scholarly journals ANALISIS KARAKTERISTIK DIMENSI EKOLOGI UNTUK MENUNJANG PENGELOLAAN PULAU – PULAU KECIL TERLUAR (PPKT) SECARA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA

2019 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Eva Mustikasari

Sebagai salah satu pulau terluar dari propinsi termuda di Indonesia, tingkat pembangunan di Pulau Nunukan berkembang dengan pesat. Pembangunan tersebut tentu berdampak terhadap lingkungan perairan sekitar Pulau Nunukan. Pada Bulan April 2016 telah dilakukan pengambilan dan pengukuran data hidro oseanografi dan data luasan mangrove. Sedangangkan pada musim peralihan I (April) dan Musim Peralihan II (September)  2016 telah dilakukan survey pengambilan data fisika-kimia air laut di perairan Pulau Nunukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan pengukuran in situ dan analisis laboratorium. Hasil menunjukkan bahwa kecepatan arus rata-rata mencapai 40 cm/detik, pH perairan berkisar antara 7.3 – 8.2, salinitas 30 – 37 ppm, sedangkan suhu berkisar antara 27 – 30 derajat Celsius. Terdapat 8 parameter yang dihasilkan yaitu: Suhu, derajat keasaman, Salinitas, Dissolve oxygen, Total Dissolve Solid, Kekeruhan, Konduktifitas, Densitas. Secara umum parameter yang terukur di perairan Pulau Nunukan masih dalam kondisi baik, hanya terlihat nilai suhu dan kekeruhan yang berada di luar ambang batas baku yang ditetapkan pemerintah. Dari karakteristik tersebut diatas maka perairan nunukan sangat cocok untuk area budidaya rumput laut Khusus untuk jenis Eucheuma sp. Sebaran indeks vegetasi pada tahun 2016 menunjukkan data kepadatan vegetasi mangrove yang sangat rendah.

POSITRON ◽  
2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Kartika Hajar Kirana ◽  
Mechdi Ghazali ◽  
Luh Ayu Eka Safitri Septiana ◽  
Dini Fitriani ◽  
Eleonora Agustine ◽  
...  

Sungai Citarum merupakan sungai utama yang ada di Provinsi Jawa Barat yang sangat penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Di bagian hilir, Sungai Citarum ini banyak melewati daerah pemukiman padat penduduk, daerah industri, dan bahkan pesawahan. Oleh karena itu, perlu kajian mengenai kondisi Sungai Citarum salah satunya dengan mengidentifikasi parameter electrical conductivity (EC), total dissolve solid (TDS), pH dan suhu serta karakteristik mineral magnetik pada sedimen melalui analisis sifat magnetik, mineralogi dan morfologi magnetiknya. Pengukuran parameter EC, TDS, pH dan suhu dilakukan secara in situ pada sampel air Sungai Citarum, pengukuran sifat magnetik dilakukan pada sampel sedimen yang telah dipreprasi, sedangkan pengukuran mineralogi dan morfologi dilakukan pada sampel sedimen yang telah diekstraksi. Sifat magnetik sedimen diketahui dari nilai suseptibilitas magnetik dual frekuensi yang diukur menggunakan Bartington Magnetik Susceptibilitymeter, sedangkan mineralogi dan morfologi magnetik diketahui berdasarkan hasil pengukuran scanning electron microscope–energy disperdsive x-ray (SEM-EDS) dan x-ray diffractometer (XRD). Hasil pengukuran secara in situ pada sampel air menunjukkan bahwa rentang nilai EC, TDS, pH dan suhu berturut-turut adalah (200–4120) mS/cm, (100–2060) ppt, 7,34–9,22, dan (26,8–32,6) oC. Sedangkan, hasil pengukuran sifat magnetik menunjukkan bahwa sampel sedimen Sungai Citarum bagian hilir memiliki nilai suseptibilitas magnetik frekuensi rendah (cLF) dengan rentang (65,00–173,80) x 10-8 m3/kg, sedangkan rentang nilai suseptibilitas magnetik frekuensi tinggi (cHF) adalah (64,90–165,70) x 10-8 m3/kg. Dari kedua pengukuran cLF dan cHF diperoleh rentang nilai cFD (%) sebesar 0,15–4,66. Selanjutnya, hasil analisis morfologi dari citra SEM-EDS dan analisis mineralogi berdasarkan pengukuran XRD menunjukkan dominasi jenis mineral magnetik pada sampel sedimen adalah magnetit. Mineral magnetit ini memiliki morfologi berbentuk oktahedral sebagai representasi mineral magnetik alami dan ada pula yang berbentuk spherule sebagai representasi mineral magnetik karena adanya proses oksidasi akibat kehadiran material antropogenik pada sedimen Sungai Citarum bagian hilir.


