location quotient
Recently Published Documents


TOTAL DOCUMENTS

576
(FIVE YEARS 333)

H-INDEX

12
(FIVE YEARS 2)

2022 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 1069-1089
Author(s):  
Burhanudin Yusuf Hanafi ◽  
Wiwin Priana

The most successful agricultural sub-sectors in Lamongan and Tuban districts are the subjects of this study. In Lamongan and Tuban districts, agriculture is the most significant industry. Agriculture, forestry, and fisheries, as well as energy and gas procurement, clean water, waste management, construction, and wholesale and retail trade, have the potential to become basic industries in Lamongan Regency. Automotive repair, information technology (ICT), military cooperation and manufacturing are some of the other sectors in the area. Lamongan Regency has a population of 200,000 people. Agriculture, forestry and fisheries account for an average of 2.9 percent of basic sector production. Agriculture is one of the fastest growing businesses in the United States, according to shift share data. are in the second or third best quadrant. There are several industries in Tuban Regency that can become the backbone of the economy. These industries include food production and forestry as well as fisheries and mining. Tuban Regency can also be at the forefront in the fields of technology, defense, government administration, and social security. Agriculture, forestry, and fisheries make up the majority of the output of the fundamental sector. By shifting share, agriculture is one of America's fastest growing businesses. They are in the upper quartile, which indicates that they are very good.  Keywords: Location Quotient Analysis, Shift Share, Klassen Typology


2022 ◽  
Vol 28 (3) ◽  
pp. 294-306
Author(s):  
Patta Tope
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah sector pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sector basis di Provinsi Sulawesi Tengah guna memberikan gambaran kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di Sulawesi Tengah. Alat analisis yang digunakan dalam kajian ini meliputi Location Quotient (LQ) dan Shift-Share. Dari hasil perhitungan melalui LQ diperoleh bahwa sector pertanian, kehutanan dan perikanan secara umum adalah sector basis di Provinsi Sulawesi Tengah karena mempunyai nilai LQ yang lebih besar dari satu. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik tetapi juga dapat melayani pasar ekspor. Potensi ekspor sector pertanian, kehutanan dan perikanan di Sulawesi Tengah pada tahun 2016 sebesar Rp.14.814.927,3 juta sedangkan pada tahun 2020 potensi ekspornya sebesar Rp.11.700.760,1 juta. Berdasarkan analisis shift share yang dilakukan, menunjukkan bahwa sector pertanian, kehutanan dan perikanan di Sulawesi Tengah selama periode 2016-2020 mengalami peningkatan sebesar Rp.2.664.168,78 juta. Pengaruh pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Indonesia terhadap pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Sulawesi Tengah memberikan kontribusi positif sebesar Rp.3.655.336,36 juta. Output yang dihasilkan dari bauran industri (industry mix) pada sector pertanian, kehutanan dan perikanan di Sulawesi Tengah berdampak positif dengan nilai sebesar Rp.62.354,54 juta. Sector pertanian, kehutanan dan perikanan di Sulawesi Tengah periode 2016-2020 telah menunjukkan tingkat penurunan daya saing relative terhadap sektor yang sama di level nasional dengan nilai sebesar Rp.-1.053.522,11 juta.


2022 ◽  
Vol 43 (1) ◽  
pp. 241-262
Author(s):  
Matheus Demambre Bacchi ◽  
◽  
Alexandre Nunes Almeida ◽  
Tiago Santos Telles ◽  
◽  
...  

