Hermeneutika Sufistik-Filosofis: Penafsiran Ibn 'Arabi atas Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam QS.Al-Kahfi 60-82.
Artikel ini mendedah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir yang termaktub dalam Qs.Al-Kahfi 60-82. Lazim diketahui bahwa kisah tersebut menceritakan persistiwa-peristiwa yang bersifat mistis dan suprarasional yang dialami oleh Nabi Musa ketika berguru kepada Nabi Khidir. Namun dalam artikel ini, kajian tentang kisah Nabi Musa dan Khidir menjadi lebih menarik karena -dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis- penulis mencoba menguak kisah tersebut melalui perepsektif Ibnu ‘Arabi yang tertuang dalam kitab tafsirnya; Tafsir Ibn ‘Arabi. Sebagaimana kita ketahui bahwa tafsir Ibn ‘Arabi tersebut oleh Husain al-Zahabi dikategorikan sebagai tafsir sufi naz}ari, yaitu tafsir yang dibangun untuk memperkuat dan mempromosikan teori-teori filsafat dan mistik yang dianut oleh mufasir. Walhasil, penafsiran Ibn ‘Arabi terkait kisah tersebut berbeda jauh dengan mainstream tafsir yang sudah ada. Dalam artian, Ibn ‘Arabi membawa penafsirannya atas kisah tersbeut masuk kedalam diskursus sufistik-filosofis. Sebab, dalam kisah tersebut Ibn ‘Arabi tidak menafsirkannya sebagai perjalanan manusia secara jasmaniah (wadak) akan tetapi ditafsirkan secara simbolis-alegoris, yakni sebuah perjalanan ruhaniah, yang dalam hal ini Nabi Musa ditafsirkan sebagai kalbu (hati) yang ingin mencapai maqam kamal atau makrifat kepada Allah melalui bimbingan Nabi Khidir yang ditafsirkan sebagai akal suci (al-‘aql al-qudsi).