Jurnal Fitopatologi Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

259
(FIVE YEARS 60)

H-INDEX

4
(FIVE YEARS 1)

Published By The Indonesian Phytopathological Society

2339-2479, 2339-2479

2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 169-171
Author(s):  
Fitrianingrum Kurniawati ◽  
Ayang Ratna Kumala

Gejala penyakit oleh fitonematoda ditemukan pada pertanaman jambu biji di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tanaman sakit menunjukkan gejala antara lain: tanaman kerdil, daun menguning, nekrotik akar dan puru akar. Ekstraksi nematoda dilakukan dari 100 mL sampel tanah dan 5 g sampel akar tanaman jambu biji. Identifikasi dilakukan secara morfologi dengan mengamati karakter kunci dari setiap genus fitonematoda yang ditemukan. Penghitungan jumlah nematoda dilakukan pada setiap genus fitonematoda. Enam genus fitonematoda berhasil diidentifikasi, yaitu Criconemoides, Helicotylenchus, Hoplolaimus, Meloidogyne, Rotylenchulus, dan Xiphinema dengan jumlah berkisar 8–2300 ekor. Tulisan ini merupakan laporan pertama nematoda parasit pada jambu biji di Provinsi Jawa Barat.


2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 141-150
Author(s):  
Arina Manasikana ◽  
Sri Sulandari ◽  
Achmadi Priyatmojo

Padi (Oryza sativa) termasuk ke dalam komoditas penting di Indonesia. Salah satu penyakit penting pada tanaman padi ialah penyakit hawar pelepah yang disebabkan oleh Rhizoctonia solani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan kelompok anastomosis R. solani yang diisolasi dari tanaman padi varietas Ciherang, IR 64, Mekongga, dan Situ Bagendit; dan mengetahui keragaman genetiknya menggunakan primer universal, dan tingkat kekerabatannya. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2019 hingga Juli 2020 di Laboratorium Teknologi Pengendalian UGM. Pengambilan sampel dilaksanakan di Kecamatan Pandak, Bantul yang selanjutnya dilakukan isolasi dan pemurnian cendawan Rhizoctonia menggunakan medium agar-agar dekstrosa kentang. Isolat R. solani diklasifikasikan berdasarkan keragaman kultur, keragaman morfologi, jumlah inti sel, kemampuan anastomosis (AG), dan keragaman genetik. Analisis keragaman genetik dilakukan dengan PCR menggunakan primer universal ITS1 dan ITS4. Berdasarkan pengamatan keragaman kultur dan keragaman morfologi diperoleh hasil yang bervariasi. Hasil pengamatan jumlah inti sel pada keseluruhan isolat berkisar antara 5 hingga 7 inti pada sel yang termasuk dalam kategori multinukleat. Pengamatan kelompok anastomosis (AG) pada 13 isolat yang digunakan masuk ke dalam kategori C3 (anastomosis sempurna). Analisis PCR diperoleh pita DNA dengan hasil sesuai target yaitu 600–750 pb. Hasil secara sikuensing diketahui bahwa 12 isolat R. solani menunjukkan kekerabatan yang tinggi dengan isolat AG-1 IA, kecuali pada isolat CH 3.


2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 131-140
Author(s):  
Okky Setyawati Dharmaputra ◽  
Rokhani Hasbullah ◽  
Jeffrey Fransiscus
Keyword(s):  

Serangan cendawan Thielaviopsis paradoxa dapat menurunkan kualitas buah salak selama penyimpanan. Salah satu cara penanganan pascapanen untuk mempertahankan kualitas buah salak pondoh ialah dengan penambahan bahan tambahan pangan kalsium klorida dan bahan pelapis kitosan. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh CaCl2 dan kitosan untuk mengendalikan T. paradoxa, penyebab busuk hitam pada buah salak pondoh. Perlakuan terdiri atas CaCl2 6%, kitosan 1.5%, CaCl2 6% + kitosan 1.5%, dan kontrol.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan 1.5% lebih efektif dalam mempertahankan kualitas buah salak selama 12 hari penyimpanan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan ini menghambat peningkatan populasi mikrob, persentase kerusakan daging buah, persentase susut bobot, dan penurunan nilai organoleptik dibandingkan dengan kontrol pada suhu ±28 °C dan kelembapan relatif 65%–75%. Kitosan 1.5% dapat direkomendasikan kepada petani salak untuk memperpanjang masa simpan buah salak sampai dengan 12 hari.