2016 ◽  
Vol 82 (1) ◽  
Author(s):  
. SUHARYANTO ◽  
. TRI-PANJI ◽  
Shinta PERMATASARI ◽  
Khaswar SYAMSU

AbstractCultivation of Spirulina platensis in an abundant available and inexpensive medium such as palm oil mill effluent (POME) will produce biomass and valuable active materials at competitive price.  Utilization of POME  will also reduce pollution level and support cleaned production.  The objectives of this research were to determine the dilution rate of  S. platensis and the reduction rate of pollution level of POME on continuous photobioreactor. Preliminary research was conducted by growing S. platensis on POME medium with various concentration, namely 25%, 50%, 75%, and 90% POME on batch system. The experiment was conducted in 1.2 L capacity continous photobioreactor using medium containing a mixture of POME and synthetic medium. Feeding rate was set up at 0.05 mL/5 sec. (dilution rate of  0.03 hr -1), 0,05 mL/10 sec. (dilution rate of  0.015 hr -1), and 0.05 mL/15 sec. (dilution rate of 0.01 hr -1). For optimum dilution rate, the experiment was scaled up eight times using 10 L capacity continous photobioreactor. The results showed that optimum growth rate of S. platensis (µmax) = 0.233, was achieved using medium consisting of 90% POME and 10% synthetic medium after two weeks. Dilution rate of 0.015 hr -1 on photobioreactor was the optimum dilution rate for growth of S. platensis as well as for decreasing polution level of POME. The result of the eight-times scale up photobioreactor using flow rate of 0.4 mL/10 sec and dilution rate of 0.015 hr -1 showed that the growth of S. platensis was relatively constant as reflected by the OD value of the suspension culture and the concentration of cellular biomass. At the optimum condition, production of S. platensis biomass was 0.267g/L and pollution level was decrease 24%. The rate of outflow also resulted the constant decrease of polution level based on total carbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, and COD parameters indicating that  continuous photobioreactor was running at steady state.Abstrak Kultivasi S. platensis dalam media yang tersedia me-limpah dan murah seperti limbah cair pabrik kelapa sawit (LC-PKS) akan menghasilkan biomassa dan bahan aktif bernilai ekonomi tinggi dengan harga kompetitif. Pemanfaatan  LC-PKS  juga  akan  mengurangi  dampak pen-cemaran lingkungan dan membantu menciptakan sistem produksi bersih. Penelitian ini bertujuan menetapkan laju dilusi optimum per-tumbuhan S. platensis dan laju penurunan tingkat cemaran LC-PKS pada fotobioreaktor sistem kontinyu. Untuk mengukur laju alir sistem kontinyu, pertama S. platensis ditumbuhkan pada media LC-PKS 25%, 50%, 75%, dan 90% dengan sistem batch.  Pertum-buhan S. platensis  pada fotobioreaktor sistem kontinyu kapasitas 1,2 L dirancang dengan variasi laju alir umpan berupa LC-PKS yang dicampur media sintetik pada konsentrasi optimum. Variasi laju alir pengumpanan diatur pada variasi 0.05 mL/5 detik (laju dilusi 0,03 jam-1), 0,05 mL /10 detik (laju dilusi 0,015 jam -1), dan 0,05 mL/15 detik (laju dilusi 0,01 jam-1). Pada laju alir optimum, skala percobaan diperbesar delapan kali menggunakan foto-bioreaktor berkapasitas 10 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan maksimum (µ maks) adalah 0,233 jam-1 yang diperoleh dengan campuran media LC-PKS 90% dan media sintetik 10%  selama dua minggu. Fotobioreaktor dengan laju dilusi 0,015 jam-1 merupakan laju alir umpan yang optimum untuk pertumbuhan S. platensis serta menghasilkan penurunan tingkat cemaran LC-PKS yang optimum.  Hasil penelitian dengan perbesaran skala delapan kali menggunakan laju alir pengumpan 0,4 mL/10 detik  (laju dilusi 0,015 jam-1)  menunjukkan bahwa pertumbuhan S. platensis relatif konstan. Produksi biomassa sel rata-rata sebesar 0,267g/L dan kadar cemaran limbah rata-rata menurun sebesar 24%. Laju alir keluar (outflow) juga menghasilkan kadar cemaran limbah yang konstan ber-dasarkan parameter total karbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, dan COD yang menunjukkan bahwa sistem fotobioreaktor kontinyu ini berjalan dengan baik.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Ayu Wandira ◽  
Muhammad Ramli ◽  
. Halili

