ISO 26262 and ISO IEC 12207: The International Standards Tailoring Process to the whole Sw Automotive Development Life-Cycle by Model-Based Approach

Author(s):  
Demetrio Cortese

In a typical Software Development Life Cycle (SDLC), the software testing life cycle consists of reviewing of the requirements, test planning for design, development and execution. Test designing phase is considered as the most vital and foundational in deriving the test cases against the software or the application to be validate. The known fact is that in order to derive an effective test suite generally consumes a lot of manual efforts and good amount of expertise as well. [1] When the testers validate an application for its correct and required behavior, then that system is known as System Under Test (aka SUT), the most common term used in software testing process. Since, this is purely based on a manual approach and testers may not be able to validate all the possible and required scenarios, there may be risk of putting the system for validation. Because, the application may break under a particular use case. This can be overcome by applying Model Based Testing (MBT).


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Mustofa Mustofa ◽  
Sidiq Sidiq ◽  
Eva Rahmawati

Perkembangan dunia yang dinamis mendorong percepatan perkembangan teknologi dan informasi. Dengan dorongan tersebut komputer yang dulunya dibuat hanya untuk membantu pekerjaan manusia sekarang berkembang menjadi sarana hiburan, permainan, komunikasi dan lain sebagainya. Dalam sektor hiburan salah satu industri yang sedang menjadi pusat perhatian adalah industri video game. Begitu banyaknya produk video game asing yang masuk ke dalam negeri ini memberikan tantangan kepada bangsa ini. Tentunya video game asing yang masuk ke negara ini membawa banyak unsur kebudayaan negara lain. Ini semakin membuat kebudayaan nusantara semakin tergeserkan dengan serangan kebudayaan asing melalui berbagai media. Maka dari itu peneliti mencoba untuk menerapkan Finite State Machine dalam merancang sebuah video game RPG (Role-Playing game) yang memperkenalkan kebudayaan. Dalam perancangan video game ini peneliti menggunakan metode GDLC(Game Development Life Cycle) agar penelitian ini berjalan secara sistematis. Dalam suatu perancangan video game tedapat banyak elemen, pada penelitian ini penulis lebih fokus pada pengendalian animasi karakter yang dimainkan pada video game ini. Dari perancangan yang dilakukan, disimpulkan bahwa Finite State Machine dapat digunakan untuk pengendalian animasi yang baik pada video game RPG. Diharapkan video game ini dapat menjadi salah satu media untuk mengenalkan kebudayaan nusantara


ICIT Journal ◽  
2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 195-204
Author(s):  
Witta Listiya Ningrum

Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia yang memiliki kekayaan berupa kuliner yang beragam. Tetapi seiring berjalannya waktu, makanan khas Jakarta tergeser oleh makanan luar negeri yang masuk ke kota Jakarta. Hal ini membuat masyarakat kurang minat terhadap makanan khas kota jakarta. Aplikasi Resep Jakarta berisi berbagai resep makanan khas Jakarta yang diharapkan aplikasi ini dapat membantu masyarakat dalam membuat makanan kuliner Indonesia khususnya menu makanan Jakarta. Aplikasi ini dibuat menggunakan Android Studio. Metode penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan resep Jakarta adalah SDLC (System Development Life Cycle). Tahapan pertama dilakukan adalah perencanaan, tahapan perancangan, impelementasi dan uji coba. Aplikasi ini sudah dilakukan pengujian, yaitu pengujian menggunakan metode Black-box. Hasil dari uji coba yaitu semua fungsi berjalan dengan baik sesuai harapan. Kata Kunci : Aplikasi, Jakarta, Android, SDLC, Makanan


2017 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
Author(s):  
Restu Yoga Setia ◽  
Deasy Permatasari ◽  
Wahyuni Yuni

