scholarly journals Hasil Tanaman pada Beberapa Model Tumpang Sari Kentang (Solanum tuberosum L) dan Kacang Faba (Vicia faba L) di Salaran Getsan Jawa Tengah (1500-1700 mdpl)

JURNAL TRITON ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 16-21
Author(s):  
Theresa Vinata Anui ◽  
Dina Rotua Valentina Banjarnahor

Meningkatnya pengetahuan petani tentang dampak buruk yang berkepanjangan penggunaan pupuk kimia sintetis menjadikan praktik tumpangsari dengan tanaman legum semakin digemari. Penelitian terdahulu menyebutkan tumpangsari dengan tanaman legum dapat menjadi pupuk nitrogen organik. Pada petani kentang, tanaman legum yang syarat hidupnya sama dengan syarat hidup tanaman kentang adalah kacang faba. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil tanaman pada beberapa model tumpangsari kentang dan kacang faba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai bulan Mei 2020, di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salaran, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang (ketinggian 1500-1700 mdpl). Perlakuan dalam penelitian ini yaitu kentang dan kacang faba ditanam pada bedengan bermulsa dengan rasio 2:1 (P1), kacang faba ditanam pada setiap sela dua bedengan kentang bermulsa (P2), kacang faba ditanam pada setiap sela bedengan kentang bermulsa (P3), tanaman kentang dengan sistem monokultur yang ditanam pada bedengan bermulsa (P4) dan tanaman kacang faba yang ditanam pada satu bedengan persegi empat tanpa mulsa (P5). Hasil penelitian menunjukkan hasil tanaman kentang tertinggi pada P tetapi hasilnya tidak memenuhi standar varietas granola, serta tanaman kacang faba tidak memberikan hasil. Hasil tanaman kentang  demikian karena pada saat pembentukan umbi terjadi serangan penyakit yang menyerang daun sehingga alat fotosintesis terganggu. Hasil kacang faba demikian karena pengaruh suhu lingkungan yang tidak mendukung pembentukan polong.

Author(s):  
Pedro Cadena-Iñiguez ◽  
Eileen Salinas-Cruz ◽  
Jesús Martínez-Sánchez ◽  
Mariano Morales-Guerra ◽  
Romualdo Vásquez-Ortiz ◽  
...  

Objetivo: Establecer una línea base como fundamento para la intervención e inducción de innovaciones a través de escuelas de campo y planes de negocios. Diseño/metodología/aproximación: El estudio se desarrolló en San José del Carmen, San Cristóbal de Las Casas, Chiapas, México. Se elaboró una encuesta como instrumento para recabar en campo información de familias de la localidad con la finalidad de conocer su situación actual. La localidad de trabajo se eligió utilizando como criterio las poblaciones que se encuentran dentro de Cruzada Nacional contra el hambre y en la clasificación de la pobreza extrema Resultados: La localidad de San José del Carmen es considerada como de alta marginación, la población es bilingüe, su principal lengua es el Tzotzil, el nivel de estudios promedio es hasta el tercer año de primaria, las principales actividades productivas son la siembra de maíz (Zea mays L.), frijol (Phaseolus vulgaris L.), papa (Solanum tuberosum L.) y haba (Vicia faba L.) que son utilizadas principalmente para autoconsumo.  No cuentan con agua potable ya que su sistema es a través de la recaudación de agua de lluvia o a través de un jagüey. Sus principales actividades económicas son la albañilería por parte de los hombres, y venta de productos, tales como el pozol (bebida energética a base de maíz y cacao (Theobroma cacao L.), tostadas y algunos vegetales por parte de las mujeres. Las tostadas son producidas en forma artesanal con un proceso de doble nixtamalización y vendida en bolsas de 20 tostadas cada una, a un costo de MX$10.00 en los mercados de San Cristóbal de las Casas, una a dos veces por semana alrededor de 40 bolsas por día de venta. Limitaciones del estudio/implicaciones: La afiliación zapatista de alguno de los pobladores y el hecho de que algunos habitantes no hablen español, fueron factores que limitaron desarrollar al 100% el estudio; sin embargo, se considera que se tienen los elementos necesarios para establecer la línea base de la situación de San José del Carmen. Conclusiones: El diagnóstico servirá como una herramienta para establecer una intervención a través de innovaciones y planes de negocios en la comunidad de estudio. Los pobladores cuentan con herramientas necesarias para obtener nuevos conocimientos que ayuden a un desarrollo de su producción. El idioma no deberá de ser una limitante para ello.


Agronomie ◽  
1983 ◽  
Vol 3 (5) ◽  
pp. 443-449 ◽  
Author(s):  
Joël LE GUEN ◽  
Gérard MORIN ◽  
Jeanine POISSON
Keyword(s):  

2018 ◽  
Vol 53 (1) ◽  
pp. 132-139
Author(s):  
M.A. Slugina ◽  
◽  
E.O. Shmelkova ◽  
A.A. Meleshin ◽  
E.Z. Kochieva ◽  
...  

2017 ◽  
Author(s):  
Yunita Prameswari ◽  
FNU Djenal ◽  
FNU Damanhuri

Kebutuhan kentang yang semakin tinggi menyebabkan permintaan semakin meningkat. Rendahnya produksi kentang mengakibatkan berbagai upaya untuk peningkatan produksi terus dilakukan. Penggunaan metode kultur jaringan yaitu metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ dalam kondisi aseptik, sehingga dapat diperbanyak dan beregenerasi menjadi tanaman utuh dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan pembentukan umbi mikro kentang (Solanum Tuberosum L.) varietas granola kembang secarain vitro dengan menggunakan dua faktor dan 3 kali ulangan. Faktor pertama yaitu aspirin dengan tiga taraf (5,10,15) ppm. Faktor kedua yaitu kinetin dalam tiga taraf (8,10,12) ppm. Penelitian menggunakan seluruh propagul kentang yang berumur 30 hari setelah subkultur dan data yang didapat dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi aspirin dan kinetin tidak berpengaruh terhadap jumlah akar, kedinian umbi, dan bobot umbi. Interaksi perlakuan terbaik bagi pembentukan tunas yaitu A2K1 aspirin 10 ppm dan kinetin 8 ppm sedangkan Interaksi perlakuan terbaik pada parameter jumlah umbi yaituA3K2 aspirin 15 ppm dan kinetin 10.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document