data grid
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

532
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

26
(FIVE YEARS 2)

2021 ◽  
Author(s):  
Kanako Asano ◽  
Hidetaka Watanabe ◽  
Takeshi Mori ◽  
Nobuhisa Suzuki ◽  
Takekazu Arakawa

2021 ◽  
Author(s):  
Kanako Asano ◽  
Hidetaka Watanabe ◽  
Takeshi Mori ◽  
Nobuhisa Suzuki ◽  
Takekazu Arakawa

2021 ◽  
Vol 22 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Endi Ramadhani ◽  
Slamet Suprayogi ◽  
Mohammad Pramono Hadi
Keyword(s):  

Sub DAS Samin sebagai bagian dari DAS Bengawan Solo, termasuk dalam 15 DAS kritis prioritas nasional. Banyak kajian hidrologi yang telah menunjukkan adanya perubahan respon hidrologi akibat perubahan penggunaan lahan. Salah satu pendekatan dalam menilai tingkat kekritisan dan respon hidrologi DAS adalah dengan mengkaji kondisi limpasan dengan pemodelan hidrologi SWAT. Namun di sisi lain, dari banyak kajian pemodelan hidrologi yang ada, masih terbatas pada penggunaan data iklim observasi; sedangkan pemanfaatan multidata iklim satelit dengan model hidrologi SWAT, telah menunjukkan potensi akurasi kajian hidrologi DAS yang baik. Tiga dasar tujuan penelitian di Sub DAS Samin antara tahun 2004 dan 2013 yaitu menganalisis persebaran dan perubahan penggunaan lahan, menganalisis akurasi hasil simulasi limpasan menggunakan data grid iklim satelit dan menganalisis pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap limpasan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pemodelan SWAT, identifikasi kondisi lapangan, serta analisis korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe penggunaan lahan di Sub DAS Samin antara tahun 2004 dan 2013, memiliki persebaran yang beragam dan bersifat heterogen, dengan hasil interpretasi menunjukkan tren perubahan vegetasi rapat berukuran besar ke vegetasi rendah berukuran sedang, yang dipicu oleh adanya pemanfaatan lahan intensif. Dari lima jenis dataset curah hujan satelit, data TRMM memiliki akurasi terbaik, karena kecocokan spesifikasi data dengan tipologi Sub DAS Samin sebagai kawasan DAS beriklim tropis. Tidak signifikannya pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap limpasan di Sub DAS Samin, secara teknis pemodelan disebabkan oleh adanya ketidakpastian hasil analisis model dan secara teoritis hidrologi disebabkan oleh perbedaan tata perlakuan/sistem manajemen pada masing-masing tipe penggunaan lahan dalam satuan lahan yang sama.


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
Author(s):  
Rudi Herlianto Hapsoro ◽  
Putra Maulida
Keyword(s):  

Indonesia tersusun di atas empat lempeng tektonik besar yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Lempeng-lempeng tektonik tersebut saling bergerak secara aktif dan dinamis sehingga mengakibatkan terjadinya deformasi pada kerak bumi. Deformasi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, posisi, maupun dimensi pada objek-objek di atas permukaan tanah, termasuk objek-objek pengukuran dan pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian ATR/BPN. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada objek-objek pengukuran dan pemetaan (data administrasi pertanahan) akibat adanya deformasi pada kerak bumi. Data pertanahan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk data grid dan data hasil pengukuran di lapangan. Data pertanahan tersebut kemudian dimodelkan perubahannya akibat adanya deformasi. Model deformasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model deformasi yang dibuat oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Selain itu, digunakan pula model potensi gempa bumi di selatan jawa untuk menghitung pergeseran teoritis akibat deformasi koseismik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa deformasi yang terjadi selama 14 tahun mengakibatkan pergerakan sejauh 40 cm. Selain model linear yang diakomodasi oleh model deformasi yang dibuat oleh BIG, pergerakan tiba-tiba akibat gempa bumi juga berpotensi mengakibatkan pergerakan yang bersifat lokal maupun regional. Tentunya pergerakan ini secara eksplisit berdampak kepada perubahan posisi data pertanahan. Perubahan posisi tersebut berpotensi mengakibatkan terjadinya perubahan luas maupun terjadinya overlap dan gap yang akan menjadi permasalahan tersendiri pada kegiatan pemetaan di BPN.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 83-100
Author(s):  
Zauyik Nana Ruslana ◽  
Restu Tresnawati ◽  
Rosyidah Rosyidah ◽  
Iis Widya Harmoko ◽  
Siswanto Siswanto