Benih lobster merupakan stadia post larva yang bentuknya sudah menyerupai lobster dewasa namun belum memiliki pigmen dan rangka luar yang keras kemudian bersifat planktonis dan melayang-layang dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan benih lobster (Panulirus spp.), hubungan kelimpahan benih lobster dengan kedalaman serta parameter kualitas perairan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-September 2019, bertempat di Perairan Desa Ranooha Raya, Kabupaten Konawe Selatan. Pengambilan data dilakukan pada 3 titik stasiun pengamatan dengan menggunakan metode deskriptif eksploratif dan analisis data menggunakan analisis korelasi. Kelimpahan benih lobster (Panulirus spp.) diperoleh dengan menggunakan alat tangkap pocong (shelter) sedangkan pengambilan data kualitas perairan dilakukan secara in situ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan benih lobster tertinggi yaitu pada stasiun II (kedalaman 4 meter) berjumlah 221 individu dan kelimpahan terendah pada stasiun I (kedalaman 6 meter) berjumlah 155 individu. Jenis benih lobster yang ditemukan yaitu jenis benih lobster mutiara (Panulirus ornatus) dan jenis benih lobster pasir (Panulirus homarus). Persentase kelimpahan relatif tertinggi yaitu jenis benih lobster mutiara sebesar 75% dan persentase kelimpahan relatif terendah jenis benih lobster pasir sebesar 55,56%. Hasil analisis korelasi hubungan kelimpahan benih lobster berdasarkan kedalaman diperoleh nilai hubungan yang kuat. Parameter kualitas perairan masih mendukung untuk kehidupan benih lobster seperti arus, suhu, kedalaman, kecerahan, pH, salinitas dan DO (Dissolve Oxygen). Parameter kecepatan arus merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan benih lobster (Panulirus spp.) di perairan.Kata Kunci: Benih Lobster (Panulirus spp.), Kelimpahan, Kedalaman Perairan, Parameter Perairan.


2016 ◽  
Vol 82 (1) ◽  
Author(s):  
. SUHARYANTO ◽  
. TRI-PANJI ◽  
Shinta PERMATASARI ◽  
Khaswar SYAMSU

