JURNAL DIVERSITA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

81
(FIVE YEARS 49)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Medan Area

2580-6793, 2461-1263

2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 36-42
Author(s):  
Yara Andita Anastasya ◽  
Nur Afni Safarina ◽  
Safuwan Safuwan
Keyword(s):  

Masa pandemi COVID-19 memunculkan banyak tantangan, salah satunya dialami oleh ibu bekerja. Ibu bekerja mengalami tantangan dalam hal membagi waktu, antara pekerjaan kantor dan pekerjaan domestik, di mana kedua hal tersebut harus selesai dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Satu sisi, ibu harus mengecek serta standby melihat notifikasi dari handphone terkait pekerjaan kantor, sedangkan di saat bersamaan ibu juga harus mampu menyelesaikan pekerjaan domestik seperti mengurus keperluan rumah hingga mengasuh serta merawat anak. Tentunya hal ini akan mengerucut pada satu variabel psikologis yaitu pentingnya manajemen waktu bagi ibu bekerja sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan kantor dan pekerjaan domestik dengan maksimal serta tepat waktu. Indikator seseorang mampu memaksimalkan manajemen waktu ialah ketika mampu mengatur waktu serta memprioritaskan hal penting dan menjalankannya dengan baik sehingga tidak mengalami kendala atau hambatan. Hasil penelitian berdasar hasil uji korelasi Pearson Correlation memperlihatkan nilai signifikansi (sig.) 0.206 yaitu > 0,05 maka tidak terdapat hubungan signifikan antara manajemen waktu dengan kecenderungan FoMO selama pandemi COVID-19 pada ibu bekerja.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 85-96
Author(s):  
Risydah Fadilah
Keyword(s):  

Gangguan kepribadian adalah pola perilaku individu atau bagaimana cara berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Kekakuan ini akan menghalangi individu menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal. Individu dengan gangguan kepribadian ini merasa tidak perlu berubah perilakunya. Jenis gangguan kepribadian menurut Cluster B dimana individu dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan perilaku yang terlalu dramatis, emosional berlebih atau tidak menentu yaitu kepribadian Antisosial, Borderline, Histrionik dan Narsistik. Diagnosa didasarkan bentuk perilaku, mood, sosial interaksi, dan perilaku impulsif yang terlihat. Wargabinaan Lapas X dengan riwayat kasus S masuk penjara dikarenakan kasus perampokan disertai pembunuhan di sebuah toko mas pada tahun 2007. Alasan S melakukan perampokan karena S ingin hidup mewah dan bisa membantu keluarga besarnya. Hasil rampokannya dipergunakan untuk membiayai anaknya dan memberi modal usaha mantan istrinya. Pada klien ini didiagnosis, Aksis 1: tidak ada diagnostik, Aksis II : F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya yaitu Gangguan Kepribadian Antisosial, predisposisi kepribadian Antisosial dengan campuran narcistic (Preputation Depending Antisocial), Aksis III : tidak ada, Aksis IV : Masalah dengan lingkungan sosial, dan masalah berkaitan dengan hukum dan Aksis V : GAF 50-41= Gejala berat (serious), disabilitas berat. Perubahan perilaku yang dapat dilakukan untuk membantu klien ini adalah dengan menggunakan pendekatan Cognitif Behavior Therapy (CBT).


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 63-71
Author(s):  
Rizky Hasmiansyah ◽  
Aris Fauzan ◽  
Muhammad Samsudin

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsep kepribadian manusia, teori filsafat manusia, serta metode dan pendekatan Hasan Langgulung dalam membangun psikologi Islam. Metode penelitian adalah studi kepustakaan (Library Research), dengan metode analisis adalah analisis isi (Content Analysis). Hasil Penelitian Pertama, bahwa manusia terdiri dari jasmani dan rohani, memiliki faculty-faculty meliputi fitrah yang baik, ruh, kebebasan kemauan dan akal.  Kedudukan manusia di alam semesta sangat istimewa sebab mempunyai faculty-faculty tersebut.  Maka diperlukanlah pendidikan yang berfokus pada pengembangan pribadi yang seimbang dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan berorientasi pada iman dan amal shalih. Hasan Langgulung memperkenalkan paradigma ummatik dalam psikologi Islam. Hakikat psikologi Islam adalah penerapan-penerapan dan berbagai aspek kosmologi Islam tradisional. Tujuan utama utama psikologi Islam sebagai pembinaan manusia harus memenuhi tiga bidang binaan meliputi jasmani, akal dan rohani. Sedangkan dasar pembinaan manusia untuk menjadi pribadi yang sehat, wajar dan seimbang. Kedua, Kepribadian al-nafs al-muthmainnah bentuk tertinggi yang dicapai dengan proses tazkiyatun al-nafs. Ketiga, Metode psikologi Islam Hasan Langgulung adalah metode idealistik. Keempat, Pendekatan psikologi Islam Hasan Langgulung adalah skriptualistik dan tasawwuf.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 79-84
Author(s):  
Ika Amalia ◽  
Ella Suzanna ◽  
Liza Adyani

