Jurnal Pengembangan Penyuluhan Pertanian
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

111
(FIVE YEARS 54)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang Jurusan Peternakan

2685-1725, 1858-1625

2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 97
Author(s):  
Daryatmo, J. ◽  
B. P. Widiarso

Banyak masalah yang bisa terjadi pada burung berkicau, seperti kesehatan yang buruk, rendahnya kesuburan dan daya tetas dan penurunan rentang hidup dapat berhubungan dengan gizi buruk. Nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan burung rentan terhadap banyak penyakit dan mengakibatkan performa yang buruk secara keseluruhan dan kurangnya vitalitas. Istilah "gizi yang tidak tepat" tidak selalu berarti kekurangan gizi, dapat juga berarti kelebihan gizi. Menyediakan terlalu banyak makanan dengan frekuensi terlalu sering dan memberikan terlalu banyak hal yang baik serta kurang bervariasi seringkali menjadi penyebab masalah Ada lebih dari 8000 jenis burung,  mungkin tidak akan pernah ada diet yang ideal untuk semua jenis burung. Namun, untuk rata-rata pemilik burung peliharaan pengetahuan umum tentang konsep-konsep nutrisi dasar dan makanan dapat bermanfaat ketika keputusan harus dibuat (Butcher and Miles, 2014). Probiotik, sumber bakteri menguntungkan yang sangat terkonsentrasi, menjaga usus burung tetap sehat dan seimbang serta meminimalkan efek dari bakteri berbahaya. Bakteri berbahaya yang menyebabkan diare dan gangguan pencernaan lainnya yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menyerap nutrisi (Burroughs, 1998). Semua hewan memiliki miliaran bakteri menguntungkan dalam sistem pencernaan mereka serta bakteri berbahaya. Burung tidak terkecuali. Bakteri bermanfaat benar-benar membantu proses pencernaan dan membantu dalam penyerapan nutrisi. Tanpa bakteri menguntungkan, usus akan menjadi lebih banyak diisi dengan bakteri berbahaya yang dapat membuat sakit. Diperkirakan bakteri menguntungkan dalam usus adalah spesies tertentu. Tidak cocok memberikan burung probiotik kelas manusia, atau yang dikembangkan untuk digunakan pada anjing (Burroughs, 1998). Dapat disimpulkan bahwa pakan seimbang, diet bervariasi akan memainkan peran utama dalam membantu burung peliharaan hidup panjang dan sehat.


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Andini, N. A. ◽  
E. T. Setiatin ◽  
Sutopo Sutopo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan ferning sapi betina SIMPO F1 dan F2 berdasarkan umur di Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah 20 ekor sapi betina SIMPO, masing-masing 7 ekor SIMPO F1 dan 13 ekor SIMPO F2 milik peternak rakyat. Metode pengambilan lendir serviks menggunakan ulas vagina, dikoleksi sebanyak 6 jam sekali dalam 24 jam, dengan menggunakan cotton bud. Parameter yang diamati meliputi tampilan ferning, kelimpahan dan konsistensi lendir serviks. Gambaran ferning diperoleh dengan cara mengoleskan lendir serviks di atas object glass, dikeringudarakan kemudian diamati dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 10x10. Gambaran tampilan ferning sapi betina SIMPO F1 dan F2 bervariasi, berupa cabang primer, sekunder dan tersien. Kemudian dievaluasi berdasarkan skoring. Gambaran terlihat lebih jelas dan nyata membentuk daun pakis. Hasil uji observasional dan deskriptif dapat disimpulkan bahwa tampilan ferning, kelimpahan dan konsistensi berbeda pada 20 SIMPO F1 dan F2. 


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Puspitasari, S. ◽  
Isroli Isroli ◽  
E. Kusumanti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menggunakan rumput laut (Gracilaria verrucosa) dan pare (Momordica charantia) dari total leukosit dan bursa fabricius ayam broiler. Percobaan menggunakan 100 DOC (Day Old Chicken) ayam pedaging. Ransum untuk broiler terdiri dari rumput laut, pare, dedak, bungkil kedelai, meta meal unggas, dan topmix. Desain percobaan  yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 5 broiler. Ransum diklasifikasikan sebagai: ransum T0 = kontrol tanpa rumput laut dan bitteer melon, T1 = ransum menggunakan 2% pare, T2 = ransum menggunakan 7% rumput laut, T3 = ransum menggunakan 2% pare dan 7% rumput laut. Parameter yang diukur adalah total leukosit dan berat relatif bursa Fabricius pada usia 3 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan secara signifikan dipengaruhi (P <0,05) jumlah leukosit, tapi tidak (P> 0,05) pada berat relatif bursa Fabricius. Total leukosit pada T0, T1, T2, T3 adalah 12,35 (× 103 / ml), 9,98 (× 103 / ml), 9,02 (× 103 / ml), Dan 10,81 (× 103 / ml), dan berat relatif bursa Fabricius adalah 0,28%, 0,25%, 0,18%, dan 0,21%. Penggunaan rumput laut dan pare sebagai bahan pakan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dilihat dari normalnya jumlah leukosit dan bobot relatif bursa fabrisius, serta meningkatkan bobot badan ayam broiler.


