Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

15
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Brawijaya University

2338-4336, 2580-6459

2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Diyana Lestari ◽  
Luqman Qurata Aini

Penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora merupakan dua penyakit penting yang menjadi kendala dalam budidaya cabai merah besar. Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsorsium bakteri antagonis Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus dalam mengendalikan penyakit virus kuning dan bercak daun Cercospora pada cabai merah besar serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah besar sendiri. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 - Desember 2020 di lahan tumpangsari bawang merah dan cabai, Desa Ubalan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Persiapan penelitian meliputi survei lokasi, persiapan alat dan bahan, pengacakan perlakuan, dan penentuan tanaman sampel. Pelaksanaan penelitian meliputi pengaplikasian larutan isolat bakteri antagonis di lapang, pengamatan mingguan, dan pengolahan data. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Data dianalisis menggunakan sidik ragam ANOVA dan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% menggunakan software DSAASTAT. Konsorsium P7 (Pseudomonas aeruginosa + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit virus kuning, sedangkan perlakuan konsorsium P8 (Bacillus cereus 12 + Bacillus cereus 13) lebih efektif dalam menekan penyakit bercak daun Cercospora. Perlakuan konsorsium tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun. Namun, konsorsium P7 mampu meningkatkan bobot tanaman cabai meskipun secara statistik tidak berbeda dengan perlakuan lainnya.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 85-95
Author(s):  
Dinnar Kusumaningtyas ◽  
Liliek Sulistyowati ◽  
Syamsuddin Djauhari

Kenaikan permintaan bahan pangan menyebabkan petani berusaha untuk meningkatkan dan juga mempertahankan hasil panen agar tidak mengalami kerugian. Salah satu upaya yang dilakukan oleh petani adalah penggunaan fungisida sebagai teknik pengendalian patogen penyebab penyakit tanaman yang efektif dan efisien. Salah satu jenis fungisida yang banyak digunakan adalah mankozeb. Penggunaan fungisida dalam jangka panjang dan skala luas memberikan efek negatif karena menumpuknya residu berupa senyawa racun di lingkungan. Teknik pengurangan residu di alam yang mulai banyak dikembangkan adalah pemanfaatan mikroba yang memiliki daya adaptasi di lingkungan tercemar dengan memanfaatkan senyawa beracun tersebut untuk metabolismenya. Mekanisme alami dari mikroba ini dapat mengurangi tingkat toksisitas residu fungisida yang tertinggal di alam dari hasil kegiatan pertanian. Khamir merupakan salah satu mikroba yang memiliki potensi sebagai agen bioremediasi fungisida. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Juli 2018 sampai dengan Maret 2019. Tahapan dari penelitian ini adalah eksplorasi khamir pada lahan tercemar fungisida mankozeb, identifikasi khamir, uji adaptasi khamir pada berbagai konsentrasi fungisida serta uji degradasi fungisida oleh khamir. Isolat khamir yang ditemukan adalah M. caribbica, W. anomalus VIT-ASN01, W. anomalus P42B001, C. intermedia, dan C. parapsilosis. Dari hasil uji adaptasi dan uji degradasi diketahui bahwa khamir C. parapsilosis memiliki potensi terbaik sebagai agen bioremediator fungisida mankozeb dibandingkan keempat isolat lainnya.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 96-106
Author(s):  
Nia Devita Mevianti ◽  
Antok Wahyu Sektiono ◽  
Syamsuddin Djauhari

Pokahbung merupakan salah satu penyakit penting yang banyak ditemukan di pertanaman tebu dan disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya tumbuh F. moniliforme di 6 media yang berbeda dan mengetahui media yang sesuai bagi pertumbuhan jamur F. moniliforme serta mengkaji pengaruh perbedaan media pertumbuhan jamur yang digunakan terhadap tingkat virulensi F. moniliforme pada tanaman tebu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Rumah Kaca (Greenhouse), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Metode penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan eksperimen. Eksperimen dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan media yang berbeda dan 4 kali ulangan secara In vitro dan In vivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari parameter pengamatan diameter koloni, kerapatan konidia, dan viabilitas konidia menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Sehingga kentang, umbi ganyong, dan ubi kayu dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur F. moniliforme dan penggunaan media kentang dan dextrose serta media kentang dan sukrosa dinilai dapat menjadi media yang paling efektif untuk pertumbuhan jamur F. moniliforme. Perkembangan intensitas serangan penyakit yang ditimbulkan dari keenam media yang berbeda memiliki tingkat virulensi yang sama.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 72-77
Author(s):  
Novia Dwirani ◽  
Muhammad Akhid Syibli ◽  
Luqman Qurata Aini