2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 151-158
Author(s):  
Jumjunidang No ◽  
Riska ◽  
Resta Patma Yanda ◽  
Titin Purnama ◽  
Agus Sutanto ◽  
...  

Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika telah melepas tiga varietas unggul baru (VUB) pisang dengan keunggulan masing-masing. Dalam menunjang keberhasilan pengembangan varietas unggul baru tersebut perlu diketahui informasi tentang ketahanannya terhadap beberapa Vegetative Compatibility Groups (VCGs) Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc). Tujuan penelitian ini ialah menentukan ketahanan tiga VUB pisang terhadap beberapa VCGs Foc di rumah kasa. Penelitian dilakukan di laboratorium proteksi tumbuhan dan rumah kasa Balitbu Tropika di Solok, dari bulan September 2016 sampai bulan Desember 2017. Rancangan yang digunakan ialah acak kelompok 21 perlakuan dan 3 ulangan, masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman. Sebanyak 3 VUB pisang (Ketan 01, Kepok Tanjung dan Raja Kinalun) masing-masing diinokulasi dengan 7 VCGs Foc: yaitu VCG 0120/15, 0123, 0124/5, 0126, 01218, 01213/16 dan 01219. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga VUB pisang menunjukkan respons ketahanan yang bervariasi terhadap isolat Foc dari berbagai VCGs dalam ras 1 dan ras 4. Ketahanan dipengaruhi oleh kompatibilitas masing-masing VCGs dari isolat Foc dengan varietas pisang. Varietas Ketan 01 (AA) mempunyai respons agak tahan dan tahan terhadap semua VCGs Foc yang diuji kecuali dengan VCG 0124/5 (ras 1) dan VCG 01213/16 (ras 4 tropis). Kepok Tanjung (ABB/BBB) rentan dan sangat rentan terhadap semua VCGs Foc, Raja Kinalun (ABB) memberikan respons tahan dan sangat tahan terhadap semua isolat VCGs Foc kecuali dengan isolat Foc VCG 0124/5 (ras 1) responsnya sangat rentan. Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai informasi awal pengembangan varietas unggul baru pisang di Indonesia.


2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. 159-168
Author(s):  
I Gusti Ayu Widyastiti ◽  
Widodo Widodo

Kabupaten Bangli, Bali merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia. Kendala pada produksi jeruk di antaranya ialah penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Lasiodiplodia theobromae. Tujuan penelitian ini menentukan faktor budi daya, letak geografis, dan curah hujan yang berkaitan dengan penyakit ini. Pengamatan kondisi penyakit dan wawancara mengenai teknik budi daya ditanyakan kepada 50 petani pemilik. Keterkaitan antara teknik budi daya dan keparahan penyakit dianalisa dari data korespondensi yang dipetakan dengan grafik biplot dan analisis kontingensi dengan uji khi kuadrat. Berdasarkan pada analisis korespondensi dan kontingensi terdapat 4 faktor cara budi daya dan 1 faktor tanaman yang berkaitan nyata terhadap keparahan busuk batang jeruk. Faktor tersebut ialah frekuensi penyiangan secara mekanis, umur tanaman, populasi tanaman per hektar, aplikasi herbisida, dan dosis pupuk nitrogen.


2021 ◽  
Vol 17 (4) ◽  
pp. i
Author(s):  
Sri Hendrastuti Hidayat

This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, JFI Vol. 17 No. 4, July 2021.


2021 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. i
Author(s):  
Sri Hendrastuti Hidayat

This editorial contains the front cover, editorial page, and back cover of the Indonesian Journal of Phytopathology, JFI Vol. 17 No. 3, Mei 2021.