The milk production chain has relevance for the Brazilian economy, generating jobs and income. In addition, milk production, because of family-based farms, has an important social function. However, milk production is spatially heterogeneous in Brazil, especially due to the different technological patterns of production. In this context, the objective of this study was to verify the spatio-temporal distribution and dynamics of milk production in Brazil. For this purpose, milk production in Brazil in 2000 and 2016 was analyzed. The Brazilian microregions that specialize in milk production were identified using location quotient (LQ). An exploratory analysis of spatial data and Moran’s I were used to measure spatial autocorrelation among regions. Finally, principal component analysis (PCA) was used to assess the grouping relationships of variables as a function of the regions that specialize in milk production. Between 2000 and 2016, there was a decrease in the number of microregions that specialize in milk production. Thus, in 2016, approximately 20% of the microregions and over 22% of Brazilian municipalities specialized in milk production. The microregions and municipalities that specialize in milk production were concentrated mainly in the states of Minas Gerais and Goiás and in the Southern region of Brazil. There was an increase in milk productivity in all regions of the country, especially in those regions where production was concentrated. The formation of high-high clusters was found in the most productive regions of the country, i.e., in the South and Southeast, where the effects of technological spillover were observed, and the formation of low-low clusters was observed in the less productive regions, i.e., in the North and Northeast. Two main components were formed. The first component aggregated variables related to milk production in volume, and the second component aggregated variables inherent to productivity. It was possible to verify the recent growth in milk production and productivity in the country as well as to demonstrate the heterogeneity in production. Although there was a decrease in the number of microregions and municipalities that specialize in milk production, there was a concentration and increase in milk production and productivity in Brazil.


2021 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 179
Author(s):  
Anggraeini Puspitasari ◽  
Budi Widayanto ◽  
Dwi Aulia Puspitaningrum

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota  besar sekaligus  menjadi ibukota provinsi dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Meskipun menjadi pusat perkotaan, sektor pertanian masih mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian di kota ini, khususnya di bidang peternakan. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis peran subsektor peternakan di Kota Yogyakarta, (2) menganalisis strategi pengembangan subsektor peternakan untuk mendukung ekonomi lokal Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu  menggunakan metode deskriptif. Jenis penelitian yaitu studi kasus. Metode pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan Focus Group Discussion (FGD), observasi, wawancara, studi literatur, dan dokumentasi. Teknis analisis data menggunakan analisis Location Quotient (LQ, matriks Internal Faktor Evaluation (IFE), matriks External Faktor Evaluation (EFE), matriks Internal-Eksternal (IE), matriks Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats (SWOT), dan Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Subsektor peternakan menjadi subsektor basis di Kota Yogyakarta sehingga subsektor peternakan memiliki peran menjadi subsektor penggerak utama terhadap perekonomian Kota Yogyakarta, (2) Strategi pengembangan subsektor peternakan yang dapat diterapkan di Kota Yogyakarta adalah strategi pengembangan produk cara perbaikan kualitas ternak untuk menghasilkan produk ternak yang aman dan memaksimalkan pengolahan produk limbah ternak.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 10-17
Author(s):  
Irawan Wibisonya
Keyword(s):  

Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, sektor unggulan mempunyai peran yang sangat sentral. Selain sebagai sektor yang efektif juga menjadi motor penggerak dalam mengembangkan sektor yang lainnya. Atas dasar sektor ekonomitersebut maka sangat perlu dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan dan teori. Selain itu sektor ekonomi juga merupakan salah satu sektor yang cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan pertanian di Kabupaten Cianjur, Menganalisis spesialisasi pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Cianjur, Menganalisis Pertumbuhan Sektor-sektor Unggulan di Kabupaten Cianjur. Dengan metode analisis menggunakan Location Quotient, Spesialisasi Regional dan Shift Share. Hasil penelitian ini, menunjukan bahwa sektor pertanian menjadi sektor basis unggulan di Kabupaten Cianjur. Sedangkan Spesialisasi Pertumbuhan  Sektor pertanian menunjukan bahwa Tidak terdapat Spesialisasi Pertumbuhan Sektor pertanian di Kabupaten Cianjur terhadap Provinsi Jawa Barat. Kemudian berdasarkan hasil Shift Share menunjukan Terdapat sector ekonomi di Kabupaten Cianjur tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan provinsi rata–rata yakni satu diantaranya Sektor pertanian yakni  1.336.256,592, kemudian sektor Industri Pengolahan memiliki nilai tertinggi ke dua  784.584,193, dan sebagian besar sektor di Kabupaten Cianjur relatif  berkembang, namun sektor pertanian rata-rata relatif kurang berkembang atau maju untuk skala regional, ini terlihat dari nilai Ppi yang bernilai negatif. Kabupaten Cianjur memiliki daya saing yang cukup baik, khususnya sektor pertanian yang sangat kuat dalam pangsa wilayah.