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Saputro, E. ◽  
V. P. Bintoro ◽  
Y. B. Pramono

Fiksasi warna merah muda yang diinginkan pada produk daging sapi telah dipahami paling baik dan paling jelas hasil dari penambahan natrium nitrit (NaNO2) pada daging sapi. Warna tersebut sering dianggap sebagai atribut yang sangat penting untuk penerimaan konsumen daging sapi. Namun, telah ditetapkan bahwa paparan suhu tinggi atau pH asam (asam lambung) pada daging sapi yang mengandung NaNO2 yang selanjutnya tereduksi menjadi nitrogen monoksida (NO) yang dapat berikatan dengan amina sekunder yang menyebabkan pembentukan senyawa berbahaya karsinogen N– nitrosamin. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki batas maksimal konsentrasi NaNO2 yang cukup untuk mengembangkan warna merah muda yang stabil pada produk daging sapi kyuring. Penambahan NaNO2 yang cukup dan tidak berlebih pada daging sapi diharapkan menjadi lebih aman dan lebih sehat untuk dikonsumsi. Empat perlakuan kyuring perendaman dalam larutan NaNO2 (20, 30, 40 dan 50 ppm) diaplikasikan pada daging sapi segar (bagian bottom round). Warna kyuring (merah muda) yang dihasilkan setelah pemanasan daging sapi pascakyuring dievaluasi oleh panelis ahli. Hasil evaluasi warna kyuring daging sapi kyuring kering oven menunjukkan bahwa semua perlakuan kyuring (20, 30, 40 dan 50 ppm NaNO2)berwarna coklat kemerahan. Kyuring dengan larutan 50 ppm NaNO2 menghasilkan warna kemerahan yang paling tinggi dibandingkan kyuring dengan konsentrasi larutan lainnya. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa konsentrasi NaNO2 minimal 20 ppm dan maksimal 50 ppm cukup untuk menginduksi dan memfiksasi warna kyuring pada daging sapi kyuring.


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Hesti Reva, H. A. Z ◽  
Syaiful, A, ◽  
Agus, S

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu penentu dalam mengidentifikasi strategi prioritas ke depan yang nantinya selalu diterapkan PP Kerja dalam melakukan strategi pemasaran pada kasus segmentasi dan target pasar benih padi bersertifikat.Penelitian ini dilakukan di PP Kerja yang berlokasi di Desa Ngemplaksuren, Karangduren Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang mengembangkan usaha pembenihan padi bersertifikat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan survei di lokasi penelitian, observasi lapangan, wawancara, dan studi pustaka mengenai petunjuk kerja pemasaran yang dilakukan dan laporan yang terkait pada PP Kerja di Kabupaten Boyolali.PP Kerja memiliki tujuh faktor kekuatan dengan skor 4,484, lima faktor kelemahan dengan skor 4,023, lima faktor peluang dengan skor 4,285, dan sepuluh  faktor ancaman dengan skor 4,098. Memiliki posisi strategi perusahaan pada kuadran I dengan koordinat X sebesar 0,461 dan Y sebesar  0,187 yaitu pada posisi SO berupa strategi agresif yang dapat menciptakan PP Kerja untuk memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang dimiliki dalam menentukan kebijakan perusahaan serta menyusun strategi pemasaran untuk mencapai target pasar yang diinginkan di masa mendatang. PP Kerja juga menggunakan keputusan strategi utama yaitu dengan mempertahankan kualitas produk benih padi bersertifikat disertai dengan strategi kedua yaitu meningkatkan kualitas pelayanan penjualan benih padi bersertifikat, sehingga apabila target pasar dalam penjualan dapat terus meningkat setiap tahun karena dapat memanfaatkan peluang dengan kekuatan perusahaan melihat segmentasi pasar benih padi yang luas, maka visi dan misi PP Kerja dapat terealisasikan dengan salah satu tujuan yang diharapkan PP Kerja sebagai produsen swasta  benih padi bersertifikat


