Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

640
(FIVE YEARS 50)

H-INDEX

4
(FIVE YEARS 1)

Published By "Research, Development And Innovation Agency, Ministry Of Environment And Forestry"

2442-8957, 0216-4329

2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 115-120
Author(s):  
Syamsul Rahman ◽  
Awaluddin Rauf ◽  
A. Susilawaty Hardiani

Biji palado (Aglaia sp.) berasal dari tanaman hutan; yang selama ini dijadikan sebagai makanan selingan dengan cara direbus atau disangrai oleh masyarakat. Upaya pengolahan biji palado menjadi tepung diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan memperpanjang masa simpan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan gizi makro tepung palado menggunakan analisis proksimat. Parameter yang dianalisis yaitu kadar air ditentukan dengan metode oven, kadar abu ditentukan dengan metode pengabuan di dalam tanur, penetapan kadar lemak dengan metode Soxlet, penetapan protein dengan metode Mikro Kjeldahl, kadar karbohidrat ditentukan dengan metode perbedaan berat (by difference), dan kadar energi dihitung sebagai total berat dari protein kasar, karbohidrat dan lemak total. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung palado memiliki kandungan gizi makro yaitu karbohidrat 66,72%, protein 8,91%, lemak 12,37%, kadar abu 3,61%, dan kadar energi 414 kkal. Tepung palado dapat dijadikan sebagai tepung pangan alternatif, baik sebagai bahan utama maupun substitusi tepung lain dalam pembuatan olahan pangan seperti roti dan mi.


2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 148-154
Author(s):  
Darwati Darwati ◽  
Nurlelasari Nurlelasari ◽  
Tri Mayanti ◽  
Unang Supratman
Keyword(s):  
2D Nmr ◽  

Tanaman dari Garcinia (Famili Guttiferae) yang tumbuh di hutan tropis Indonesia memiliki potensi kandungan senyawa triterpenoid. Garcinia cymosa telah dilaporkan memiliki potensi sebagai sumber utama senyawa triterpenoid yang memiliki aktivitas biologis yang bermanfaat, seperti anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, anti-oksidan, sitotoksik, dan anti-HIV. Saat ini data dan informasi mengenai senyawa triterpenoid yang terkandung di dalam G. cymosa relatif masih sangat sedikit. Tulisan ini mempelajari senyawa triterpenoid dari kulit batang G. cymosa. Kulit batang G. cymosa dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana yang kemudian dipisahkan dan dimurnikan dengan metode kromatografi hingga diperoleh isolat murni berupa kristal jarum putih (10,8 mg). Struktur kimia isolat murni ditentukan dengan metode spektroskopi IR, 1D-NMR, 2D-NMR dan spektroskopi massa serta dilakukan perbandingan dengan literatur. Hasil penelitian menunjukkan senyawa friedelin berhasildiisolasi dari n-heksana kulit batang G. cymosa. Senyawa yang telah diisolasi teridentifikasi sebagai senyawa friedelin.


2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 155-169
Author(s):  
Soenarno Soenarno ◽  
Yuniawati Yuniawati ◽  
Dulsalam Dulsalam

Saat ini, kegiatan pemanenan kayu di hutan alam lebih efisien dengan diterapkannya teknik pembalakan berdampak rendah (reduced impact logging, RIL). Pemanenan kayu yang lebih efisien akan mengurangi terjadinya limbah yang berakibat meningkatkan angka standar faktor eksploitasi (FE). Ironisnya hingga kini angka standar FE yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih didasarkan pada cara pemanenan kayu konvensional, yaitu sebesar 0,7. Sub region Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai peranan besar dalam menyumbang produksi kayu bulat hutan alam baik secara regional Pulau Kalimantan sebesar 61,5% dan secara Nasional sebesar 29,7%, namun belum diketahui banyaknya limbah pemanenan kayu dan besaran standar faktor eksploitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui banyaknya limbah pemanenan kayu dan angka standard FE yang dilakukan oleh PBPH di sub region Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang bersertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) mandatory dan PBPH bersertifikat PHPL voluntary. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi limbah pemanenan kayu akibat pembagian batang di petak tebang rata-rata 0,919 m3/pohon dan besarnya limbah kayu akibat pengujian dan pengukuran di TPn berkisar rata-rata 0,093 m3/pohon. Angka FE berkisar antara 0,80-0,85 dengan rata-rata 0,82. Besar kecilnya angka FE lebih dipengaruhi oleh faktor ketrampilan penebang, kebijakan manajemen PBPH, dan diameter pohon ditebang.


