Rumoh: Journal of Architecture
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

9
(FIVE YEARS 9)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Muhammadiyah Aceh

2088-9399

2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 40-48
Author(s):  
Farisa Sabila ◽  
Irin Caisarina ◽  
Afifa Salsabila

Pesatnya perkembangan pembangunan kota memicu terjadinya kelangkaan lahan akan tempat tinggal bagi masyarakat. Ketidakmampuan akan penyediaan lahan-lahan permukiman baru juga memicu berkembangnya kawasan-kawasan permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan lahannya. Adapun salah satu contoh yang lazim ditemukan dari fenomena perubahan guna lahan ialah tumbuhnya permukiman kumuh di sempadan sungai. Kawasan bantaran sungai Krueng Daroy, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar mengalami permasalahan terkait ketidaksesuaian penggunaan lahan berupa berkembangnya permukiman kumuh di bantaran sungai sejak tahun 1989 hingga saat ini. Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah kawasan ini merupakan kawasan yang mengalami kerentanan akibat ancaman banjir sepanjang tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh di bantaran Sungai Krueng Daroy melalui identifikasi terhadap pola perkembangan spasial kawasan permukiman kumuh dan aspek fisik dan non fisik yang membentuk kawasan kumuh di bantaran Sungai tersebut serta menelusuri faktor pemicu berkembangnya permukiman kumuh di kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif untuk menemukan karakteristik serta faktor yang mendasari terbentuknya permukiman kumuh melalui observasi dan kuisioner terhadap persepektif masyarakat terkait permukiman kumuh. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan eksisting yang berada di kawasan sempadan sungai Krueng Daroy didominasi aktivitas permukiman dengan kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan standar rumah layak huni. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kawasan kumuh di Krueng Daroy adalah faktor demografi, sosial ekonomi, akses terhadap fasilitas publik, preferensi, regulasi, sosialiasi serta partisipasi masyarakat dalam menyusun arahan rencana tata ruang. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan membuka gagasan bagi studi lanjutan untuk memberikan rekomendasi terkait penyelesaian permasalahan kumuh di kawasan Krueng Daroy agar kawasan sungai tetap terjaga serta membuka opsi kepada masyarakat agar dapat hidup dengan layak pada area permukiman yang direkomendasikan nantinya.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 77-81
Author(s):  
Wanda Yovita

Concrete Filled Steel Tube (CFST) adalah pipa besi yang diisi dengan beton dan merupakan salah satu material alternatif untuk struktur bangunan sederhana. Disaat penggunaan baja Wide Flange (WF) dirasa melewati anggaran yang dibatasi oleh pemilik bangunan maka penggunaan kolom CFST bisa dijadikan pilihan. Pada pembangunan sebuah rumah tinggal dua lantai di daerah Bandung, pemilik bangunan dan kontraktor memutuskan untuk menggunakan material alternatif ini untuk mengurangi biaya konstrusi yang dibutuhkan. Kolom lantai dua dari bangunan ini menggunakan CFST sedangkan lantai dasar menggunakan baja Wide Flange (WF). Penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses dilakukannya eksperimen penerapan kolom CFST pada bangunan rumah tinggal dua lantai tersebut. Keputusan membangun menggunakan kombinasi material ini telah dilakukan setelah melalui diskusi oleh pemilik, arsitek dan kontraktor. Penerapan kolom CFST pada bangunan rumah tinggal ini dilakukan dengan material pipa besi kotak ber SNI denan ukuran 10 cm x 10 cm dengan ketinggian 3 meter. Pengisian beton di dalam besi dilakukan dengan memadatkan campuran semen K225 dengan material konstruksi terbaik yang ada di wilayah pembangunan. Modul struktur yang digunakan adalah 3 m x 3 m dengan metode konstrusi menggunakan teknik sederhana yaitu menyambung kedua material dengan plat dan sambungan pengelasan. Plat baja yang digunakan berukuran 15x30 cm juga diberi angkur berukuran sama. Pekerjaan kolom CFST ini tidak memerlukan bekisting sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga kerja. Pada tahap finishing arsitektural  pekerjaan juga menjadi lebih mudah karena dimensi kolom CFST berukuran sama dengan batu bata dinding pengisi.   Hasil penelitian menunjukkan penerapan kolom CFST pada rumah tinggal ini terbukti dapat dilaksanakan lebih cepat dan murah dibandingkan penggunaan material bangunan rumah tinggal konvensional.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 55-62
Author(s):  
Myna Agustina Yusuf ◽  
Irin Caisarina ◽  
Sanna Nadia

Salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah meningkatkan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat. Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang masih belum maju dalam pengembangan wilayahnya jika dibandingkan dengan kota/kabupaten di sekitarnya. Pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar cukup penting dilakukan terutama memiliki sektor beragam dalam wilayah administratif yang sangat luas yaitu 404,35 Km2. Pengembangan dapat dilakukan melalui sektor unggulan wilayah yang menggambarkan potensi daya saing kompetitif dan spesialisasi dalam lingkup kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan daerah Kabupaten Aceh Besar, memetakan potensi dan peluangnya kemudian merekomendasikan pengembangan wilayahnya berdasarkan persepsi stakeholder. Data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten dan hasil wawancara. Sektor unggulan ditetapkan dalam tiga tahapan analisis sektor ekonomi wilayah yaitu Location Quotient (LQ), Shift Share, dan Klassen Typology. Perumusan strategi didasarkan atas olahan hasil wawancara dan analisis SWOT. Hasil analisis sektor unggulan menunjukkan yang memiliki pertumbuhan serta kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Besar adalah kontruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor, sektor informasi dan komunikasi serta sektor real estate. Potensi utamanya adalah lokasinya yang strategis, namun kualitas SDM rendah sebagai kelemahan utamanya. Langkah pengembangan wilayah yang dapat dilakukan adalah membangun tenaga kerja memiliki kualitas kompetensi tinggi, mengembangkan inovasi teknologi BIM (Building Information Modelling), meningkatkan produksi komoditas yang berpotensi dan memiliki nilai jual tinggi, meningkatkan potensi SDM untuk memaksimalkan potensi, melakukan pengembangan sistem transportasi yang terintegrasi dengan transportasi Kota Banda Aceh, meningkatkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan informasi dan komunikasi, dan melakukan pengendalian pembangunan perumahan.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 49-54
Author(s):  
Theresia Emi Rahayu
Keyword(s):  

Salah satu upaya untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 adalah dengan membatasi aktivitas penghuni di luar rumah. Fungsi rumah menjadi lebih bervariasi karena kegiatan yang berlangsung di dalam rumah tinggal tidak hanya beristirahat, makan, dan membersihkan diri, namun juga bekerja, sekolah, beribadah dan rekreasi. Perubahan atau penyesuaian pada rumah tinggal dilakukan untuk mewadahi perubahan aktivitas tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyesuaian pada rumah tinggal yang dilakukan oleh masyarakat, sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk perencanaan rumah tinggal selanjutnya. Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan kuesioner googleform yang disebarkan pada responden di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta pada bulan Februari tahun 2021, kemudian dianalisis dengan metode korelasi dan diuraikan secara deskriptif. Kesimpulan yang didapatkan yaitu sebagian besar responden menerapkan sistem bekerja secara kombinasi atau berselang-seling antara WFH (Work from Home) dan WFO (Work from Office), sedangkan anak usia sekolah hampir keseluruhannya belajar dari rumah. Berdasarkan jenis pekerjaan, responden dengan pekerjaan wiraswasta tidak ada perubahan lokasi bekerja. Aktivitas sosial yang sebelumnya dilakukan di luar rumah, berubah menjadi dihilangkan atau dilakukan secara daring. Penyesuaian pada rumah tinggal untuk mewadahi perubahan aktivitas ini sebagian besar dilakukan oleh responden dengan status rumah milik sendiri, meskipun kondisi rumah sudah dianggap mendukung kesehatan penghuninya.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Suci Farahdilla

