scholarly journals Penyuluhan Tentang Mitigasi Bencana Tsunami Berbasis Hutan Mangrove Di Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Lombok Timur

2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Didik Santoso ◽  
M. Yamin ◽  
Muh. Makhrus

Abstrak: Kejadian bencana selalu menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi, karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya. Bencana gempa bumi yang terjadi disertai dengan tsunami mengakibatkan wilayah pesisir rusak. Di lain sisi, wilayah pesisir Indonesia termasuk padat dengan permukiman dan pembangunan.  Pulau Lombok merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana tsunami. Hal ini dikarenakan bagian selatan Pulau Lombok berhadapan langsung dengan Samudra Hindia yang merupakan pertemuan dua lempeng benua yaitu lempeng Benua Asia dan lempeng Benua Australia. Kejadian tsunami di daerah Lunyuk Sumbawa bagian selatan pada tahun 1979 juga berdampak pada daerah-daerah selatan Pulau Lombok yaitu daerah kawasan teluk Tanjung Luar di Kecamatan Keruak dan daerah kawasan Teluk Awang di Lombok Tengah. Dalam rangka mengurangi bahaya tsunami, dan sekaligus untuk melindungi wilayah pesisir  dari ancaman abrasi, angin laut, penyusupan air  asin ke arah daratan, menyerap bahan  pencemar, serta mempertahankan produktivitas pantai dan  laut, perlu dilakukan pelestarian dan perlindungan hutan mangrove ataupun  hutan pantai.  Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut, tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. “Mangrove” adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Karena karakter pohon mangrove yang khas, ekosistem mangrove berfungsi sebagai peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Disamping itu, ekosistem mangrove juga merupakan penghasil detritus dan merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk mencari makan (feeding ground), serta daerah pemijahan (spawning ground) bagi berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Juga sebagai pemasok larva ikan, udang, dan sebagai tempat pariwisata. Kata Kunci: Mangrove, Mitigasi, Tsunami

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 12
Author(s):  
I Putu Irpan Aditanaya ◽  
Elok Faiqoh ◽  
I Gusti Bagus Sila Dharma

Lamun berperan bagi kehidupan ikan, yaitu sebagai tempat mencari makan (feeding ground), memijah (spawning ground), pembesaran (nursery ground), dan tempat berlindung. Keberadaan lamun memiliki korelasi positif yang signifikan terhadap kelimpahan ikan, dimana keragaman dan kelimpahan ikan lebih banyak ditemukan berasosiasi dengan lamun dibandingkan pada substrat kosong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerapatan lamun dan kelimpahan ikan yang penting dilakukan guna mempertahankan keberlangsungan hidup ikan dalam jangka panjang di perairan Selatan Bali. Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Tanjung Benoa dengan empat titik stasiun yang dimulai dari Pantai Tanjung Benoa hingga Pantai Nusa Dua, yang memiliki karakteristik pantainya berpasir putih, berombak besar karena berhadapan dengan Samudra Hindia. Pengambilan data lamun menggunakan metode transek kuadran dan pengambilaan sampel ikan diperoleh menggunakan metode visual sensus di dalam transek 50 x 5 meter. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kerapatan lamun, kelimpahan ikan, regresi linear, dan uji statistik korelasi. Hasil penelitian menunjukkan kondisi padang lamun kondisi padang lamun di perairan selatan bali dapat dikategorikan sangat rapat. Untuk kelimpahan total ikan pada perairan berkisar pada 0.18 – 0.28 individu/m2 dengan jenis yang ditemukan yakni Apogonidae, Nemipteridae, Pinguipedidae, Fistularidae, Cepolidae, Labridae, Diodontidae, Pomacentridae, Scorpaenidae, Chaetodontidae dan kelimpahan tertinggi yakni pada famili Apogonidae. Variabel terikat (kelimpahan ikan) mampu dijelaskan oleh variabel bebas (kepadatan lamun) dan kerapatan lamun dapat menggambarkan pengaruhnya terhadap kelimpahan ikan. Hasil uji analisis regresi antara kelimpahan ikan dengan  kerapatan lamun juga menandakan tingkat korelasi yang cukup kuat terjadi antara dua variabel yang di hubungkan.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 307-313
Author(s):  
Ardi Ristiyanto ◽  
Ali Djunaedi ◽  
Chrisna Adhi Suryono