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 82
Author(s):  
Supriyanto, Supriyanto, ◽  
Pramu Pramu ◽  
N. Ahadiati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan folikel ovarium selama siklus estrus dan awal kehamilan. Sebanyak dua belas sapi Ongole-persilangan yang disinkronisasi menggunakan prostaglandin, kemudian diperiksa melalui ultrasonografi (USG)  dan diambil serum darah  berturut-turut pada hari 19 (proestrus), hari 0 (estrus) atau pada saat inseminasi, hari 5 (metestrus), hari 15 ( diestrus), hari 19, hari 30 dan 60 setelah inseminasi. Penegasan status reproduksi sapi eksperimental dilakukan dengan penentuan konsentrasi estrogen dan progesteron. Pemeriksaan ultrasonografi selama siklus estrus dan awal kehamilan menunjukkan gambar perkembangan folikel  tahap metestrus, diestrus dan awal kehamilan perubahan menjadi corpus tingkat luteum.Estrogen (pg / ml) vs progesteron (ng / ml) menunjukkan bahwa 19 hari setelah esrus (8,611 ± 0,126 dan 1,422 ± 0,097), b. Estrus (15,844 ± 0.150 dan 0,866 ± 0.100), c. Metestrus 5 hari setelah IB (3,667 ± 0,281 vs 2,788 ± 0,153); d. Diestrus 15 hari setelah IB (4,044 ± 0,235 vs 7,076 ± 0,122); e. bunting 30 hari setelah IB (4,272 ± 0,101 vs 8,186 ± 0,120).


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Premisti, P. U. L. ◽  
A. Setiadi ◽  
W. Sumekar
Keyword(s):  

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh peternak Kecamatan Mojosongo, dan Kecamatan Cepogo, dan untuk mengetahui perbedaan pendapatan Kecamatan Mojosongo, dan Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.  Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015. Penentuan lokasi dipilih menggunakan metode purposive dengan kriteria kecamatan yang memiliki usaha ternak sapi perah terbanyak di Kabupaten Boyolali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Penentuan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Penentuan jumlah responden untuk mewakili populasi dilakukan dengan perhitungan rumus Slovin. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 66 responden. Data primer diperoleh secara langsung melalui kegiatan observasi di peternakan dan kegiatan wawancara dengan responden menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Hasil penelitian menunjukan rata-rata pendapatan peternak Kecamatan Mojosongo Rp 1,327,996.00/bulan, dan peternak di Kecamatan Cepogo sebesar Rp 2,312,258.00/bulan.


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Wijayanti D A ◽  
N Suthama ◽  
Y B Pramono

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek pemberian soybean oligosakarida dari ekstrak bungkil kedelai (EBK) dan ekstrak kulit kedelai (EKK) terhadap bobot karkas, kandungan protein daging dan rasio efisiensi protein (REP). Materi penelitian adalah 160 ekor ayam broiler unsex dengan bobot badan 112,24±6,70 g pada umur 8 hari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan (masing-masing 8 ekor ayam). Perlakuan terdiri dari : T0 (ransum basal), T1 (ransum basal+0,15% EBK), T2 (ransum basal+0,3% EBK), T3 (ransum basal+0,15% EKK), T4 (ransum basal+0,3% EKK). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian soybean oligosakarida dari EBK dan EKK nyata (P<0,05)  meningkatkan bobot karkas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan protein dan REP. Simpulan penelitian adalah pemberian soybean oligosakarida dari ekstrak bungkil dan kulit kedelai sampai level 0,3% dapat meningkatkan bobot karkas ayam broiler.


2019 ◽  
Vol 11 (21) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Andiani Listyowati A ◽  
Haryanto H