Textile industry in the nineteenth century of the British empire was one of the milestone industries which center around cotton mills. The development of this industry attracted many people who wished to increase their life’ standard to migrate to area near the factories located in order to work there. As much as giving revenue for the country, these factories also gave impact to the environment as well as people living and working in it. There were three things behind the environmental impact during the Victorian era of textile industry, fire hazard, mills’ poor conditions and factory bill. Flammable materials, like raw cotton which mainly used in this industry, and high temperature room caused the factories engulfed in fire. The lacked protection from fire of the factories’ construction then led to a new building method being introduced and applied called the “Fireproof Construction”. Poor health condition of the workers who worked in high humidity and temperature of cotton mills brought a creation of factory bill (Factory Act) being passed.  However, the act that was supposed to act as a regulation for factories owners to offer their worker a much more suitable place to work was hardly fully implied during this time. The writer used literature review method in collecting data. This article therefore intended to deliver the reader about the environment situation in the cotton factories while also giving the idea on how hardly an ideal comfort was achieved.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 24-31
Author(s):  
Ina Indah Rahmadani ◽  
Wahyu Heny K. Sapardir ◽  
Ully Amrina

Rumah Ulu merupakan model rumah panggung yang khas dari pedalaman Sumatera Selatan yang masih dapat dijumpai di desa-desa di sepanjang Sungai Komering. Rumah-rumah Ulu di Desa Kangkung saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Beberapa mengalami modifikasi, rusak bahkan ambruk. Rumah menjadi saksi sejarah perkembangan arsitektur saat itu. Ini tercermin dari tampilan bangunan dan ruang-ruang yg ada di dalamnya. Sayangnya Upaya pelestarian Rumah Ulu tradisional di pedesaan juga dirasa belum maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola ruang rumah Ulu berbentuk sederhana dan sangat fungsional. Ruang-ruang yang ada menggambarkan kebutuhan dasar ruang di dalam rumah. Pola ini juga tampaknya diterapkan pada pembangunan perumahan masa kini pada umumnya.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 32-39
Author(s):  
Mitra Ariansyah ◽  
Muhammad Joni

Aceh Selatan termasuk sebagai daerah yang memiliki nilai Keislaman yang tinggi, hampir disetiap kampung memiliki masjid dan hampir di setiap desa/kelurahan ada Majelis Taklim dan Pondok Pesantren, Untuk saat ini jumlah pesantren di Kabupaten Aceh Selatan terdapat Enam puluh lima Pondok Pesantren dan masjid berjumlah Dua ratus tujuh puluh masjid. Maka dari itu perlu hadirnya sebuah pusat kegiatan umat Islam di Aceh Selatan. Islamic Center di Aceh Selatan terletak di Kota Fajar Kecamatan Kluet Utara, maksud dari  bangunan ini yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat, pemberdayaan dan peningkatan lembaga keagamaan, meningkatkan pengetahuan dan keimanan, bertujuan yaitu, mewujudkan wadah pusat pengembangan kegiatan Islam di Aceh Selatan yang dapat menunjang kegiatan dalam bidang dakwah, sosial pendidikan, dan kebudayaan. Islamic Center tingkat kabupaten yaitu Islamic Center yang berada di wilayah lokal Kabupaten dan mempunyai masjid bertaraf kabupaten, yaitu masjid agung, yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti Peribadatan/ibadah, fasilitas mu’amalah dan fasilitas tarbiyah. lebih banyak berorientasi pada operasional pembangunan dakwah secara langsung. Penerapan tema Intangible Metaphora pada bangunan Islamic Center ini tranformasi dari bentuk tangan ketika berdo’a hingga membentuk block-block bangunan yang berjumlah 10 sesuai dengan jumlah jemari tangan. Tema Intangible Metaphor ini diharapkan bahwa sesuai fungsinya bangunan ini sendiri dapat menjadi media penyedia dan informasi tentang Islamic Center Aceh Selatan. Luas lahan 40.000m², luas lantai dasar 9.505m², luas lantai keseluruhan 38.020 m², massa tunggal, dengan kapasitas di dalam bangunan menampung 3000 jamaah, serta di luar bangunan menampung 1000 jamaah. Fasilitas kegiatan utama adalah ruang Ruang Shalat, Kantor Pengelola, Kantor Baziz, Ruang Kelas, Perpustakaan, Mess dan Radio dakwah. Sedangkan penunjang ada Auditorium, Restoran dan pos penjagaan.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 7-13
Author(s):  
Desi Safriana