Salah satu Provinsi dengan kasus Covid 19 terendah di Indonesia adalah Provinsi Aceh, dimana Provinsi Aceh berada pada tingkat ketiga sebagai Provinsi dengan kasus Covid 19 terendah yaitu 168 kasus. Salah satu cara Aceh mengurangi jumlah kasus Covid 19 adalah karena masyarakat Aceh lebih tenang dan masyarakat lebih mengandalkan Allah. Aceh sebagai provinsi yang terkenal dengan kekentalan religius selalu menerapkan nilai-nilai religius dalam kehidupan. Bahkan nilai-nilai agama tersebut juga diterapkan dalam Pemerintahan. Kepatuhan masyarakat Aceh dalam menjalankan syariat Islam memberikan gambaran bahwa Aceh memiliki religiusitas yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran religiusitas masyarakat Aceh dalam menghadapi COVID 19. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Aceh Utara, tokoh masyarakat dan agama serta tenaga medis. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa semua informan dalam penelitian ini mengakui bahwa religiusitas memegang peranan penting selama pandemi ini, hal ini dikarenakan dengan meyakini bahwa pandemi Covid-19 adalah ketetapan Allah, informan lebih dapat menerima kondisi tersebut dengan ikhlas dan tabah.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 121-132
Author(s):  
Ida Ayu Nursanti ◽  
Jatie Kusmiati Kusna Pudjibudojo

Fenomena perang suku yang dilakukan Masyarakat Tradisional di Papua sudah lama terjadi. Perang suku merupakan jalan terakhir yang diambil ketika penyelesaian suatu masalah secara musyawarah tidak dapat diselesaikan atau pihak yang berkonflik memang “musuh” secara permanen. Tindakan yang dilakukan dalam perang suku tersebut merupakan perilaku agresi. Perilaku agresi ialah perilaku yang bertujuan guna melukai orang lain baik secara fisik maupun verbal. Berdasarkan hasil studi literatur ditemukan bahwa penyebab perilaku agresi pada budaya perang suku adalah karena faktor internal, eksternal, stressor lingkungan dan situasiasional. Pada faktor internal, perilaku agresi muncul akibat masalah yang mengancam harga diri, kemudian masalah ini disosialisasikan dengan muatan emosi sehingga memicu perang suku. Pada faktor eksternal telihat bahwa sejak anak-anak, masyarakat tradisional sudah belajar berperang dari lingkungan sosialnya dan mendapatkan penguatan positif ataupun negative yang turut meningkatkan perilaku agresi. Pada kondisi stressor lingkungan, perilaku agresi muncul akibat kompetisi populasi terhadap sumber daya yang terbatas. Pada faktor situasional dijelaskan bahwa perilaku agresi disebabkan oleh miras, provokasi konflik politik dan lain-lain. Keseluruhan faktor di atas tidak akan terwujud dalam perilaku agresi apabila tidak ada faktor pemicu yang dianggap oleh masyarakat tradisional telah merugikan aspek social-ekonomi atau melanggar norma adat yang berlaku.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 97-105
Author(s):  
Hasanuddin Hasanuddin

Penelitian ini meneliti tentang dominansi dari masing-masing tipe kecerdasan majemukr dan gaya belajar, dan keterkaitan antara masing masing tipe yang ada di gaya berpikir dan gaya belajar dan kecenderungannya dalam bentuk kategori tinggi-rendah dan sedang. Penelitian ini memakai sebanyak 526 partisipan mahasiswa yang terdiri dari 246 laki-laki dan 278 perempuan. Penelitian ni menggunakan dua inventory kecerdasan majemuk dan gaya belajar masing masing dari Gardner dan Grasha. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis Uji kai kuadrat untuk melihat interaksi antara dimensi kecerdasan majemuk yang dominan dengan gaya belajar yang dominan. Masing masing dimensi yang sudah dikategrorisasikan dalam bentuk dominan dan tidak dominan kemudian dicari relasi antara masing masing dimensi kecerdasan majemuk dan gaya belajar. Hasil yang diperoleh ada dua tipe gaya belajar yang dominan yakni kolaboratif dan kompetitif, secara kategori, kolaboratif lebih besar dengan kategori tinggi dibanding dengan kompetitif. Untuk dimensi kecerdasan majemuk dari 9 tipe yang ada hanya 3 tipe yang tidak dominan yakni, kecerdasan ruang visual, gerak badani dan musikal, Untuk tipe kecerdasan majemuk dimensi spiritual yang memiliki kategori tinggi terbesar dan terkecil adalah naturalis. Hasil analisis dengan menggunakan kai kuadrat menunjukkankan semua dimensi kecerdasan majemuk dominan memiliki pengaruh terhadap dimensi dominan yang ada pada gaya belajar.  