AbstractCultivation of Spirulina platensis in an abundant available and inexpensive medium such as palm oil mill effluent (POME) will produce biomass and valuable active materials at competitive price.  Utilization of POME  will also reduce pollution level and support cleaned production.  The objectives of this research were to determine the dilution rate of  S. platensis and the reduction rate of pollution level of POME on continuous photobioreactor. Preliminary research was conducted by growing S. platensis on POME medium with various concentration, namely 25%, 50%, 75%, and 90% POME on batch system. The experiment was conducted in 1.2 L capacity continous photobioreactor using medium containing a mixture of POME and synthetic medium. Feeding rate was set up at 0.05 mL/5 sec. (dilution rate of  0.03 hr -1), 0,05 mL/10 sec. (dilution rate of  0.015 hr -1), and 0.05 mL/15 sec. (dilution rate of 0.01 hr -1). For optimum dilution rate, the experiment was scaled up eight times using 10 L capacity continous photobioreactor. The results showed that optimum growth rate of S. platensis (µmax) = 0.233, was achieved using medium consisting of 90% POME and 10% synthetic medium after two weeks. Dilution rate of 0.015 hr -1 on photobioreactor was the optimum dilution rate for growth of S. platensis as well as for decreasing polution level of POME. The result of the eight-times scale up photobioreactor using flow rate of 0.4 mL/10 sec and dilution rate of 0.015 hr -1 showed that the growth of S. platensis was relatively constant as reflected by the OD value of the suspension culture and the concentration of cellular biomass. At the optimum condition, production of S. platensis biomass was 0.267g/L and pollution level was decrease 24%. The rate of outflow also resulted the constant decrease of polution level based on total carbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, and COD parameters indicating that  continuous photobioreactor was running at steady state.Abstrak Kultivasi S. platensis dalam media yang tersedia me-limpah dan murah seperti limbah cair pabrik kelapa sawit (LC-PKS) akan menghasilkan biomassa dan bahan aktif bernilai ekonomi tinggi dengan harga kompetitif. Pemanfaatan  LC-PKS  juga  akan  mengurangi  dampak pen-cemaran lingkungan dan membantu menciptakan sistem produksi bersih. Penelitian ini bertujuan menetapkan laju dilusi optimum per-tumbuhan S. platensis dan laju penurunan tingkat cemaran LC-PKS pada fotobioreaktor sistem kontinyu. Untuk mengukur laju alir sistem kontinyu, pertama S. platensis ditumbuhkan pada media LC-PKS 25%, 50%, 75%, dan 90% dengan sistem batch.  Pertum-buhan S. platensis  pada fotobioreaktor sistem kontinyu kapasitas 1,2 L dirancang dengan variasi laju alir umpan berupa LC-PKS yang dicampur media sintetik pada konsentrasi optimum. Variasi laju alir pengumpanan diatur pada variasi 0.05 mL/5 detik (laju dilusi 0,03 jam-1), 0,05 mL /10 detik (laju dilusi 0,015 jam -1), dan 0,05 mL/15 detik (laju dilusi 0,01 jam-1). Pada laju alir optimum, skala percobaan diperbesar delapan kali menggunakan foto-bioreaktor berkapasitas 10 L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan maksimum (µ maks) adalah 0,233 jam-1 yang diperoleh dengan campuran media LC-PKS 90% dan media sintetik 10%  selama dua minggu. Fotobioreaktor dengan laju dilusi 0,015 jam-1 merupakan laju alir umpan yang optimum untuk pertumbuhan S. platensis serta menghasilkan penurunan tingkat cemaran LC-PKS yang optimum.  Hasil penelitian dengan perbesaran skala delapan kali menggunakan laju alir pengumpan 0,4 mL/10 detik  (laju dilusi 0,015 jam-1)  menunjukkan bahwa pertumbuhan S. platensis relatif konstan. Produksi biomassa sel rata-rata sebesar 0,267g/L dan kadar cemaran limbah rata-rata menurun sebesar 24%. Laju alir keluar (outflow) juga menghasilkan kadar cemaran limbah yang konstan ber-dasarkan parameter total karbon (TC), total dissolve solid (TDS), dissolve oxygen (DO), BOD, dan COD yang menunjukkan bahwa sistem fotobioreaktor kontinyu ini berjalan dengan baik.


1984 ◽  
Vol 75 ◽  
pp. 743-759 ◽  
Author(s):  
Kerry T. Nock

ABSTRACTA mission to rendezvous with the rings of Saturn is studied with regard to science rationale and instrumentation and engineering feasibility and design. Future detailedin situexploration of the rings of Saturn will require spacecraft systems with enormous propulsive capability. NASA is currently studying the critical technologies for just such a system, called Nuclear Electric Propulsion (NEP). Electric propulsion is the only technology which can effectively provide the required total impulse for this demanding mission. Furthermore, the power source must be nuclear because the solar energy reaching Saturn is only 1% of that at the Earth. An important aspect of this mission is the ability of the low thrust propulsion system to continuously boost the spacecraft above the ring plane as it spirals in toward Saturn, thus enabling scientific measurements of ring particles from only a few kilometers.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document