Keberadaan taman kota merupakan hal yang sangat penting dalam perancangan kota. Selain berfungsi sebagai fasilitas publik, taman kota juga sangat penting keberadaannya jika ditinjau dari berbagai aspek. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Provinsi Aceh, setiap Kabupaten/Kota harus memiliki kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 30%. Penelitian ini mengambil tempat di Kota Sigli yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Indonesia. Pemerintah Kota Sigli saat sekarang ini sedang melakukan pembangunan di berbagai sisi, salah satunya adalah pembangunan taman kota sebagai fasilitas ruang terbuka hijau dan ruang publik. Taman Kota yang berada di jalan Merdeka, tepatnya di tepian sungai Sigli ini sangat berpotensi untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan akan ruang terbuka atau sarana publik. Namun berdasarkan pengamatan penulis di lokasi, taman kota ini terlihat sepi dari pengunjung, kurang terawat dan disalahgunakan sebagai tempat pembuangan sampah. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi masyarakat dan lingkungan, mengingat taman kota ini merupakan fasilitas publik yang harus dioptimalkan dengan baik. Untuk meningkatkan kunjungan dan pemanfaatan Taman Kota Sigli ini maka di perlukan tindakan untuk perubahan atau melakukan revitalisasi. Untuk mengetahui tindakan apa yang mesti dilakukan, maka diperlukan identifikasi persepsi masyarakat kota Sigli mengenai taman tersebut. Untuk itu maka dilakukan penelitian ini guna terciptanya taman pusat kota yang representative bernuansa Islami sebagai bagian ruang publik pusat Kota Sigli. Berdasarkan temuan penelitian, telah direncanakan penataan ulang Taman Kota Sigli yang representative dan bernuansa Islami. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi Pemerintah dan masyarakat Kota Sigli.


2021 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 14-23
Author(s):  
Ahmadi Ahmadi ◽  
Faiza Aidina

Redesain Asrama Haji Aceh dilatar belakangi oleh beberapa masalah yang terjadi baik dari segi penataan ruang luar maupun sarana dan prasarana yang sudah tidak nyaman karena bangunan antar massa terlalu jauh, penataan parkir yang tidak teratur dan sirkulasi jalur masuk dan keluar yang tidak terarah sehingga membuat kemacetan pada saat musim haji. Perencanaan Redesain Asrama Haji Aceh berlokasi di jalan T. Nyak Arif, Lingke, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Maksud dari perencanaan ini adalah dapat memberikan kenyamanan bagi jamaah dan menyediakan fasilitas yang memadai untuk jamaah yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. Klasifikasi Redesain Asrama Haji Aceh merupakan Type Asrama Haji Embarkasi, yaitu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Perencanaan ini menerapkan tema Green Architecture dengan memanfaatkan kondisi dan sumber energy alami, menaggapi keadaan tapak pada bangunan dan memperhatikan pengguna bangunan. Analisis  yang  dipakai  dalam  bangunan  ini  yaitu  analisis fungsional, analisis tapak dan analisis bangunan. Redesain Asrama Haji Aceh menerapkan pemanfaatan air hujan dan penerapan vertical garden. Luas Lahan 25.300 m2. Bangunan bermassa banyak dan bertingkat rendah, Koefesien Dasar Bangunan (KDB) 151.800 m2 dan luas keseluruhan bangunan 50.600 m2. Redesain Asrama Haji Aceh memiliki 84 kamar dengan kapisitas satu kamar 4 orang. Fasilitas  penunjang Redesain Asrama Haji Aceh yaitu kantin, masjid dan pos satpam.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document