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi kelinci jantan pada pemberian silase pakan block.Materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 20 ekor kelinci lokal jantan periode lepas sapih umur 4 bulan, kandang bertingkat sistem baterai individual yang terbuat dari kayu sebanyak 20 unit masing-masing kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Bahan pakan terdiri dari rumput, bekatul, jagung giling, pollard, bungkil sawit, tepung ikan, bungkil kedele, premix, tetes, EM4 dan tepung tapioka. Peralatan yang digunakan meliputi: timbangan listrik, alat pencetak pakan block dan oven.Kelinci ditempatkan secara acak pada kandang individu bertingkat. Data yang diamati meliputi konsumsi pakan, bobot badan kelinci, pertambahan bobot badanharian (PBBH) dan konversi pakan. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen, menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan perlakuan 4 macam pemberian pakandan tiap-tiap perlakuan terdiri dari 5 ulanganyaitu P1 = Pakan komplit tanpafermentasi, P2 = Pakankomplit tanpa fermentasi, dibentuk block, P3 = Pakan komplit difermentasi dan P4 = Pakan komplit difermentasi, dibentuk block.Peubah yang diamati Konsumsi Pakan Rata-rata per Ekor, Pertambahan Bobot Badan Harian, Konversi Pakan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati digunakan AnalisisOf Variance (ANOVA) satuarah (One way). Apabilaterdapat perbedaan antara keempat perlakuan tersebut maka dilanjutkan dengan analisis Uji Wilayah GandaDuncan.Penelitian menghasilkan bobot badan akhir kelinci umur 5 minggu pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tidak menunjukkan perbedaan, yaitu secara berurutan sebesar 1562,600 g; 1478,832 g; 1788,520 g; dan 1572,800 g.Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada penelitian ini tidak berbeda dan secara berurutan adalah 11,777 g; 12,458 g; 16, 981 g dan 16,617 g. Perlakuan pakan berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering (P<0,05). Rataan konsumsi BK perlakuan P3 (120,615g/ekor/hari) tidak berbeda dengan konsumsi BK P1 (119,187g/ekor/hari) dan keduanya lebih tinggi dibandingkan rataan konsumsi BK perlakuan P2 (80,187 g/ekor/hari) maupun P4 (70,552g/ekor/hari), serta keduanya (P2 dan P4) tidak menunjukkan perbedaan. Perlakuan pemberian pakan berpengaruh terhadap konversi pakan (P<0,05).Rata-rata nilai konversi pakan yang diperoleh pada perlakuan P1 (2,789) berbeda dan lebih tinggi dibandingkan konversi pakan pada perlakuan P2 (1,965) dan P4 (1,586), namun tidak berbeda dengan perlakuan P3 (2,406).Sementara konversi pakan pada perlakuan P2 tidak berbeda dengan konversi pakan pada perlakuan P3, dan juga tidak berbeda dengan perlakuan P4.Konversi pakan pada perlakuan P4 paling rendah dan lebih kecil dibandingkan konversi pakan pada perlakuan P1 dan P3, namun tidak berbeda dengan konversi pakan perlakuan P2.Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian silase pakan block berpengaruh terhadap konsumsi dan konversi pakan kelinci jantan (P<0,05).Pemberian pakan block menghasilkan konsumsi dan konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan pemberian pakan mash (P<0,05).Pemberian silase pakan block memberikan efisiensi penggunaan pakan yang lebih baik.


2019 ◽  
Vol 13 (23) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Wulansari Z ◽  
N Suthama ◽  
I Mangisah

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan soybean oligosaccharides dari bungkil dan kulit kedelai dalam ransum terhadap bobot relatif bursa fabricius, bobot relatif limpa, rasio heterofil limfosit, dan pertambahan bobot badan ayam broiler. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam broiler strain Lohman sebanyak 160 ekor umur 7 hari dengan bobot badan awal 112, 24 ± 6,70 g. Penelitian 48 Pemanfaatan Soybean Oligosaccharides dari Bungkil dan Kulit Kedelai Terhadap Ketahanan TubuhAyam Broiler menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan menggunakan soybean oligosaccharides dalam bentuk ekstrak dari bungkil kedelai(EBK) dan ekstrak kulit kedelai(EKK) meliputi T0 (kontrol), T1 (EBK 0,15%), T2 (EBK 0,3%), T3 (EKK 0,15%), dan T4 (EKK 0,3%). Parameter yang diukur meliputi bobot relatif bursa fabricius, bobot relatif limpa, nilai rasio heterofil limfosit, dan pertambahan bobot badan. Data dianalisis varians dan dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Hasil penelitianmenunjukan bahwa penambahan soybean oligosaccharide dalam bentuk ekstrak kulit kedelai maupun bungkil kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap bobot relatif organ limfoid, tetapi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio heterofil limfosit dan pertambahan bobot badan ayam broiler. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan soybean oligosaccharides dari bungkil kedelai maupun kulit kedelai mampu mempertahankan kondisi kesehatan dilihat dari bobot organ limfoid yang normal dan menurunkan rasio heterofil limfosit. Soybean oligosaccharides dari bungkil kedelai taraf 0,3% menghasilkan pertambahan bobot badan yang terpenuhi.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document