Salah satu penyakit penting yang menyerang tanaman kedelai adalah penyakit pustul daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas axonopodis pv. glycines. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi konsorsium mikroba antagonis yang terdiri dari Bacillus subtillis, Pseudomonas fluorescens, serta Trichoderma sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit pustul daun pada tanaman kedelai yang disebabkan oleh bakteri X. axonopodis pv. glycines. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan aplikasi antagonis baik yang berupa konsorsium mikroba antagonis maupun mikroba antagonis tunggal mampu menghambat pertumbuhan bakteri X. axonopodis pv. glycines pada media dalam cawan Petri. Semua perlakuan mikroba antagonis baik tunggal maupun dalam konsorsium juga menekan perkembangan penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai. Kemampuan konsorsium mikroba antagonis dengan konsentrasi 20ml/l, konsorsium mikroba antagonis dengan konsentrasi 30ml/l, mikroba antagonis tunggal B. subtilis, P. fluorescens, dan Trichoderma, setara dengan bakterisida Streptomisin sulfat dalam menekan perkembangan penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai. Perlakuan mikroba antagonis tunggal P. fluorescens dapat meningkatkan tinggi tanaman kedelai.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 78-84
Author(s):  
Nur Angga Prayoga ◽  
Bambang Tri Rahardjo ◽  
Tita Widjayanti
Keyword(s):  

Pada budidaya tanaman tebu (Saccharum officinarium L.) seringkali terjadi hambatan sehingga dapat menurunkan hasil produksi, salah satunya ialah serangan hama. Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan serangga musuh alami yang berperan sebagai predator. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis – jenis semut, peran, dan pengaruh perbedaan yang terdapat di ekosistem tanaman tebu PHT dan konvensional. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2020. Tempat kegiatan pelaksanaan penelitian yaitu di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Karangploso, Malang. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode Pitfall trap dan umpan tuna. Berdasarkan hasil penelitian semut yang ditemukan pada lahan pengamatan terdiri dari 4 subfamili dan 9 genus semut. Jumlah keseluruhan genus semut yang di dapat pada lahan PHT yaitu 1506 individu dan pada lahan Konvensional 1240 individu. Keanekaragaman pada lahan pengamatan dalam keadaan yang stabil dengan keanekaragaman dalam kategori sedang. Tingkat penyebaran jenis hampir merata. Kekayaan spesies pada kedua lahan rendah serta tidak ada spesies yang mendominasi pada lahan PHT dan konvensional. Peran semut yang ditemukan pada lahan pengamatan yaitu sebagai predator dan sebagai pencari makan (foragers).


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 57-64
Author(s):  
Yulita Khoirun Ni’mah ◽  
Aminudin Afandhi ◽  
Fery Abdul Choliq

Kemampuan hidup konidia jamur Beauveria bassiana di filoplan tanaman diketahui tidak dapat bertahan aktif dalam waktu yang lama karena dipengaruhi oleh sinar matahari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persistensi konidia jamur B. bassiana di filoplan tanaman sawi dengan mengukur tingkat viabilitas dan virulensinya setelah dipaparkan sinar matahari. Percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan masing-masing aplikasi yaitu pemaparan isolat B. bassiana di filoplan sawi selama 0,3,6,9,12,24,48,72, dan 96 jam dengan empat kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pemaparan sinar matahari selama 96 jam menurunkan viabilitas konidia B. bassiana di filoplan sawi yaitu 75,82% dengan nilai waktu paruh 27,88 hari. Data virulensi konidia B. bassiana di filoplan sawi dilihat dari mortalitas dan rerata waktu kematian larva menunjukkan bahwa pemaparan sinar matahari selama 96 jam hanya mampu membunuh larva Spodoptera litura yaitu 7,50% dengan rerata waktu kematian 9,63 hari dan nilai waktu paruh 40,37 hari.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 65-71
Author(s):  
Novalia Indaryaningsih ◽  
Antok Wahyu Sektiono ◽  
Ika Rochdjatun Sastrahidayat
Keyword(s):  

Hawar daun adalah salah satu penyakit yang ditemukan menyerang tanaman drasena. Alternatif pengendalian penyakit yang ramah lingkungan ini adalah memanfaatkan mikroba antagonis terhadap jamur patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur patogen penyebab hawar daun pada tanaman drasena (Dracaena sp.) dan mengetahui perbedaan daya hambat jamur antagonis yang terdiri atas Gliocladium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp. terhadap jamur patogen. Percobaan dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan tiga kali ulangan. Pengujian dilakukan dengan cara menumbuhkan potongan biakan murni jamur patogen dan jamur antagonis pada cawan Petri berdiameter 9 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamur penyebab penyakit hawar daun yang menyerang tanaman hias drasena (Dracaena sp.) adalah jamur Gloeosporium sp. Di saat yang sama, hasil uji antagonis menunjukkan bahwa jamur, Gliocladium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp. dapat menghambat pertumbuhan jamur Gloeosporium sp. Gliocladium sp. memiliki daya hambat tertinggi yaitu sebesar 64,33%.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 48-56
Author(s):  
Muhammad Nawab al Hasan ◽  
Gatot Mudjiono ◽  
Rina Rachmawati