2021 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 121-130
Author(s):  
Fitrianingrum Kurniawati ◽  
Efi Toding Tondok ◽  
Yayi Munara Kusumah ◽  
Abdul Munif

Aphelenchoides besseyi merupakan nematoda penyebab penyakit pucuk putih yang terbawa benih padi. Gen AB FAR-1 diketahui sebagai gen penting yang mengendalikan patogenisitas A. besseyi.  Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakter gen AB FAR-1 yang diisolasi dari nematoda yang berasal dari benih padi.  Ekstraksi nematoda dilakukan dengan metode corong Baerman dari benih 5 varietas padi “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“.  Ekstraksi DNA total nematoda menggunakan metode CTAB dilanjutkan dengan amplifikasi gen AB FAR-1 menggunakan primer spesifik FAR-F1/R1 dan analisis  urutan nukleotidanya.  Pita DNA spesifik gen AB FAR-1 berukuran 150 pb berhasil diamplifikasi dari semua sampel nematoda.  Analisis sekuen menunjukkan bahwa gen AB FAR-1 tersebut memiliki homologi tertinggi (92.5 – 100%) dengan aksesi Genbank JQ686690.1, yaitu gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina.  Walaupun memiliki homologi yang tinggi, terdapat beberapa perbedaan nukleotida pada sampel gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, “Inpari Sidenuk“ dan “Hibrida Prima“.  Analisis pohon filogenetika lebih lanjut mengelompokkan gen AB FAR-1 A. besseyi menjadi 2 grup, yaitu grup 1 terdiri atas gen AB FAR-1 A. besseyi asal Cina, “Sintanur“, “Hibrida Prima“ dan “Pak Tiwi“ dan grup 2 gen AB FAR-1 A. besseyi asal “Ciherang“, dan “Inpari Sidenuk“.


2021 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 92-102
Author(s):  
Celvia Roza ◽  
Suprihanto Suprihanto ◽  
Dede Kusdiaman ◽  
I Nyoman Widiarta ◽  
Bambang Nuryanto ◽  
...  

Identifikasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap virus kerdil bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai varietas dan aksesi yang tahan terhadap virus kerdil padi, yaitu Rice ragged stunt virus (RRSV) dan Rice grassy stunt virus (RGSV).  Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Tanaman Padi pada MT1/MT2 tahun 2018. Materi genetik yang diuji yaitu 19 varietas padi yang sudah dilepas dan 50 aksesi plasma nutfah padi koleksi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Badan Litbang Pertanian-Kementerian Pertanian. Pengamatan mengikuti metode skoring SES IRRI 2014. Respons tanaman uji terhadap RRSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (1 varietas dan 22 aksesi), agak tahan (18 varietas dan 22 aksesi), dan tahan {2 aksesi, yaitu MDK Karawang (800 butir/Malai) (10597), dan Pulo Hitam (10615}.  Respons tanaman uji terhadap RGSV dapat dikelompokkan menjadi rentan (16 varietas dan 34 aksesi), agak tahan (3 varietas dan 11 aksesi), dan tahan (1 aksesi, yaitu Ketik 1-1062).  Lebih lanjut, aksesi padi yang tahan terhadap RRSV dan/atau RGSV dapat digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas yang tahan terhadap virus kerdil.


2021 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 103-112
Author(s):  
Parnidi Parnidi ◽  
Lita Soetopo ◽  
Damanhuri Damanhuri ◽  
Marjani Marjani

Kenaf merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan serat alam. Infeksi Meloidogyne incognita (nematoda puru akar) pada tanaman kenaf menyebabkan tanaman kerdil sehingga menurunkan produksi tanaman. Penelitian ini bertujuan menentukan ketahanan tujuh genotipe kenaf terhadap M. incognita. Percobaan dilakukan dengan menginfestasi tanaman kenaf yang berumur 15 hari setelah tanam (HST) dengan M. incognita pada populasi 40 nematoda juvenil 2 per 100 g tanah. Medium tanam yang digunakan ialah tanah berpasir dengan komposisi pasir 55%, debu 36%, dan liat 17%. Variabel ketahanan terdiri atas indeks puru akar dan faktor reproduksi nematoda. Analisis asam salisilat, fenol, lignin serta beberapa variabel pertumbuhan tanaman dilakukan pada umur tanaman 75 HST. Diantara tujuh genotipe tanaman kenaf yang dievaluasi terdapat 3 genotipe yang toleran (KR4, KR15 dan KR5) dan 4 genotipe sangat rentan (KR1, KR6, Kin2, dan DS028). Genotipe yang memiliki respons toleran terhadap M. incognita menunjukkan peningkatan senyawa fenol, asam salisilat, dan lignin pada akar dibandingkan dengan kontrol. Penurunan tinggi tanaman, bobot segar tajuk, dan bobot segar akar bervariasi akibat infeksi M. incognita.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document