ABSTRAK : Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai tempat pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground), dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui korelasi antara kelimpahan kepiting dengan kerapatan mangrove di ekosistem mangrove Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan pengambilan sampel menggunakan metode kualitatif dan penentuan lokasi sampling menggunakan purposive sampling method. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun yaitu A (Mangrove dekat muara), B (Tracking mangrove), C (Mangrove dekat Tambak). Sampel diambil dari plot sampling 5 m x 5 m dengan tiga kali pengulangan dan tiga waktu pengulangan di setiap stasiunnya. Hasil penelitian ini ditemukan 7 jenis kepiting yang termasuk ke dalam 4 famili, diantaranya adalah Ocypodidae (Uca vocans dan Uca coarctata), Grapsidae (Metoporgapsus latifrons dan Episesarma lafondi), Varunidae (Metaplax elegans dan Pseudograpsus albus) dan Sesarmidae (Parasesarma rutilimanum). Korelasi antara kelimpahan kepiting dengan kerapatan mangrove menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kerapatan mangrove maka semakin tinggi juga nilai kelimpahan kepiting. Nilai kelimpahan kepiting tertinggi terdapat di stasiun A (27633 ind/ha) dan kelimpahan terendah terdapat pada stasiun B (3833 ind/ha). ABSTRACT : Mangrove forests have ecological functions as a spawning ground, nursery ground, and feeding ground. The purpose of this study is to determine the correlation of an abundance of crabs with the density of mangroves in the mangrove ecosystems of Bedono Village, Sayung District, Demak Regency. This research was descriptive explorative with sampling using qualitative methods and determining sampling locations using a purposive sampling method. The research location is divided into three stations, namely A (Mangrove near the estuary), B (Tracking mangrove), C (Mangrove near the Pond). Samples were taken from a sampling plot of 5 m x 5 m with three repetitions and three repetitions of each station. The results of this study found 7 types of crabs belonging to 4 families, including Ocypodidae (Uca vocans and Uca coarctata), Grapsidae (Metoporgapsus latifrons and Episesarma lafondi), Varunidae (Metaplax elegans and Pseudograpsus albus) and Sesarmidae (Parasesarma rutilimanum). The correlation of the abundance of crabs with mangrove density shows that the higher the value of mangrove density, the higher the abundance of crabs. The highest value of crab abundance was found in station A (27633 ind/ha) and the lowest abundance was found at station B (3833 ind/ha).


Jurnal PEPADU ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
pp. 497-501
Author(s):  
Ibadur Rahman ◽  
Baiq Hilda Astriana ◽  
Nanda Diniarti ◽  
Saptono Waspodo Waspodo ◽  
Ayu Adhita Damayanti

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang memiliki peranan penting sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat pemijahan (spawning ground) dan tempat asuhan (nursery ground) berbagai jenis biota. Dewasa ini ekosistem lamun terus menerus mendapatkan tekanan yang mengancam kelestariannya (Bengen, 2004), baik diakibatkan fenomena alam atau karena aktivitas manusia. Mengingat peranan vital yang dimiliki ekosistem lamun, maka diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pendataan (monitoring) ekosistem lamun, dengan melibatkan masyarakat sekitar yang sehari-harinya berinteraksi dengan ekosistem lamun. Metode yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu berupa penyuluhan, pengenalan jenis-jenis lamun, manfaat serta ancamannya, dan simulasi pendataan status ekosistem lamun dengan berpedoman pada standar internasional yang ditetapkan oleh Seagrass Watch. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa masyarakat sangat antusias berperan aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun, karena ekosistem ini memiliki peranan yang besar terhadap kelangsungan hidup berbagai biota laut yang menjadi bahan konsumsi mereka sehari-hari


2013 ◽  
Vol 2 (4) ◽  
pp. 81-90
Author(s):  
Suryo Putro Ritedi Utomo ◽  
Supriharyono ◽  
Churun Ain