2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 138-147
Author(s):  
Rina nti Novia Ya ◽  
Erliza Hambali ◽  
Gustan Pari ◽  
Ani Suryani
Keyword(s):  

Catalytic cracking adalah proses konversi dengan memotong rantai karbon molekul minyak menjadi hidrokarbon sederhana. Proses pemutusan rantai hidrokarbon bisa dilakukan dengan cara kimia menggunakan katalis dan gas hidrogen. Jenis katalis yang biasa digunakan dalam industri kimia adalah logam seperti Nikel (Ni), seng (Zn), dan kadmium (Cd). Logam tersebut dapat digunakan sebagai katalis secara langsung, tetapi pada saat proses catalytic cracking akan menyebabkan penggumpalan katalis, sehingga tidak bisa digunakan secara berulang. Oleh karena itu, katalis logam harus diimpregnasi ke dalam bahan pengemban seperti zeolit. Penelitian ini bertujuan mempelajari proses preparasi dan karakterisasi katalis zeolit alam aktif impregnasi logam nikel (ZAA/Ni) yang terdiri atas karakteristikluas permukaan, XRD, dan FTIR serta morfologi untuk mendapatkan katalis yang terbaik. Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini adalah zeolit dari Bayah Banten yang sudah diaktifasi. Fungsi katalis sebagai pemutus rantai karbon dapat ditingkatkan dengan adanya pengemban, yaitu logam nikel. Pengembang berperan sebagai tempat tersebarnya inti aktif yang dapat meningkatkan efektifitas katalis, sehingga katalis dapat dipergunakan secara berulang. Hasil penelitian menunjukkan ZAA/Ni, rasio Si/Al yang tertinggi adalah 6,66 yang termasuk katalis intermediate dengan rasio Si/Al = 2 – 10. Luas permukaan katalis terluas adalah pada ZAA/Ni 3 % sebesar 974,44 m2/g, nilai kristalinitas terbesar adalah 70,09%. Zeolit asal Bayah Banten yang sudah diimpregnasi logam nikel dapat digunakan sebagai katalis untuk meningkatkan kualitas (upgrading) bio oil menjadi bahan bakar dengan konsentrasi ZAA/Ni 3%.


2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 121-128
Author(s):  
Efrida Basri ◽  
Saefudin Saefudin

Jati Utama Nusantara (JUN) adalah salah satu tipe jati (Tectona grandis Linn. F) cepat tumbuh yang berasal dari Jati Plus Perhutani (JPP). Pohon JUN memiliki sedikit percabangan dan batang yang lebih berbentuk silinder serta menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan jati budidaya dari biji (konvensional), sehingga dapat dipanen dalam waktu singkat. Meskipun cepat tumbuh, berbagai penelitian menunjukkan kayu JUN belum memenuhi standar SNI 01-0608 sebagai bahan baku furnitur. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan beberapa sifat fisis dan mekanis kayu JUN umur muda melalui perlakuan pemadatan menggunakan kempa panas. Contoh uji kayu JUN umur 5 tahun berukuran 2,5 cm (tebal/radial), 10 cm (lebar/tangensial), dan 30 cm (panjang/longitudinal) diberi tekanan sebesar 25 kg/cm2 selama 40 menit dengan 3 perlakuan suhu, yaitu 170°C, 180°C, dan 190°C. Pengujian sifat fisis dan mekanis kayu mengacu pada standar ASTM D143. Perubahan kristalinitas kayu diamati menggunakan X-ray Diffractometer (XRD), dan permukaan kayu diamati secara visual. Sebagai penunjang, pengamatan struktur sel kayu dilakukan menggunakan mikroskop stereo (Zeiss). Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh uji kayu JUN yang diberi perlakuan tekan-panas dapat memperbaiki sifat fisis dan mekanisnya dibandingkan contoh uji kayu JUN tanpa perlakuan (kontrol). Berdasarkan hasil simulasi data, sifat fisis dan mekanis contoh uji terbaik diperoleh pada suhu kempa sekitar 185°C.


