Jurnal Anestesi Perioperatif
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

228
(FIVE YEARS 65)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Jurnal Anestesi Perioperatif (Jap)

2338-8463, 2337-7909

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 65-75
Author(s):  
Hendra Salim ◽  
Muhammad Ramli Ahmad ◽  
Syafri Kamsul Arif ◽  
Syamsul Hilal Salam ◽  
Zulkarnain Arrasjid ◽  
...  
Keyword(s):  
T Test ◽  
Cox 2 ◽  

Pengelolaan nyeri pascabedah bertujuan menghasilkan analgesia yang optimal serta menghambat respons stres akibat pembedahan. Pengaruh OAINS baik COX 1 dan COX 2 terhadap trombosit baik jumlah maupun aggregasinya perlu dinilai untuk menentukan obat terpilih yang aman dalam mengatasi nyeri pascabedah. Penelitian ini bertujuan membandingkan pemberian ketorolak dengan parecoxib intravena terhadap jumlah trombosit, aggregasi trombosit, dan profil koagulasi pada operasi seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian dilakukan di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar pada bulan Oktober 2020–Maret 2021. Pengukuran dilakukan di awal dan setelah perlakuan dengan jumlah sampel masing-masing 11 orang. Data dianalisis menggunakan uji statistik Independen T-Test. Tidak berbeda bermakna perubahan kadar trombosit pada pemberian ketorolak dengan parecoxib sebagai analgesia pascabedah seksio pasca 24 jam dan pasca 48 jam (p>0,05). Berbeda bermakna perubahan agregasi trombosit pada pemberian ketorolak dengan parecoxib sebagai analgesia pascabedah seksio pasca 48 jam (p<0,05). Parecoxib tidak menyebabkan penurunan agregasi trombosit sehingga dapat digunakan sebagai alternatif untuk analgetik pascabedah terutama untuk pasien yg mengalami gangguan hemostatis. Parecoxib tidak menyebabkan gangguan faal hemostasis dibanding dengan ketorolak. Parecoxib dan ketorolak tidak memengaruhi jumlah trombosit.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 111-118
Author(s):  
Linggih Panji Nugraha ◽  
Ezra Oktaliansah ◽  
Ricky Aditya

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 102-110
Author(s):  
Ardi Janardika ◽  
Ezra Oktaliansyah ◽  
M. Andy Prihartono

2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 27-34
Author(s):  
Dimas Adjie Yuda Mahendra ◽  
Febrian Dwi Cahyo

Mortalitas sepsis dan syok sepsis hampir 20% per tahun dari semua kematian global. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab 50% pasien dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kristaloid menjadi terapi cairan yang tepat menurut “The Surviving Sepsis Campaign Bundle: 2018 (SSC 2018)”. Kristaloid terbagi menjadi dua jenis, yaitu balanced dan unbalanced crystalloids. Perbedaan kandungan elektrolit keduanya dapat memengaruhi outcome pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan pengaruh balanced dan unbalanced crystalloids pada sepsis dan syok sepsis dalam aspek mortalitas, kejadian hiperkloremia, dan lama tinggal di rumah sakit (RS). Metode yang digunakan adalah systematic review. Tempat penelitian berupa pencarian artikel penelitian pada online database dengan waktu penelitian, yaitu artikel dari tahun 2017 hingga 2021. Seleksi studi menggunakan PRISMA, kirteria restriksi dan PICO. Telaah artikel didapatkan 6 dari 249 artikel yang memenuhi syarat. Hasil analisis adalah mortalitas lebih rendah pada grup balanced crystalloids, kejadian hiperkloremia lebih tinggi pada unbalanced crystalloids, namun lama tinggal di RS di kedua grup tidak ada perbedaan signifikan. Simpulan penelitian adalah balanced crystalloids lebih efektif daripada unbalanced crystalloids dalam aspek menurunkan mortalitas dan kejadian hiperkloremia, namun tidak mengenai lama tinggal.


2021 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 50-57
Author(s):  
Gezy Wita Giwangkancana ◽  
Andi Kurniadi ◽  
Yunita Susanto Putri ◽  
Euis Maryani

Though giant ovarian tumor are rare but due to the limitations in oncology surgery during the COVID-19 pandemic, many oncology patients are presented with a more severe stage and giant ovarian tumors may be more commonly seen during this period. The aim of this case report study was to describe the perioperative management of an adolescent patient with a giant ovarian tumor, severe scoliosis, and unilateral diaphragm dysfunction. An 18-years-old girl weighing 28 kgBW came with a giant abdominal mass that extended to her thoracic and back areas. The patient had a history of severe scoliosis since childhood. She had signs of respiratory distress and was not comfortable lying down. Preoperatively, the surgeon used ultrasonography to guide cyst puncture using a thoracic tube and 6,500 cc of mucinous fluid was drained. Inhalational induction with preservation of spontaneous breathing was performed. Two massive masses filled the entire abdominal area, adhering to the peritoneum while pushing and tenting the diaphragm cranially and laterally to the right and bilateral salpingo-oophorectomy was conducted. Serial radiological examinations showed unilateral diaphragmatic dysfunction and a progressing ventilator associated pneumonia. Improving post-operative outcome of patients with giant intraabdominal masses must include preoperative assessment of potential peri-operative respiratory complications, preparation of intraoperative hemodynamic, and ventilatory disturbances with gentle weaning and multidisciplinary approach during the post-operative care to assess readiness of ventilator weaning.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document