Komunitas ikan karang merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem terumbu karang, tidak hanya bagi ikan itu sendiri yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai habitat vitalnya, yaitu sebagai tempat pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground) dan mencari makan (feeding ground). Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui keanekaragamanjenis ikan karang di daerah rataan dan tubir pada ekosistem terumbu karang di Legon Boyo Taman Nasional Karimunjawa, Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum tentang ikan karangdi daerah rataan terumbu (reef flat) pada kedalaman 2-5 meter, maupun di daerah lereng terumbu (reef slope) pada kedalaman 6-11 meter, Legon Boyo kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ada 3 tahap, yaitu (1) pengambilan data persentase penutupan karang, (2) pengamatan langsung ikan karang dengan metode sensus visual atau Visual Census Technique (VCT) belt transect dalam monitoring/penilaian sumberdaya ikan karang,(3) pengukuran kualitas air secara insitu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi habitat terumbu karang di Legon Boyo di kategorikan baik karena berada dalam kisaran 50% - 70%.Sebanyak 20 jenis ikan karang dari 10 famili ditemukan di perairan Legon Boyo, Karimunjawa yaitu: Acanthruridae, Apogonidae, Chaetodontidae, Gobidae, Mulidae, Pomacanthidae, Pomacentridae, Serranidae, Scaridae, Siganidae. Struktur komunitasnya termasuk dalam kategori baik dengan nilai H’ berkisar antara 2,183 – 2,425.


SAINTIFIK ◽  
2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 127-134
Author(s):  
Sutriani Kaliu ◽  
Ramad Arya Fitra

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 14 jenis liana, 44 spesies epifit dan 1 jenis sikas. Hutan mangrove sebagai salah tempat pengasuhan (nursery ground), pemijahan (spawning ground) dan mencari makan (feeding ground). Kabupaten Kolaka adalah satu daerah yang memiliki hutan mangrove yang terletak dipesisir pantai yang dapat menunjang perekonomian masyarakat nelayan dan keberagaman fauna yang terletak dikecamatan Pomala. Penelitian ini bertujuan melihat komposisi vegetasi mangrove dan identifikasi fauna secara vertikal sebagai acuan dalam menambah informasi (database) mengenai komposisi vegetasi mangrove yang ada di kabupaten Kolaka. Penelitian dilaksanakan dipesisir pantai kecamatan Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data vegetasi mangrove pada lokasih penelitian menggunakan metode plot yang masing-masing lokasi diletakan lima titik sampling, tiap plotnya berukuran 10 x 10 m2 dan disetiap plot dibagi lagi menjadi 4 sub plot organisme berukuran 5 x 5 m2 untuk mempermudah perhitungan fauna vertikal pada mangrove, keberadaan fauna yang berasosisasi di mangrove mewakili setiap pengaruh di ditempatkannya plot dan pengukuran fisikokimia lingkungan. Hasil penelitian ditemukan 4 spesies yaitu Rhizophora mucronate Lamk.  Sonneratia casiolaris (L) Engl  Sonneratia Alba J.E Smith dan  Avesinnia marina (Forsk) Vierh. Terdapat 15 spesies fauna serta parameter lingkungan yang mendukung pertumbuhan mangrove dan hidup berkembangnya  fauna.  Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 14 jenis liana, 44 spesies epifit dan 1 jenis sikas. Hutan mangrove sebagai salah tempat pengasuhan (nursery ground), pemijahan (spawning ground) dan mencari makan (feeding ground). Kabupaten Kolaka adalah satu daerah yang memiliki hutan mangrove yang terletak dipesisir pantai yang dapat menunjang perekonomian masyarakat nelayan dan keberagaman fauna yang terletak dikecamatan Pomala. Penelitian ini bertujuan melihat komposisi vegetasi mangrove dan identifikasi fauna secara vertikal sebagai acuan dalam menambah informasi (database) mengenai komposisi vegetasi mangrove yang ada di kabupaten Kolaka. Penelitian dilaksanakan dipesisir pantai kecamatan Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data vegetasi mangrove pada lokasih penelitian menggunakan metode plot yang masing-masing lokasi diletakan lima titik sampling, tiap plotnya berukuran 10 x 10 m2 dan disetiap plot dibagi lagi menjadi 4 sub plot organisme berukuran 5 x 5 m2 untuk mempermudah perhitungan fauna vertikal pada mangrove, keberadaan fauna yang berasosisasi di mangrove mewakili setiap pengaruh di ditempatkannya plot dan pengukuran fisikokimia lingkungan. Hasil penelitian ditemukan 4 spesies yaitu Rhizophora mucronate Lamk.  Sonneratia casiolaris (L) Engl  Sonneratia Alba J.E Smith dan  Avesinnia marina (Forsk) Vierh. Terdapat 15 spesies fauna serta parameter lingkungan yang mendukung pertumbuhan mangrove dan hidup berkembangnya  fauna. 