Kejadian banjir di Kabupaten Kebumen tanggal 26 Oktober 2020 dipicu oleh hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrim yang berlangsung sejak Minggu (25 Oktober 2020) sore hingga Senin (26 Oktober 2020). Beberapa pos pengamatan hujan (kerjasama) menunjukkan curah hujan >150mm/hari (kategori ekstrim) dalam rentang waktu hujan tanggal 24-26 Oktober 2020. Analisis curah hujan kumulatif dasarian ke-III bulan Oktober 2020 di wilayah Kabupaten Kebumen menunjukkan curah hujan >300mm/dasarian (kriteria sangat tinggi). Sebelumnya, pada dasarian ini BMKG Stasiun Klimatologi Semarang memprakirakan sebagian besar wilayah Kabupaten Kebumen diprakirakan dalam kriteria menengah dengan curah hujan berkisar antara 101-150mm/dasarian. Berdasarkan laporan yang masuk ke BPBD Kebumen sedikitnya 25 desa di 7 kecamatan terendam banjir karena beberapa sungai yang ada di Kebumen meluap. Paper ini bertujuan menguji keandalan prakiraan curah hujan dasarian operasional dengan membandingkan luaran prakiraan dengan data observasi pada kondisi ekstrem tersebut. Uji sensitivitas model univariat HyBMG dan ECMWF dilakukan dengan metode visual kesesuaian spasial, korelasi sederhana dan RMSE. Hasil analisis menunjukkan nilai luaran prakiraan ECMWF memiliki nilai RMSE terkecil namun dengan nilai korelasi yang negatif. Korelasi kuat diperoleh dari metode ANFIS dengan nilai RMSE sebesar 556,5. Dapat disimpulkan bahwa luaran model ANFIS memiliki tingkat sensitivitas luaran prakiraan yang lebih handal untuk kejadian hujan ekstrim pada hari Minggu (25 Oktober 2020) di Kabupaten Kebumen. Metode HyBMG memerlukan penambahan input data series lebih banyak lagi sehingga informasi yang terkumpul lebih banyak dan data grid luaran ECMWF menjadi lebih rapat, diharapkan dapat menghasilkan nilai prediksi yang lebih baik lagi.


2020 ◽  
Author(s):  
Kshitiz Verma ◽  
Anshu Musaddi ◽  
Ansh Mittal ◽  
Anshul Jain

Indian Judiciary is suffering from burden of millions of cases that are lying pending in its courts at all the levels. The High Court National Judicial Data Grid (HC-NJDG) indexes all the cases pending in the high courts and publishes the data publicly. In this paper, we analyze the data that we have collected from the HC-NJDG portal on 229 randomly chosen days between August 31, 2017 to March 22, 2020, including these dates. Thus, the data analyzed in the paper spans a period of more than two and a half years. We show that:• the pending cases in most of the high courts are increasing linearly with time.• the case load on judges in various high courts is very unevenly distributed, making judges of some high courts hundred times more loaded than others.• for some high courts it may take even a hundred years to clear the pendency cases if proper measures are not taken.We also suggest some policy changes that may help clear the pendency within a fixed time of either five or fifteen years. Finally, we find that the rate of institution of cases in high courts can be easily handled by the current sanctioned strength. However, extra judges are needed only to clear earlier backlogs.


Author(s):  
Kanako Asano ◽  
Hidetaka Watanabe ◽  
Takeshi Mori ◽  
Nobuhisa Suzuki ◽  
Takekazu Arakawa

Abstract The effects of the profile data grid on the compression or bending capacity of line pipes are discussed in this paper. An X65 600 mm line pipe and an X80 1200 mm line pipe are used in the sensitivity study. The initial profiles of the 600 mm line pipe are used for finite element analyses with different data grid sizes from 600 mm to 25 mm squares. Those of the 1200 mm line pipe are considered by varying the data grid from 1200 mm to 50 mm squares. With decreasing grid size, the compression or bending capacity tends to decrease and become stable when the data grid becomes 1/3 of the pipe diameter. The compression capacity is as small as 90% of that without profile data. The bending capacity of the 600 mm pipe pressurized to 60% SMYS decreases to 35%, while bending capacity of the 1200 mm pipe is 46% of that without profile data at the same pressure.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document