Berkala Arkeologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

557
(FIVE YEARS 49)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Balai Arkeologi Yogyakarta

2548-7132, 0216-1419

2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 177-194
Author(s):  
Ashar Murdihastomo

Siwa adalah salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu, yang bersama Brahma dan Wisna membentuk kesatuan Trimurti. Pemujaan terhadap Dewa Siwa diwujudkan dalam bentuk lingga dan arca tokoh, yang dilengkapi dengan ornamen dan atribut khas yang mencirikan identitas Siwa. Arca dengan nomor inventaris 29a/3184 di Museum Nasional Indonesia menggambarkan Siwa dengan ornamen bunga dan binatang yang belum pernah digambarkan pada arca Siwa lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui konsep religi yang berkembang pada masa pembuatan arca Siwa tersebut dengan melakukan analisis ikonografi terhadap penggambaran ornamen tersebut. Melalui pendekatan deskriptif-eksplanatif, diketahui bahwa ornamen padma dan angsa (hamsa) pada arca Siwa tersebut merupakan representasi aktivitas ritus keagamaan aliran Siwa Siddhanta pada sekitar abad XIII-XIV Masehi di Jawa bagian timur.


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 251-270
Author(s):  
Alqiz Lukman ◽  
Panji Syofiadisna ◽  
Shinatria Adhityatama ◽  
Nfn. Harriyadi ◽  
Dewangga Eka Mahardian ◽  
...  

Indonesia memiliki banyak tinggalan budaya bawah air yang berpotensi meningkatkan kebanggaan identitas bangsa dan mendorong kemajuan sosial ekonomi masyarakat. Akan tetapi, saat ini pemanfaatan tinggalan budaya bawah air sebatas pada komoditas ekonomi yang diperjualbelikan tanpa memperhatikan keselamatan dan kelestariannya. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam aspek regulasi pemanfaatan tinggalan budaya bawah air dan menyajikan model pemanfaatan alternatif sebagai respon terhadap permasalahan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka dan wawancara terstruktur terhadap narasumber yang mewakili Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia. Analisis kualitatif terhadap hasil wawancara menunjukkan adanya tumpang tindih implementasi empat regulasi terkait pemanfaatan tinggalan budaya bawah air. Tulisan ini juga menawarkan konsep yang diadopsi dari model konsesi Restorasi Ekosistem sebagai model pemanfaatan tinggalan bawah air yang berkelanjutan.


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 215-232
Author(s):  
Muhamad Alnoza
Keyword(s):  

Kajian ini secara khusus bertujuan mengkaji relasi kuasa Sultan Palembang (Sultan Mahmud Badaruddin II) pada abad XIX dan Sultan Banten (Sultan Abu Al-Mahasin) pada abad XVII di wilayah Lampung berdasarkan piyagĕm Natayuda dan dalung Bojong. Kajian ini membahas tentang bentuk pesan-pesan politis Sultan Mahmud Badaruddin II dan Sultan Abu Al-Mahasin dalam kaitannya dengan pendekatan yang dilakukan oleh kedua kesultanan tersebut kepada masyarakat Lampung. Berdasarkan hasil analisis data prasasti, dapat diketahui bahwa Kesultanan Palembang lebih berorientasi pada pendekatan yang bersifat hard power, sedangkan Kesultanan Banten berorientasi kepada perpaduan antara hard power dan soft power.


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 233-250
Author(s):  
Nfn. Hartatik ◽  
Nfn. Sunarningsih ◽  
Nugroho Nur Susanto ◽  
Gaury V. Daneswara ◽  
Dian Triasri Setiyorini

Penelitian arkeologi di hulu DAS Barito pada tahun 2017-2019 menghasilkan 19 situs peleburan bijih besi yang disebut buren dalam bahasa lokal. Berdasarkan pertanggalan radiokarbon diketahui bahwa situs buren digunakan dari abad ke-16 hingga abad ke-19 M. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara puncak industri besi pada abad ke-19 M dengan peristiwa Perang Banjar di hulu Sungai Barito, berdasarkan perbandingan kronologi, jenis senjata yang digunakan, dan pemilihan lokasi buren. Melalui pendekatan arkeologi kesejarahan, diketahui bahwa jenis senjata yang digunakan dalam Perang Banjar mempunyai kesamaan dengan senjata warisan milik penduduk hulu Barito. Diketahui pula bahwa sejumlah situs buren berada di lokasi yang disebutkan dalam sumber sejarah Perang Banjar. Lokasi buren tersebut bergeser dari tepi aliran sungai utama ke tepi aliran anak-anak sungai.


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 137-158
Author(s):  
Rahfi Muhammad

Artikel ini membahas mengenai fungsi alat batu dari Situs Gua Arca, Pulau Kangean, Madura, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan fungsi dari alat batu melalui analisis tipe alat dan jejak pakai pada alat batu yang kemudian dibandingkan dengan hasil eksperimen para ahli. Pengetahuan mengenai fungsi diawali dengan mengklasifikasikan alat batu ke dalam tipe-tipe tertentu berdasarkan atribut tajaman yang meliputi letak tajaman dan sudut tajaman. Selanjutnya, dilakukan pemilahan alat yang memiliki indikasi jejak pemakaian yang berjumlah 142 alat. Berdasarkan pemilahan alat pakai yang dilakukan, dapat diketahui 10 alat memiliki jejak-jejak yang mengindikasikan pemakaian alat. Selanjutnya,dilakukan analisis jejak pakai pada 10 alat tersebut dengan mengamati dan merekam bentuk-bentuk jejak pakai, keletakan, dan distribusinya pada tajaman alat. Hasil analisis tipe alat dan jejak pakai selanjutnya dibandingkan dengan eksperimen para ahli yang menjelaskan keterkaitan antara jejak pakai dengan aktivitas penggunaan alat dan material yang dikerjakan. Kedekatan antara bentuk-bentuk jejak pakai hasil eksperimen para ahli dengan jejak pakai alat batu dari Situs Gua Arca digunakan untuk memperkirakan fungsi dari alat batu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperkirakan alat batu di Situs Gua Arca digunakan untuk aktivitas pengerjaan kayu dan pengolahan bahan makanan.  