2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 55-62
Author(s):  
Myna Agustina Yusuf ◽  
Irin Caisarina ◽  
Sanna Nadia

Salah satu tujuan pengembangan wilayah adalah meningkatkan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat. Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh yang masih belum maju dalam pengembangan wilayahnya jika dibandingkan dengan kota/kabupaten di sekitarnya. Pengembangan wilayah Kabupaten Aceh Besar cukup penting dilakukan terutama memiliki sektor beragam dalam wilayah administratif yang sangat luas yaitu 404,35 Km2. Pengembangan dapat dilakukan melalui sektor unggulan wilayah yang menggambarkan potensi daya saing kompetitif dan spesialisasi dalam lingkup kabupaten. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sektor unggulan daerah Kabupaten Aceh Besar, memetakan potensi dan peluangnya kemudian merekomendasikan pengembangan wilayahnya berdasarkan persepsi stakeholder. Data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten dan hasil wawancara. Sektor unggulan ditetapkan dalam tiga tahapan analisis sektor ekonomi wilayah yaitu Location Quotient (LQ), Shift Share, dan Klassen Typology. Perumusan strategi didasarkan atas olahan hasil wawancara dan analisis SWOT. Hasil analisis sektor unggulan menunjukkan yang memiliki pertumbuhan serta kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Besar adalah kontruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor, sektor informasi dan komunikasi serta sektor real estate. Potensi utamanya adalah lokasinya yang strategis, namun kualitas SDM rendah sebagai kelemahan utamanya. Langkah pengembangan wilayah yang dapat dilakukan adalah membangun tenaga kerja memiliki kualitas kompetensi tinggi, mengembangkan inovasi teknologi BIM (Building Information Modelling), meningkatkan produksi komoditas yang berpotensi dan memiliki nilai jual tinggi, meningkatkan potensi SDM untuk memaksimalkan potensi, melakukan pengembangan sistem transportasi yang terintegrasi dengan transportasi Kota Banda Aceh, meningkatkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan informasi dan komunikasi, dan melakukan pengendalian pembangunan perumahan.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 128-136
Author(s):  
MAMAN HILMAN MAMAN ◽  
Qushayyi Hafidz Alhiyami

Perkembangan sektor  industri dalam pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari peranan Industri Kecil Menengah (IKM). Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang berada diujung selatan provinsi jawa barat yang juga memiliki peranan potensi IKM sebagai daya tarik peluang pengembangan yang mampu menghasilkan Industri Kecil Menengah (IKM) tersebut terdiri atas usaha kecil menengah sebanyak 91 dan 39 jenis usaha didominasi oleh yang menguasai sektor IKM dan perekonomian masyarakat dengan olahan makanan ringan khas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi sektor basis yang ada di Kecamatan Cihaurbeuti menggunakan metode Location Quotient (LQ). Serta  (2) Menentukan Strategi  pengembangan dari sektor prioritas IKM Makanan Ringan Olahan di Kecamatan Cihaurbeuti menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) Berdasarkan hasil pada analisis Location Quotient (LQ) diperoleh hasil yakni, terdapat tiga sektor IKM yang menjadi sektor basis di Kecamatan Cihaurbeuti. Dalam perhitungan LQ ini, IKM Makanan Ringan Olahan termasuk sektor basis dengan indeks LQ  rata rata > 1yaitu 2,96. Berdasarkan hasil pada Analitical Hierarchy Process (AHP) dengan analisis menggunakan prinsip dekomposisi dan comparative judgement diperoleh strategi pengembangan IKM Makanan Ringan yaitu, pada Pertumbuhan Industri dengan tingkat kepentingan 51% dan untuk alternatif pengembangan industri yang menjadi fokus adalah Nilai Produksi dengan tingkat kepentingan 22%.