2021 ◽  
Vol 39 (3) ◽  
pp. 129-137
Author(s):  
Galit Gatut Prakosa ◽  
Ramli Ramadhan

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor kerajinan kayu ke 193 negara, namun dalam prosesnya sering mengalami kerugian akibat pengembalian produk oleh pihak pemesan karena mengalami cacat retak pada saat barang tiba di negara pemesan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas kerajinan kayu adalah dengan mengeringkan kayu sesuai negara tujuan agar dimensi dan kelembabannya relatif stabil. Proses pengeringan kayu skala industri membutuhkan investasi yang tinggi, sehingga perlu dikembangkan pengering skala kecil untuk pengrajin. Penelitian ini bertujuan membuat desain dan pengujian kinerja pengering kayu sederhana dengan kapasitas 1,5 m³, dengan biaya terjangkau, mudah dioperasikan dan digunakan oleh masyarakat. Contoh uji yang digunakan berupa batang dan cabang kayu jati (Tectona grandis L.f.). Pemanas yang digunakan adalah kombinasi panas matahari dan listrik, yaitu panas cahaya matahari dipertahankan dan dialirkan ke dalam ruang pengering kayu melalui kipas yang menghisap udara panas dari ruang bakar ke dalam ruang pengering. Udara panas disirkulasikan ke saluran hisap lagi secara terus menerus untuk didistribusikan kembali ke ruang pengering. Hasil uji coba menunjukkan suhu rerata harian dari panas surya yang diterima ruang pengering berkisar antara 40−50°C, sementara suhu untuk pengeringan kayu jati berkisar antara 45−70°C. Dari evaluasi yang telah dilakukan, plat pemanas kurang efektif dalam pemanasan ruang sehingga perlu dilakukan penggantian dengan modifikasi pemasangan elemen pemanas di dinding oven bersumber baterai.


2021 ◽  
Vol 39 (2) ◽  
pp. 88-98
Author(s):  
Tien Wahyuni ◽  
Helsa Yuliana

Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah gaharu mutu rendah (medang, sapuan, sabak) dengan penyulingan untuk menghasilkan minyak. Minyak gaharu dimanfaatkan sebagai bahan baku beberapa produk seperti bahan baku parfum, kosmetik, dan obat-obatan tradisional. Penelitian penyulingan gaharu ini bertujuan untuk mengetahui rendemen minyak, produk sampingan, menganalisis biaya, pendapatan dan keuntungan maksimum selama satu periode penyulingan pada industri penyulingan skala rumah tangga. Penelitian dilaksanakan di industri penyulingan minyak gaharu berskala rumah tangga yang terletak di Kelurahan Rempanga, Kecamatan Loa Kulu Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan motivasi kepada berbagai pihak untuk dapat memanfaatkan kayu gaharu hasil budi daya berkualitas rendah seefisien dan semaksimal mungkin melalui diversifikasi produk dengan cara penyulingan untuk menghasilkan minyak gaharu bernilai tinggi. Prosedur pengamatan dilakukan secara langsung selama proses penyulingan. Nilai ekonomi diperoleh dengan menganalisis titik impas (BEP) dan pendapatan maksimum. Hasil penelitian menghasilkan rendemen minyak gaharu sebesar 0,07%. Pada tingkat produksi minyak gaharu sebanyak 30 mililiter (ml) per satu periode produksi dengan harga jual Rp 250.000/mL akan mencapai titik impas jika minyak gaharu yang dihasilkan sebanyak 1,93 ml dengan nilai sebesar Rp 482.159,88 atau Rp 16.071,99/ml (unit). Keuntungan usaha pada tingkat produksi 30 ml minyak gaharu sebesar Rp 3.616.830 (tanpa penjualan ampas serbuk dan hidrosol gaharu) dan sebesar Rp 8.316.830 (dengan penjualan ampas serbuk dan hidrosol gaharu).


2021 ◽  
Vol 39 (2) ◽  
pp. 115-120
Author(s):  
Meylida Nurrachmania ◽  
Rozalina Rozalina

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu kayu berkualitas rendah tersebut adalah dengan cara teknik densifikasi kayu atau pemadatan kayu dengan metode perebusan dan menganalisis pengaruhnya terhadap karakteristik kayu.Perebusan dilakukan selama 60 dan 12 menit dengan menggunakan kayu jabon (Anthocephalus cadamba) berukuran (10 x 5 x 2) cm pada papan tangensial, selanjutnya kayu dikempa panas (suhu 1700C) selama 3 menit dengan target pemadatan 50% dari ketebalan awal. Berdasakan hasil pengujian diperoleh nilai recovery of set untuk kontrol 64,93%; perebusan 60 menit 69,99% dan perebusan 120 menit 78,17%. Dan untuk kerapatannya setelah perlakuan: kontrol 0,58 gr/cm3; perebusan 60 menit 0,56 gr/cm3 dan perebusan 120 menit 0,60 gr/cm3.


