and distribution of fungiid corals in Malalayang waters. The data were collected from September to December 2012 at four different areas.  The results of this study showed that the highest density of fungiid corals were occurred on the front reef study site and mostly by Fungia danai (0,62 ind/m2), compared with other species such as Herpolitha limax (0,25 ind/m2), F. paumotensis (0,19 ind/m2), F. fungites (0,18 ind/m2), F. granulosa (0,18 ind/m2) and with an aggregated pattern of distribution.   Fungiid corals found in this study were mostly relatively more on the reef flat compared to the reef slope.


2016 ◽  
Vol 67 (12) ◽  
pp. 1888 ◽  
Author(s):  
Meixia Zhao ◽  
Kefu Yu ◽  
Qi Shi ◽  
Hongqiang Yang ◽  
Bernhard Riegl ◽  
...  

Xisha Islands are in the central South China Sea and form one of the four large island groups in this region. They include more than 40 islands, reefs and cays, and have considerable ecological and biodiversity value, both intrinsically and as a source of larvae for coastal ecosystems throughout the South China Sea. Yongle atoll is the biggest and one of the most important atolls in the Xisha Islands. The detailed surveys of the marine habitats in the Yongle atoll were conducted from June to July 2013. This baseline survey revealed coral communities in a relatively healthy condition. Mean coral cover of different geomorphic habitats varied from 2 to 29%. Branching corals were most important, followed by encrusting and massive growth forms (48, 29 and 17% of coral cover). Pocillopora (29% of total cover in line transects), Porites (19%), Acropora (17%) and Montipora (16%) were the four dominant genera. Communities differentiated into four clusters, namely, lower reef slope, upper reef slope, outer reef flat, and inner reef flat and lagoon slope. This baseline investigation highlighted the ecological value of these reefs. Destructive fishing and overfishing are presently the most serious threats for these coral reefs. They should receive much more scientific and conservation attention.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document