2021 ◽  
Vol 9 (03) ◽  
pp. 299
Author(s):  
Yanuar Pribadi
Keyword(s):  

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi yang menjadi basis daya saing ekonomi Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah sebagai daerah agraris masih tergolong ke dalam kabupaten dengan kemampuan keuangan daerah yang sangat kurang dan kapasitas fiskal yang rendah. Analisis kuantitatif deskriptif melalui sumber data sekunder yang berasal dari publikasi data Badan Pusat Statistik Kabupaten dan Provinsi dilakukan dengan metode Location Quotient dan Analisis Shift-share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga sektor yang menjadi basis ekonomi berdasarkan metode LQ dan DLQ pada perekonomian Kabupaten Lampung Tengah yaitu Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Konstruksi, serta Industri Pengolahan. Analisis shift-share menghasilkan kesimpulan bahwa hanya dua sektor ekonomi pada Kabupaten Lampung Tengah yang tumbuh secara cepat dan memiliki daya saing pada periode 2016-2020 yaitu Transportasi dan Pergudangan serta Informasi dan Komunikasi. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi pemangku kebijakan untuk merumuskan strategi pengembangan ekonomi Kabupaten Lampung Tengah untuk meningkatkan perekonomian daerah.


Author(s):  
Partini Partini ◽  
Tomy Prasetia

Mangosteen is fruit commodity that was sold in the form of fresh fruit and could be processed as herbal medicine and cosmetic. Market demand of mangosteen increase both of in the country and export market. Sub district of Tembilahan have variety of mangosteen that superior quality it’s name mangosteen of Ratu Tembilahan. The aims of this study to (1) know potential development of mangosteen in Sub district of Tembilahan Hulu, (2) determine strategies of mangosteen development in Sub district of Tembilahan Hulu. The data analysis was done using the Location Quotient (LQ) dan SWOT analysis. The results of the study were (1) Mangosteen was superior commodity in Sub district of Tembilahan Hulu (LQ= 1.76), (2) alternative strategies for mangosteen develepment were (a) replanting for old mangosteen, (b) Sertification of mother trees for sources of seed that used by local farmers, (c) improve management of mangosteen farming, (d) training of mangosteen processing to be derivative products.   Manggis merupakan komoditas buah yang dikonsumsi sebagai buah segar maupun diolah menjadi obat herbal dan kosmetik. Permintaan manggis mengalami peningkatan baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Kecamatan Tembilahan Hulu memiliki varietas manggis yang unggul bernama manggis Ratu Tembilahan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui potensi pengembangan manggis Ratu Tembilahan; (2) menentukan strategi pengembangan manggis Ratu Tembilahan. Metode analisis data menggunakan analisis LQ dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Manggis merupakan komoditas basis di Kecamatan Tembilahan Hulu dengan nilai LQ= 1,76, (2) alternatif strategi pengembangan manggis Tembilahan Hulu adalah (a) Peremajaan tanaman manggis tua, (b) Sertifikasi pohon induk sebagai sumber bibit para penangkar bibit lokal, (c) Peningkatan pengelolaan usaha tani manggis, (d) Pelatihan pembuatan produk olahan manggis.


2021 ◽  
Vol 940 (1) ◽  
pp. 012011
Author(s):  
N Rachmita ◽  
A Wibowo ◽  
R H Koestoer

Abstract One of the causes of the high open unemployment rate for vocational school graduates is the incompatibility of the competency skills held with the potential of the available area. Subang Regency is one area that has considerable potential in the agricultural sector. The study aims to analyze the spatial pattern of expertise in vocational schools based on ruminant commodities in Subang Regency to support agricultural vocational schools according to their superior capacity. This research was conducted using a combined LQ (Location Quotient) analysis to identify the base area and combine physical and non-physical geographic components applying the spatial approach to identify the area’s carrying capacity. The research concluded that Jalancagak, Dawuan, and Cipeundeuy Sub-Districts are the most suitable sub-districts for addressed competency as Ruminant Agribusiness expertise because there are villages with a variety of basic commodities, physical and non-physical aspects of geography that are categorized as high so that the competence of Ruminant Agribusiness expertise carried out according to its carrying capacity. This research also found the expertise suitability competencies based on the village level, as upgrading scale, so that the carrying capacity that supports SMK is known precisely.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document