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 53 ◽  
Author(s):  
Jerly D. Assa ◽  
Billy Th. Wagey ◽  
Farnis B. Boneka

Padang lamun memilki berbagai peranan dalam kehidupan ikan dimana padang lamun dapat dijadikan daerah asuhan (nursery ground), sebagai tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah untuk mencari perlindungan. Untuk spesies lamunnya sendiri dapat merupakan makanan langsung bagi ikan. Peranan lamun adalah sebagai daerah asuhan, dimana sebagian besar ikan penghuni padang lamun adalah ikan-ikan juvenil apabila telah dewasa akan menghabiskan hidupnya pada tempat lain.Jenis ikan yang yang di dapat pada padang lamun pantai Tongkaian dengan menggunakan survey jelajah dan alat tangkap gil net yaitu 10 jenis ikan. 10 jenis ikan yang di dapat pada saat penelitian di padang lamun pantai tongkaiana adalah umumnya penghuni daerah padang lamun dan ada juga ikan yang hanya mencari makan di daerah padang lamun atau ikan penghuni terumbu karang.Jenis lamun yang paling dominan di padang lamun pantai Tongkaina yaitu 2 jenis lamun. Kedua jenis lamun tersebut adalah lamun Enhalus acroides dan Thalassia hemprichii.


2020 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 393-398
Author(s):  
Via Jeanieta Berliana Ardyatma ◽  
Sunaryo Sunaryo ◽  
Hadi Endrawati

ABSTRACT: Mangrove ecosystems are ecosystems located in coastal areas that are affected by tides so that the bases are always flooded. Mangroves have ecological functions that can support the growth of organisms in them. The ecological functions include nursery ground, feeding ground, and spawing ground for organisms living in it, one of which is crustaceans. The Rembang coastal area is used by the surrounding community to change the function of mangrove vegetation land into a pond area so that it can affect the existence of crustaceans. This study aims to determine the structure of the crustacean community including composition, abundance, diversity, uniformity, dominance, and distribution patterns of mangrove vegetation in Tireman Village, Rembang District, Rembang Regency. The study was conducted in April - May 2019. The method of determining the location using purposive sampling. Sampling uses a qualitative method with a 5x5 meter sampling plot with three repetitions. The material used is crustacean community structure data and environmental parameters. The results obtained were found 10 types from 4 families originating from 2 infra-orders (Brachyura and Anomura). The highest abundance is found in Station B of 1.59 individuals / m2. Diversity individuex is low to moderate (H '= 0.98 - 1.28) and uniformity individuex is low (e = 0.21 - 0.27), and there is no dominance at each research station (C = 0.34 - 0.47). The type of distribution pattern that is found is clustered (clumped). ABSTRAK: Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang terdapat pada daerah tepi pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut sehingga dasarnya selalu tergenang air. Mangrove mempunyai fungsi ekologi yang dapat menunjang pertumbuhan organisme yang ada di dalamnya. Fungsi ekologi tersebut meliputi nursery ground, feeding ground, dan spawing ground bagi organisme yang tinggal di dalamnya salah satunya krustasea. Wilayah pesisir Rembang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk alih fungsi lahan vegetasi mangrove menjadi areal tambak sehingga dapat mempengaruhi keberadaan krustasea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas krustasea meliputi komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan pola sebaran pada vegetasi mangrove Desa Tireman Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Penelitian dilaksankan pada bulan April – Mei 2019. Metode penentuan lokasi menggunakan purposive sampling. Pengambilan sampel menggunakan metode kualitatif dengan plot sampling 5x5 meter dengan tiga kali pengulangan. Materi yang digunakan adalah data struktur komunitas krustasea dan parameter lingkungan. Hasil penelitian yang diperoleh ditemukan 10 jenis dari 4 famili yang berasal dari 2 infra ordo (Brachyura dan Anomura). Kelimpahan tertinggi terdapat pada Stasiun B sebesar 1,59 individu/m2. Indeks keanekaragaman termasuk kategori rendah hingga sedang (H' = 0,98 – 1,28) dan indeks keseragaman kategori rendah (e = 0,21 – 0,27), dan tidak ada dominansi di setiap stasiun penelitian (C = 0,34 – 0,47). Pola sebaran jenis yang dijumpai yaitu mengelompok (clumped).