2021 ◽  
Vol 39 (2) ◽  
pp. 65-73
Author(s):  
Evi Sribudiani ◽  
Esti Rini Satiti ◽  
Wa Ode Muliastuty Arsyad ◽  
Sonia Somadona ◽  
Ratih Damayanti ◽  
...  

Saat ini keberadaan kayu jenis meranti merah, kulim dan mersawa sebagai bahan baku pembuat jalur di Kabupaten Kuansing Provinsi Riau semakin langka, sedangkan kebutuhan kayu sebagai bahan pembuat jalur semakin tinggi. Oleh sebab itu diperlukan pemilihan jenis kayu alternatif yang memiliki persamaan sifat kuat dan awet dengan kayu jenis meranti merah, kulim, dan mersawa agar dapat memenuhi spesifikasi pembuatan jalur. Penelitian ini bertujuan mempelajari efektivitas pengawetan kayu balam dengan teknik infus dan bandage terhadap rayap kayu kering. Balam (Macaranga conifera Muell. Agr.) dipilih sebagai kayu alternatif untuk membuat jalur karena saat ini masih banyak ditemukan namun belum banyak dipakai untuk pembuatan jalur. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jalur yang disimpan di darat mendapatkan serangan rayap kayu kering, sehingga diperlukan pengawetan jalur agar tidak terserang organisme perusak kayu (OPK) khususnya rayap kayu kering. Pengawetan pohon berdiri dengan senyawa boron komplek dengan teknik infus dan bandage dipilih untuk meningkatkan kelas keawetan kayu balam. Pengujian ketahanan kayu terhadap serangan rayap kayu kering dilakukan sesuai metode SNI 7207-2014. Data diolah dengan menggunakan rancangan faktorial acak lengkap. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengawetan dengan teknik infus dan bandage berbeda nyata terhadap pengurangan berat dan mortalitas rayap. Pengamatan derajat serangan secara visual pada kontrol dan teknik infus yaitu 40 (tahan) yang nilainya lebih rendah dibandingkan teknik bandage 70 (sedang). Mortalitas pada teknik infus lebih tertinggi yaitu 90,67% dibandingkan kontrol 86,08% dan bandage 61,75%. Teknik pengawetan dengan teknik infus menunjukkan kandungan boron yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik bandage.


2021 ◽  
Vol 39 (2) ◽  
pp. 74-87
Author(s):  
Gunawan Trisandi Pasaribu ◽  
Totok K. Waluyo
Keyword(s):  

Getah pinus diperoleh dari proses penyadapan pohon pinus (Pinus merkusii Jungh. & de Vriese). Setelah mengalami pengolahan, getah pinus akan menghasilkan produk berupa gondorukem dan terpentin. Pemanfaatan terpentin diantaranya untuk kosmetik, cat, campuran bahan pelarut, antiseptik, dan farmasi. Untuk meningkatkan nilai tambah produk terpentin dilakukan sintesis terpentin menjadi borneol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik borneol yang diperoleh dari sintesis α-pinena menggunakan basa NaOH dan KOH. Metode yang dilakukan yaitu melalui reaksi reduksi logam natrium menggunakan dua jenis basa yaitu KOH dan NaOH. Senyawa yang diperoleh dikarakterisasi dengan FTIR, NMR, dan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan dari analisis FTIR 12 sampel hasil sintesis borneol menunjukkan puncak-puncak absorpsi yang cukup serupa dengan puncak yang muncul pada FTIR standar borneol. Hasil analisis NMR baik itu HNMR dan CNMR, jika dibandingkan dengan standar NMR senyawa α-pinena, kamfer, dan borneol, maka dapat dilihat bahwa puncak-puncak serapan masih menunjukkan perbedaan dengan ketiga senyawa tersebut. Hasil GCMS menunjukkan terbentuknya sintesis senyawa borneol dengan persentase 0,12-2,03%. Jenis basa dan asal terpentin yang digunakan tidak menunjukkan adanya perbedaan kadar borneol.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document