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 43-52
Author(s):  
Muhamad Latifun Nadzif ◽  
Ananta Yudiarso

Kinerja karyawan merupakan hasil dari pencapaian dan usahanya yang telah dilakukan oleh karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pada pekerjaannya. Berbagai macam penelitian tentang kinerja karyawan telah dilakukan dan salah satunya stres kerja memiliki keterkaitan pada tinggi dan rendahnya kinerja seorang karyawan. Pada penelitian studi meta-analisis ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara job stress dan employee performance. Penelitian ini peneliti melakukan reviu yang melibatkan 15 studi jurnal yang berkaitan dengan job stress dan employee performance pada 10 tahun terakhir dan dengan jumlah responden sebanyak 2638. Hasil dari penelitian studi meta analisis ini menunjukkan korelasi yang small effect size sebesar r =-0,11 (95% CI= -0,337. 0,13) confidence intervalnya akan ada dengan heterogeneity = 97.1% maka meta analisis ini menggunakan random effect size. Dari hasil tersebut mengindikasikan bahwa stres kerja kurang berkorelasi secara langsung dengan kinerja seorang karyawan karena memiliki small effect size. Hal ini mengisyaratkan ada variabel-variabel lain yang memiliki nilai korelasi yang lebih besar dari pada stres kerja.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 53-62
Author(s):  
Oktaviani Aditia Ningrum ◽  
Alice Salendu

Faktor penting keberhasilan inisiatif perubahan adalah kesiapan individu menghadapi perubahan. Perubahan organisasi yang dilakukan PT STI melalui inisiatif Optimus menuntut karyawan untuk siap dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Kesiapan individu dalam menghadapi perubahan dapat ditingkatkan melalui peningkatan psychological capital yang dimiliki individu. Penelitian ini bertujuan untuk pengetahui pengaruh modal psikologis terhadap kesiapan individu menghadapi perubahan. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif. Partisipan pada penelitian ini adalah 123 orang karyawan sales di divisi area operation PT. STI. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah skala individual readiness for change (α=0,939) yang dikembangkan oleh Holt, Armenakis, Field dan Harris (2007) dan skala psychological capital questionnaire (α= 0,922) yang dikembangkan oleh Luthans dkk (2007).  Hasil analisis korelasi menunjukkan secara simultan, keempat dimensi psychological capital berkorelasi positif dengan individual readiness for change dengan nilai r= 0,520. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan simple linear regression menunjukkan nilai r2 = 0,270 maka 27% variasi dari readiness for change dapat dijelaskan oleh psychological capital dan 73% dijelaskan oleh sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Penelitian ini menujukkan Psychological capital secara signifikan dapat memprediksi readiness for change dengan F=10,923, sig=0.000.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 30-35
Author(s):  
Vina Amelia Yulianti ◽  
Arum Etikariena

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara sikap pengembangan diri kompetitif yang merupakan sikap kompetitif yang memandang kompetisi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan diri (Ryckman, 1996) dan perilaku kerja inovatif yang didefinisikan sebagai kesatuan proses inovasi kompleks yang terdiri dari berbagai tahapan (Janssen, 2000). Untuk dapat menjadi perusahaan yang kompetitif dan inovatif, keterlibatan individu merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan. Sampel diambil dari 75 karyawan dari berbagai unit kerja dan jabatan di perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Skala Sikap Pengembangan Diri Kompetitif ( = 0.89) yang dikembangkan oleh Ersilia (2018) digunakan untuk mengukur sikap pengembangan diri kompetitif, sedangkan Skala Perilaku Inovatif = 0.80) dari Janssen (2000) digunakan untuk mengukur perilaku kerja inovatif. Hasil analisa korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap pengembangan diri kompetitif dan perilaku kerja inovatif (r=0,60; p>0,05). Implikasi teoritis dan praktis dari hasil studi ini akan menjadi bahan diskusi selanjutnya.


2021 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 72-78
Author(s):  
Widi Astuti ◽  
Zurratul Muna ◽  
Rini Julistia

Hubungan interpersonal saat ini membuat kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat, karena remaja sering terjerumus dalam perbuatan yang dapat melanggar batas-batas nilai yang mengarah kepada perilaku seksual pranikah. Terjadi peningkatan perilaku seksual pranikah pada remaja Aceh. Banyak remaja yang berpacaran di bawah usia 15 tahun atau disebut dengan early starter, sehingga rentan terjadi perilaku seksual pranikah. Remaja yang masa berpacaran terlalu muda dapat mudah melakukan perilaku seksual pranikah. Salah satu cara menghindari perilaku seksual pranikah adalah dengan kontrol diri. Kontrol diri terdiri dari tiga aspek yaitu kontrol kognitif, kontrol perilaku dan mengontrol keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kontrol diri dalam mencegah perilaku seksual pranikah. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Data diperoleh melalui kuisioner “kontrol Diri Terhadap Perilaku Seksual pranikah”. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 290 orang siswa yang diperoleh berdasarkan metode cluster random sampling yang sesuai dengan karakeristik dan dianggap mewakili siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Lhokseumawe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagaian besar siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Lhokseumawe memiliki kontrol diri yang rendah (62%), artinya sebagian besar siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Lhokseumawe belum mampu mengatur dirinya untuk tidak melakukan perilakunya dalam mencegah perilaku seksual pranikah.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document