KAJIAN UJI TARIK BETON HVFA MEMADAT SENDIRI TERHADAP BETON NORMAL
<p><em>Fly ash</em> merupakan limbah industri yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Terdiri dari partikel yang halus, dengan kandungan <em>silica</em> (SiO2) yang tinggi. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan<em> pozzolan</em> sebagai pengganti semen yang merupakan bahan pengikat dalam pembuatan beton. Penggunaan <em>fly ash</em> dalam jumlah lebih besar dari 50% disebut dengan <em>High Volume Fly Ash Concrete</em> (HVFAC). Untuk mengatasi permasalahan pemadatan yang kurang optimal saat pengecoran, konsep HVFAC dipadukan dengan <em>Self Compacting Concrete</em> (SCC). Penelitian ini mengkaji pengaruh penggunaan kadar <em>fly ash</em> 50% dan 60% terhadap kuat tarik material beton. Dengan mengkaji beberapa parameter, yaitu hubungan <em>load-displacement</em>, energi fraktur elastik linear dan modulus elastisitas. Eksperimen dilakukan pada beton berdimensi 10x10x40 cm, dengan kadar <em>fly ash</em> 50% dan 60%. Diuji dengan beban tarik secara <em>uniaxial</em>. Rencana mutu beton 30 MPa. Karakteristik HVFA-SCC lalu dibandingkan dengan beton normal usia 28 hari. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan, HVFA-SCC memiliki kekakuan lebih besar dari beton normal, dibuktikan dengan nilai modulus elastisitas yang lebih besar. Tepat sebelum beton putus, HVFA-SCC menghasilkan energi fraktur elastik linear yang lebih besar sehingga membentuk sinyal retak yang lebih baik sebelum terjadinya putus beton.</p>