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 159-176
Author(s):  
Dicky Caesario Wibowo

Peran gender adalah konstruksi sosial ketika aktivitas dan status dalam masyarakat dikaitkan dengan satu jenis kelamin tertentu. Artikel ini bertujuan memahami peran gender pada masa prasejarah akhir di Situs Gilimanuk berdasarkan pembagian kerja sesuai jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan pendekatan bioarkeologi dengan membandingkan jejak entesis pada perlekatan tulang panjang dari 42 individu laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada aktivitas fisik yang spesifik dilakukan oleh satu jenis kelamin saja dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Hal ini menunjukkan konstruksi gender pada masyarakat nelayan prasejarah di Situs Gilimanuk.


2021 ◽  
Vol 41 (2) ◽  
pp. 195-214
Author(s):  
Muhammad Faiz

Yoni di Situs Watu Genuk, Kragilan, Mojosongo, Boyolali merupakan salah satu dari sekian banyak peninggalan masa Jawa Kuno bercorak Hindu-Buddha yang ada di Jawa Tengah. Yoni tersebut memiliki ragam hias di bagian bawah cerat berupa figur antropomorfik berparuh, kura-kura, dan ular. Artikel ini membahas makna dari ragam hias yoni di Situs Watu Genuk melalui analisis ikonografi dan perbandingan ragam hias yoni dengan figur yang serupa. Hasil analisis menunjukkan bahwa ragam hias di bawah cerat yoni di Situs Watu Genuk tidak hanya bersifat dekoratif, namun juga memiliki makna representasi mitologi Hindu yang tercantum dalam naskah Ādiparwa seperti Samudramanthana dan Garudeya.


2021 ◽  
Vol 41 (1) ◽  
pp. 89-108
Author(s):  
Daya Negri Wijaya ◽  
Deny Yudo Wahyudi ◽  
Siti Zainatul Umaroh ◽  
Ninie Susanti ◽  
Rendy Aditya Putra Ertrisia

Previously, several toponymy studies have already been conducted both in the Nusa (Island) Ambon as well as in the City of Ambon. However, previous studies have not used the historical-archaeological approach. The use of this approach could ease the researchers to reveal the cross-cultural meeting in a specific locus. Taking the Island of Ambon as a locus, the researchers aim to find the origin of village names and the cultural intersection in Leihitu and Leitimor Peninsula. There were three steps conducted to collect and analyse data using historical-archaeological approach. Firstly, the researchers identified and took a tabulation of the village names, mentioned by the Hikayat Tanah Hitu (The Epic of Hitu Land) and three ancient maps. Secondly, the researchers identified various archaeological remains located in the scattered villages. Finally, the researchers analysed the origin of village names by searching the word-meanings, finding the present locations, and describing the role of the contemporary cultures (Islamic and Colonial period) in the past. The researchers found 12 villages with 22 archaeological remains. All related communities have the archaeological remains which could explain the local dynamics, but there are merely ten villages which name meanings could be identified.


2021 ◽  
Vol 41 (1) ◽  
pp. 55-68
Author(s):  
Wahyu Rizky Andhifani ◽  
Nor Huda Ali

Aksara Ulu merupakan aksara yang berkembang di daerah Sumatra Bagian Selatan. Asal kata ulu berarti hulu sungai atau dataran tinggi. Aksara Ulu sudah tidak digunakan lagi pada masa sekarang. Meski demikian, tulisan ini mengkaji tradisi Islam di wilayah Pasemah berdasarkan isi prasasti dan naskah beraksara Ulu. Tujuan penelitian yakni mengetahui tradisi Islam di dalam isi prasasti dan naskah. Sasaran penelitian yakni mengidentifikasi seberapa besar peranan tradisi Islam dalam mempengaruhi isi dari prasasti dan naskah. Metode penelitian meliputi pengolahan data (penelusuran sumber, wawancara, studi pustaka), deskripsi ukuran, asal, pemilik, keadaaan atau kondisi, bahasa, variasi aksara, transliterasi, terjemahan, penafsiran, sintesis, dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi prasasti dan naskah Ulu secara kuat dipengaruhi oleh tradisi Islam. Pengaruh agama Islam dalam naskah atau prasasti beraksara Ulu juga dapat dilihat dari pandangan masyarakat terhadap naskah dan prasasti yakni profan, semi sakral, dan sakral.


2021 ◽  
Vol 41 (1) ◽  
pp. 15-34
Author(s):  
Putri Novita Taniardi ◽  
Anggara Nandiwardhana ◽  
Maulana Ainul Yaqin ◽  
Citra Iqliyah Darojah

Since the research in 2018 until 2019, pottery sherds are the most dominant artifact from Mulyosari megalithic site amongst other. Hence, analysis conducted towards pottery directly associated with the megaliths are important. Petrographic analysis that was applied in this research is aiming to understand the technology and the material source of pottery at Mulyosari Site. It is necessary to know whether the pottery is locally made or imported from other region. Petrographic analysis was carried out to several excavated pottery samples. All the samples were not randomly chosen; instead they were based on specific character of pottery sherds. The result of analysis shows that the source of pottery material located within geological formation of researched area comprises Sukamade, Merubetiri, Batu Ampar, and Merubetiri limestone. The result of analysis also shows advanced pottery making technology using spinning wheel and open firing at 400 Celsius degrees.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document