Author(s):  
Hanityo Nugroho ◽  
Sutrisno Anggoro ◽  
Ita Widowati

Biological Hotspot larva ikan diperairan estusri Desa Timbulsoko, Demak dilakukan pada bulan April-Juni 2019 di Desa Timbulsoko. Timbulsloko memiliki perairan yang subur dikarenakan banyak nelayan yang menjadikan lokasi tersebut sebagai daerah fishing ground. Timbulsloko memiliki potensi untuk menjadi daerah nursery ground dan feeding ground untuk ikan dikarenakan adanya habitat mangrove yang alami akan tetapi bencana abrasi mengakibatkan degradasi habitat nursery ground untuk ikan stadia awal. Hasil penelitian menunjukan Larva ikan yang tertangkap di perairan Desa Timbulsloko terdiri dari 13 famili. Komposisi jenis-jenis larva ikan yang tertangkap adalah Mugilidae, Siganidae, Gobiidae, Leiognathidae, Scatophagidae, Chanidae, Latidae, Engraulidae, Gerreidae, Carangidae, Bagridae, Sillaginidae, Ambassidae. Jenis larva ikan yang paling banyak adalah larva ikan Ambassidae yaitu 46,98% sedangkan yang paling sedikit tertangkap adalah larva ikan Carangidae, Sillaginidae yaitu sebesar 1,01%. Kelimpahan larva ikan terbesar adalah 428,271 ind/m3 terdapat pada titik D2P2, sedangkan kelimpahan larva ikan paling sedikit pada titik NP4 dengan nilai kelimpahan adalah 25,974 ind/m3. Kemiripan nilai ekologis habitat pada titik D2P2 dan A2G1 berdasarkan analisis PCA dan kesamaan kontur dari interpolasi kedalaman secara spasial mengindikasikan adanya jejak biological hotspot di perairan mangrove Desa Timbulsloko sebelum terjadinya bencana abrasi.


2013 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 273-281
Author(s):  
Rizky Chandra Kusuma ◽  
Ruswahyuni ◽  
Subiyanto

Nudibranchia adalah salah satu Moluska tidak bercangkang yang seringkali berwarna terang dan mencolok. Nudibranchia memanfaatkan karang sebagai feeding ground dan spawning ground, tanpa mengganggu kehidupan karang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kelimpahan dan perbedaan Nudibranchia yang terdapat pada daerah karang bercabang dan karang batu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Pantai Pancuran Belakang, Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan metode line transek sepanjang 50 meter sejajar garis pantai dan kuadran transek dengan ukuran 2 x 2 meter. Hasil penelitian didapatkan Penutupan substrat perairan dimasing-masing lokasi paling banyak tertutupi oleh karang hidup yaitu pada daerah karang bercabang 64,48% dengan jumlah Nudibranchia sebanyak 38 ind/300m2. Pada daerah karang batu sebesar 75,87% dengan jumlah Nudibranchia 50 ind/300m2. Terdapat 5 jenis Nudibranchia di lokasi penelitian yaitu Chromodoris lineolata, Phyllidia varicosa, Phyllidiella nigra, Thuridilla lineolata dan Thuridilla sp. Pada Uji Independent T-Test, rata-rata kelimpahan Nudibranchia pada karang bercabang dan batu adalah sama. Hal ini membuktikan bahwa kelimpahan Nudibranchia sangat dipengaruhi oleh adanya terumbu karang dan tidak berbeda antara karang bercabang (branching) dan karang batu (massive).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document