Aplikasi Multimedia pembelajaran sebagai salah satu media yang dapatdigunakan dalam penyampaian materi di sekolah, memberikan dampak positifbagi Guru dan Siswa dalam hal pemanfaatan perangkat digitalisasi danTeknologi Informasi di era Globalisasi saat ini. Hal ini termasuk pula memanfaatkan E-Learning yang pada saat ini merupakan media komunikatif dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Mata pelajaran Pendidikan LingkunganHidup (PLH) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang salah satunyamempelajari sub bab materi tentang bencana alam. Dalam Proses PBM disekolah khususnya tingkat Menengah Pertama, rata-rata secara umum Gurusebagai penyampai materi masih menggunakan metode pembelajaran danmedia yang bersifat konvensional, yaitu hanya dengan memanfatkan metodeinteraksi langsung dengan siswa dan media buku-buku pelajaran tanpa ataubahkan tidak sama sekali memanfaatkan perangkat Teknologi Informasi (IT).Hal tersebut menyebabkan siswa harus menalar kronologis kejadian bencanaalam yang dirasakan agak menyulitkan baik bagi pihak Guru maupun Siswadalam memahami materi pelajaran karena akan lebih baik apabila terdapatmedia yang dapat memperlihatkan dengan jelas tentang fenomena bencanaalam dengan menggunakan aplikasi multimedia sebagai media yang dapatmembantu secara visualisasi dalam bentuk video animasi, sehingga materiakan lebih mudah dipahami dan ditalar oleh siswa. Metode pengembangansistem yang digunakan adalah model SDLC (System Development Life Cycle)atau Waterfall. Karena model ini bertujuan menghasilkan sistem dengankualitas yang tinggi, memenuhi harapan penggunanya, tepat dalam waktu danbiaya, bekerja dengan efektif dan efisien dalam infrastruktur TeknologiInformasi yang ada atau yang direncanakan, serta murah dalam perawatan danpengembangan lebih lanjut. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dibuatlahsebuah “Aplikasi Multimedia Pembelajaran Pendidikan Lingkungan HidupTentang Bencana Alam”. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu siswa dalammempelajari materi Pendidikan Lingkungan Hidup tentang bencana alamdengan menonjolkan objek gambar, suara, animasi video, animasi yangmenarik dan interaktif yang diharapkan akan dapat berfungsi dalam membantudalam PBM.


2016 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
Author(s):  
Rani Susanto ◽  
Anna Dara Andriana

System Development Life Cycle atau yang lebih dikenal dengan istilah SDLC adalah metodologi umum yang digunakan untuk mengembangkan sistem informasi. SDLC terdiri dari beberapa fase yang dimulai dari fase perencanaan, analisis, perancangan, implementasi hingga pemeliharaan sistem. Konsep SDLC ini mendasari berbagai jenis model pengembangan perangkat lunak untuk membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi. Model-model SDLC yang sering digunakan antara lain Waterfall dan Prototyping. Pembahasan mengenai model pengembangan perangkat lunak ini terdapat di salah satu materi di mata kuliah Analisis dan Desain Sistem Informasi yang ada di program studi Teknik Informatika yaitu di Bab 2 Pengembangan Sistem Informasi.Hasil perbandingan dari kedua model tersebut menyatakan bahwa model waterfall lebih cocok untuk sistem atau perangkat lunak yang bersifat generik, artinya sistem dapat diidentifikasi semua kebutuhannya dari awal dengan spesifikasi yang umum. Sesuai dengan karakteristik model ini, contoh topik Tugas Akhir/Skripsi yang cocok jika menggunakan model ini adalah tugas akhir/skripsi yang memiliki tujuan untuk membangun sebuah sistem dari awal yang mengumpulkan kebutuhan sistem yang akan dibangun sesuai dengan topik penelitian yang dipilih sampai dengan produk tersebut diuji. Sedangkan prototyping lebih cocok untuk sistem atau perangkat lunak yang bersifat customize, artinya software yang diciptakan berdasarkan permintaan dan kebutuhan (bahkan situasi atau kondisi) tertentu. Sesuai dengan karakteristik model ini contoh topik Tugas Akhir/Skripsi yang cocok jika menggunakan model ini adalah tugas akhir/skripsi yang memiliki tujuan untuk mengimplementasikan sebuah metode atau algoritma tertentu pada suatu kasus.Keywords : System Development Life Cycle, Waterfall, Prototype


Author(s):  
Andriy Lishchytovych ◽  
Volodymyr Pavlenko

The present article describes setup, configuration and usage of the key performance indicators (KPIs) of members of project teams involved into the software development life cycle. Key performance indicators are described for the full software development life cycle and imply the deep integration with both task tracking systems and project code management systems, as well as a software product quality testing system. To illustrate, we used the extremely popular products - Atlassian Jira (tracking development tasks and bugs tracking system) and git (code management system). The calculation of key performance indicators is given for a team of three developers, two testing engineers responsible for product quality, one designer, one system administrator, one product manager (responsible for setting business requirements) and one project manager. For the key members of the team, it is suggested to use one integral key performance indicator per the role / team member, which reflects the quality of the fulfillment of the corresponding role of the tasks. The model of performance indicators is inverse positive - the initial value of each of the indicators is zero and increases in the case of certain deviations from the standard performance of official duties inherent in a particular role. The calculation of the proposed key performance indicators can be fully automated (in particular, using Atlassian Jira and Atlassian Bitbucket (git) or any other systems, like Redmine, GitLab or TestLink), which eliminates the human factor and, after the automation, does not require any additional effort to calculate. Using such a tool as the key performance indicators allows project managers to completely eliminate bias, reduce the emotional component and provide objective data for the project manager. The described key performance indicators can be used to reduce the time required to resolve conflicts in the team, increase productivity and improve the quality of the software product.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document