Rekayasa ekologi melalui manipulasi habitat merupakan bentuk konservasi ekologi yang bertujuan melestarikan keberadaan musuh alami, salah satunya golongan predator generalis. Usaha ini merupakan strategi PHT untuk menangani masalah WBC (Nilaparvata lugens). Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan populasi WBC dan predator generalis pasca penerapan rekayasa ekosistem. Penelitian dilakukan di lahan persawahan Desa Tejoasri, Laren, Lamongan dengan mengamati populasi WBC, predator umum, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan analisis usahatani. Plot PHT berbasis rekayasa ekosistem (PHT-RE), PHT konvensional (PHT), dan budidaya konvensional digunakan untuk memperoleh data. Hasil rerata populasi WBC pada perlakuan PHT-RE (8,73 ekor) , berbeda sedikit dengan hasil plot PHT (8,55 ekor), namun hasil keduanya jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem konvensional (14,27 ekor). Predator generalis yang ditemukan pada saat pengamatan terdiri dari laba-laba, capung, kumbang kubah (Coccinelidae), kumbang botol (Ophionea indica), dan Paederus sp. Jenis predator spesialis juga ditemukan yaitu Cyrtorhinus lividipennis. Populasi predator generalis tertinggi ditemukan pada petak PHT-RE (1069 ekor), diikuti petak PHT (656 ekor) dan konvensional (426 ekor). Nilai BCR yang diperoleh pada perlakuan PHT-RE, PHT, dan konvensional berturut-turut yaitu 3,78, 3,25, dan 1,84.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 35-40
Author(s):  
Ikhtiyar Rizqi Ritanti ◽  
Nanang Tri Haryadi
Keyword(s):  

Kumbang tomcat merupakan salah satu predator yang memangsa hama utama tanaman padi. Disisi lain, keberadaannya dianggap dapat membahayakan manusia karena memiliki senyawa beracun yang dapat menyebabkan dermatitis, sehingga para petani masih mengganggap remeh keberadaan kumbang ini sebagai agen pengendali. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait biologi kumbang tomcat untuk mengetahui potensinya. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember dengan memperbanyak kumbang tomcat yang diambil dari areal pertanaman padi. Penelitian dilakukan menggunakan botol plastik 1500 ml yang di dalamnya terdapat tanah dan tanaman padi yang diulang 30 kali dengan lima parameter pengamatan yaitu fekunditas, fertilitas, longivitas, morfometri dan sex ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa betina tomcat meletakkan 0-1 telur per hari dan menghasilkan rata-rata 21,13 telur dengan daya tetas 53-86 % selama hidupnya. Waktu yang diperlukan setiap fase kumbang berturut-turut yaitu 6,7 hari, 4,7 hari, 7,9 hari, 3,4 hari, 4,5 hari, 20,4 hari, dan 27,2 hari untuk telur, larva instar 1, larva instar 2, pre-pupa, pupa, dewasa jantan, dan dewasa betina. Sementara itu, sex ratio P. fuscipes yaitu 10:7 betina:jantan.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 41-47
Author(s):  
Exa Ricky Choirul Putra ◽  
Bambang Tri Rahardjo
Keyword(s):  

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan informasi mengenai aspek biologi dan statistik demografi Aphis glycines pada tanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Rumah Kawat, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan November 2019 sampai Maret 2020. Pengamatan biologi meliputi siklus hidup, lama hidup, dan keperidian A. glycines, digunakan dalam perhitungan data demografi. Parameter demografi meliputi laju reproduksi kotor (GRR), laju reproduksi bersih (R0), laju pertambahan instrinsik (rm), dan masa generasi (T). Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. glycines mempunyai tahap perkembangan meliputi fase nimfa instar I sampai instar IV dengan rataan perkembangan berturut-turut berlangsung selama 1,000; 1,118; 1,068; 1,091 hari. Rataan siklus hidup A. glycines terjadi selama 4,352 hari dengan keperidian 50,363 individu/imago betina. Sedangkan rataan lama hidup A. glycines yaitu 12,843 hari. Nilai statistik demografi A. glycines pada tanaman kedelai diperoleh antara lain nilai GRR sebanyak 50,373 individu/generasi, nilai R0 sebanyak 35,681 individu/ induk/generasi, nilai rm sebanyak 0,285 individu/induk/hari, dan nilai T yaitu 12,557 hari.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document