scholarly journals Analisa Kepribadian dan Kehidupan Sosial Remaja dengan Orang Tua dan Teman Pergaulan bagi Penyalahguna Napza di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Rokan Hulu

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Arbiah Marpaung ◽  
Zulfan Saam ◽  
Yuyun Priwahyuni ◽  
Novita Rany ◽  
Irwan Muryanto
Keyword(s):  

Banyak faktor yang dapat menyebabkan remaja mengalami penyalahgunaan napza diantaranya adalah pengaruh pergaulan, lingkungan tempat tinggal, ikut-ikutan teman, keluarga yang broken home yang dipengaruhi oleh kurangnya perhatian dan komunikasi antara orang tua dan anak, serta tekanan yang dialami di masa remaja sehingga rentan menyalahgunakan napza. Dari survei di lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada Bulan Maret Tahun 2020 di lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Rokan Hulu, pada Tahun 2018 remaja yang tersangkut masalah napza ada 4 orang, sedangkan pada Tahun 2019 terdapat 18 orang remaja (berkisar umur 13-19 tahun) yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kepribadian dan kehidupan sosial remaja dengan orang tua dan teman pergaulannya bagi penyalahguna napza di Lembaga pemasyarakatan Kelas II B Kabupaten Rokan Hulu tahun 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan cara melakukan wawancara mendalam pada 13 informan tentang analisis kepribadian dan kehidupan sosial remaja. Informan penelitian terdiri dari 4 orang informan utama remaja narapidana penyalahguna Napza,dan 9 orang informan pendukung. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Analisis dilakukan dengan cara mengatur secara sistematis pedoman wawancara kemudian data diproses dan penyajian data secara deskriptif. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 1 April 2020 s.d. 31 Juli 2020. Hasil penelitian  diperoleh sebagian besar  remaja penyalahguna napza memiliki kepribadian negatif yaitu ego strength lemah, sebagian besar hubungan sosial remaja dengan orang tuanya adalah kurang baik dan kurang harmonis, sebagian besar hubungan sosial remaja dengan teman sebayanya adalah   pergaulan  yang tidak sehat. Orang tua memiliki peran yang sangat sentral dalam kehidupan remaja, keluarga yang harmonis akan memberikan efek yang baik bagi pergaulan remaja.

1970 ◽  
Author(s):  
Martin A. Jacobs ◽  
Aron Spilken ◽  
Martin M. Norman ◽  
Luleen Anderson ◽  
Eliyahu Rosenheim

2020 ◽  
Author(s):  
Miftakhuddin

Setiap orangtua punya cara membesarkan anaknya, bergantung pada budaya, tingkat pendidikan, kesejahteraan ekonomis, bahkan latar belakang keagamanaan. Metode yang ditempuh orangtua itu disebut sebagai pola asuh (parenting style). Teknik-teknik di dalamnya akan menjadi bagian utama dalam pembentukan kepribadian anak, termasuk kecerdasan, emosi, dan aspek psikologis lainnya.Namun demikian, terkadang orangtua tak menyadari apakah karkateristik psikologis anaknya sesuai dengan gaya pengasuhan yang mereka terapkan. Ketidaktahuan ini pada gilirannya berakibat pada kelalaian pengasuhan (salah asuh) dan berbagai penyimpangan (behavioral and psychological deviations). Itulah mengapa, pada beberapa kasus, ada anak kyai tapi ia adalah pemabuk dan penjudi, anak seorang guru tapi suka mem-bully teman sekolahnya, bahkan ada juga anak polisi yang justeru terlibat tawuran pelajar.Menurut psikolog, satu hal yang luput ialah kekeliruan dalam memahami situasi psikologis anak dan menyelenggarakan pendidikan keluarga yang sesuai. Sebab, masing-masing anak ialah individu yang unik. Mereka tidak bisa saling disamakan karena perkembangannya dipengaruhi nature (sifat alamiah dari gen orangtua) dan nurture (sifat yang terbentuk dari interaksi dengan lingkungan sosial).Persoalan di atas menjadi semakin rumit, lebih-lebih karena orangtua belum menemukan cara mengidentifikasi karakter anak, prosedur pengukuran kesehatan mental anak, bagaimana mengatasi depresi pada anak, dan bagaimanakah strategi mendidik yang disarankan agar psikologis anak tetap sehat. Buku ini berusaha menyajikan solusi atas problematika tersebut, dengan merujuk pada teori-teori psikologi, hasil penelitian, dan pengalaman empiris dari berbagai riset psikologis di Indonesia. Sebagai bahan kajian yang riil, buku ini juga mengangkat contoh-contoh kasus pola pengasuhan pada keluarga utuh, single parent, dan broken home.


Author(s):  
Mark Muraven ◽  
Jacek Buczny ◽  
Kyle F. Law

Self-control all too often fails. Despite people’s best intentions and considerable negative outcomes, people often find themselves at the losing end of resisting temptation, combating urges, and changing their behavior. One reason for these failures may be that exerting self-control depletes a limited resource (ego depletion) that is necessary for the success of self-control. Hence, after exerting self-control, individuals are less able resist temptations, fight urges, or stop a behavior that results in a loss of self-control. This chapter reviews the evidence for this theory in a wide variety of domains and examines what behaviors appear to deplete ego strength and how depletion affects behavior. A comprehensive theory that examines how depletion operates is put forth and used to examine some factors that might moderate the depletion effect.


1988 ◽  
Vol 52 (1) ◽  
pp. 106-115 ◽  
Author(s):  
David W. Harder ◽  
Deborah F. Greenwald ◽  
Barry A. Ritzler ◽  
John S. Strauss ◽  
Ronald F. Kokes

1965 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 561-562 ◽  
Author(s):  
George A. Golias ◽  
Howard B. Roback

The Dombrose and Slobin IES A-D test was administered to 20 institutionalized female delinquents and 20 female adolescents institutionalized in a mental hospital. As the two groups differed significantly in impulse control ( P < .01) and Ego strength ( P < .05), the claims of the test authors are generally supported.


1962 ◽  
Vol 26 (4) ◽  
pp. 311-316 ◽  
Author(s):  
Leonard Worrell ◽  
Larry K. Hill
Keyword(s):  

Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document